HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Rencana D untuk Duren

Minggu, 25 Mei 2014, 22:48 WIB

Kadang kala, hidup ini mirip persimpangan jalan. Kita disodorkan berbagai macam pilihan hidup dan hanya satu yang bisa terlaksana. Alhasil, kita pun menyusun rencana. Ada satu pilihan yang lebih diutamakan. Tapi ingat, Gusti Allah SWT yang menentukan. Ada kalanya Ia menggiring kita menjauh dari rencana dan menempatkan kita kembali ke persimpangan.  

 

Oleh sebab itu, tatkala rencana A belum dibuat, rencana B urung terlaksana, dan rencana C terpaksa ditunda, maka dipilihlah rencana D agar kegiatan bersepeda pada hari Minggu (16/3/2014) tetap berjalan koyok seperti biasanya. Sesuai judul artikel ini, rencana D tak lain adalah memburu buah (D)urian seperti yang diusulkan oleh Mbah Gun(D)ul.

 


Sinopsis yang terjadi di awal kisah ini. Kejayaan PEKOK Ranger sudah lama berlalu...
Foto dan teks oleh Mbah Gundul.

 

Empat lelaki yang lain (Paklik Turtlix, Pakdhe Timin, Rizky, dan Aku) manut saja pada rencana Mbah Gundul ini. Keputusan pun diketok palu. Di Perempatan Kenteng, Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo kami mengambil arah utara menuju Kecamatan Kalibawang. Menurut penerawangan Mbah Gundul, Kalibawang adalah lokasi ideal untuk berburu durian.

 

Peta Lokasi

Garis Lintang, Garis Bujur: -7.753974, 110.211786
Peta di Wikimapia

 


Kecamatan Kalibawang di Kabupaten Kulon Progo sudah digadang-gadang menjadi kawasan agrowisata.

 

Bukan Mbah Gundul namanya kalau tidak membuat rute biasa menjadi terasa luar biasa. Suhu udara yang panas menjelang hujan ditambah medan jalan yang naik-turun sepanjang 10-an kilometer membuat “bensin” soto sapi yang bermukim di perut kian terkuras habis.

 


Jangan tertipu dengan foto. Walaupun terlihat lurus tapi sebenarnya ya... Ah, sudahlah...

 

Untung banyak pemberhentian di pinggir jalan. Antara lain kios buah-buahan segar milik warga setempat. Satu kilogram buah naga merah (Hylocereus costaricensis) yang segar nan manis dapat ditebus seharga Rp20.000. Tidak beda jauh dengan harga di supermarket. Yah, inilah kekurangan kami sebagai pria dibandingkan dengan wanita yang lebih sensitif dalam urusan tawar-menawar.

 


Bagi pembaca yang tertarik membeli, mohon diusahakan untuk ditawar.
Jangan tiru kami yang layaknya lelaki banyak duit, hahaha.

 

Tak hanya buah naga merah, durian pun juga dijajakan di sepanjang jalan. Mbah Gundul tak bergeming. Ia hanya mendamba buah durian yang matang menggantung di pohon. Ibarat gadis ranum yang belum pernah tersentuh oleh rayuan pria. Sungguh kiranya, di manakah gerangan rumah gadis yang memiliki pohon durian seperti yang didamba Mbah Gundul?

 

Bukan Mbah Gundul namanya kalau tak bisa menemukan jarum di tumpukan jerami. Dari penerawangannya, rumah gadis yang dituju ada di Desa Banjaroya. Ah, lagi-lagi Mbah Gundul memberi kejutan. Desa Banjaroya itu jaraknya... lumayan jauh. Nyaris dekat dengan Bendungan Karang Talun dan mepet Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

 


Semakin mendekat ke negeri antah berantah. Semakin jauh juga dari rumah. Duh...

 

Setelah memisahkan diri dari jalan raya dan nyasar masuk perkampungan, akhirnya sampai juga di rumah yang dimaksud. Sayang seribu sayang, di sana tak ada satu pun pohon durian dengan buah menggantung di cabang dahan. Adapun sang empunya rumah juga tak berada di tempat. Ah, apakah ini artinya pintu kesempatan sudah tertutup rapat bagi Mbah Gundul? Akankah bisa ia meminang sang gadis ranum itu?

 


Bagaikan tamu tak diundang. Sabar ya Mbah...

 

Janganlah berputus asa! Gusti Allah SWT selalu menyertai mereka yang bersungguh-sungguh! Kami pun digiring-Nya kembali ke persimpangan jalan. Lebih tepatnya, persimpangan jalan menuju Jembatan Gantung Duwet yang menghubungkan provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Siapa tahu, sang gadis pujaan hati tengah menanti di negeri seberang. Ya kan?

 

Peta Lokasi

Garis Lintang, Garis Bujur: -7.695251, 110.267485
Peta di Wikimapia

 


Jembatan Duwet yang mengubungkan Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo dan Kecamatan Ngluwar, Magelang.
Jembatan antik ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda.

 

Betul saja, selepas menyerang ke propinsi tetangga, para penjual durian rapi berjejer menjajakan raja segala buah itu. Di tempat inilah Mbah Gundul beserta Paklik Turtlix dan Pakdhe Timin menuntaskan hasrat mereka. Tiga durian seharga total Rp70.000 ludes mereka santap. Hanya mereka bertiga yang menikmati. Aku tak begitu suka, sedangkan Rizky baru sekali ini menyantapnya.

 


Benar-benar seniman serba bisa. Duren pun dia terawang!

 


Mbah Gundul memang tidak pernah salah memilih gadis. Eh?

 

Rencana D pun tuntas terlaksana. Si manis dari Menoreh tak absen kami nikmati tahun ini. Penutupnya, bersepeda pulang menyusuri Selokan Mataram. Sempat terhenti sejenak oleh hujan yang mendadak turun.

 

Terkadang, kita memang perlu berhenti sejenak untuk memilih cabang jalan yang akan kita tempuh. Ingat, apa yang kita alami saat ini adalah konsekuensi dari cabang jalan yang kita pilih. Semoga saja, kelak cabang jalan ini akan tersambung pada rencana C yang hari ini terpaksa tertunda. #menghela.napas

 

Eh, Pembaca tahu kan aku ini ngoceh apa? #hehehe

NIMBRUNG DI SINI