HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kuliner Solo 1952: Es Krim Tentrem vs Timlo Sastro

Kamis, 27 Februari 2014, 09:52 WIB

Di tahun 1952 itu aku belum lahir. Jangankan aku, Bapakku saja belum lahir. Yang sudah lahir tahun segitu itu adalah dua macam kuliner dari kota Solo, Jawa Tengah dan masih eksis sampai saat ini. Nah, di hari Sabtu (23/11/2013) aku mampir ke kota Solo untuk menjajal kuliner legendaris tersebut.

 

(Kafe) Es Krim Tentrem

Kalau di kota Jogja, tentrem itu dipakai sebagai nama hotel megah. Kalau di kota Solo, tentrem adalah itu nama kafe es krim yang… lokasinya lumayan bikin bingung. Bener lho!

 

Informasi keberadaan (kafe) Es Krim Tentrem itu aku peroleh dari seorang blogger bernama mas Andika Hermawan. Di salah satu artikel blognya, dia bilang kalau (kafe) Es Krim Tentrem itu letaknya di Jl. Urip Sumoharjo no. 97.

 

Katanya lagi, cara ke sananya mudah. Cukup naik bus Batik Solo Trans dan turun di halte RM Timlo Solo. Kemudian berjalan kaki ke arah kiri sebab (kafe) Es Krim Tentrem berada nggak jauh dari halte tersebut.

 

Nah, begitu sampai di stasiun Purwosari, langsung deh naik bus Batik Solo Trans dan turun di halte yang dimaksud. Sayangnya, menemukan lokasi (kafe) Es Krim Tentrem tidak semudah yang dipandu oleh mas Andika Hermawan.

 


Nyari bangunan sebesar ini kok ya pakai acara nyasar...

 

Kenapa? Sebab petunjuk arah “kiri” itu kami tangkap sebagai “berada di sisi kiri deretan RM Timlo Solo”. Ternyata, salah besar! (Kafe) Es Krim Tentrem itu letaknya di seberang RM Timlo Solo, tepatnya di sisi barat Jl. Urip Sumoharjo. Sedangkan RM Timlo Solo itu letaknya di sisi timur. RM Timlo Solo dan (kafe) Es Krim Tentrem itu terpisahkan oleh jalan raya.

 

Yang lebih bikin bingung lagi, baik itu di sisi barat maupun di sisi timur Jl. Urip Sumoharjo, keduanya sama-sama memiliki bangunan dengan nomor 97! Doh! Beberapa warga sekitar yang kami tanyai juga tak mengerti di mana letak (kafe) Es Krim Tentrem. Dooh!

 


Rainbow Ice Cream

 

Lepas dari kebingungan mencari keberadaan (kafe) Es Krim Tentrem, kami pun memesan Rainbow Ice Cream (Rp7.000) dan Jumbo Spesialis (Rp11.000) untuk mendinginkan pikiran. Kedua es krim yang kami pesan disajikan secara apik dan menarik. Kami yang baru pertama kali singgah tak sabar untuk segera mencicipinya. Nyam!

 

Di lidahku, es krimnya terasa berbau harum khas aroma yang kerap tercium pada kuliner asal negeri Belanda. Seperti bau vanili, walau aku kurang yakin sebab tak terlampau menyengat.

 

Rainbow Ice Cream yang aku pesan memiliki rasa yang tak terlampau manis, malah lebih cenderung asam nano-nano karena mungkin terbuat dari beberapa gabungan rasa sesuai warna es krimnya. Es krimnya juga tak mudah meleleh malah cenderung agak beku karena mungkin disimpan dalam lemari es dengan suhu yang lebih dingin.

 


Jumbo Spesialis

 

(Kafe) Es Krim Tentrem ini cocok dijadikan sebagai lokasi “pelarian” menghindari hawa kota Solo yang lumayan gerah. Terlebih kalau habis nyasar, hahaha #senyum.lebar.

 


Interiornya klasik.

 

(Warung) Timlo Sastro

Kalau es krim adalah kuliner yang diimpor dari negeri barat, maka timlo adalah kuliner yang berafiliasi dengan negeri timur. Jujur, sebelum merasakan apa yang tersaji di (warung) Timlo Sastro ini, aku sama sekali nggak punya bayangan apa itu kuliner bernama timlo. Sebab, di Kota Jogja aku hampir tidak pernah berjumpa dengan kuliner ini.

 

Yang aku tahu, timlo itu santapan khas kota Solo. Apalagi (warung) Timlo Sastro ini banyak diulas di jagat maya. Informasi yang aku peroleh adalah warung ini terletak di area Pasar Gede dan tutup jam setengah empat sore.

 

Setelah letih berjalan-jalan di kota Solo, kami berdua pun menyempatkan mampir ke (warung) Timlo Sastro. Lagi-lagi kami naik bus Solo Batik Trans dan turun di halte Pasar Gede.

 

“Lurus saja Mas. Itu di pojokan dekat pertigaan”, ujar pak juru parkir yang baik hati.

 


Yes! Nggak pakai acara nyasar! #senyum.lebar

 

Jarum jam menunjukkan pukul tiga sore kurang sedikit. Beberapa pegawai (warung) Timlo Sastro bersiap-siap berbenah. Kami beruntung timlonya masih ada.

 

Ternyata oh ternyata, timlo itu sup dengan kuah bening. Isinya tak ada sayur, tapi penuh dengan olahan dari ayam macamnya telur, sosis solo, hati, dan ampela. Rasanya sungguh segar dan kuahnya tak terlampau gurih. Aku sampai nambah satu porsi nasi lagi.

 


Kok bikin ketagihan ya... nasi sepiring masih kurang...

 

Jangan banyak-banyak! Jeroan tak baik buat kesehatan lho Pembaca, hahaha. #senyum.lebar

 

Harga yang ditawarkan cukup sepadan dengan isi “sup ayam” ini, yaitu Rp18.000 untuk satu porsi timlo komplit dan Rp4.000 untuk satu porsi nasi. Kuliner dengan harga semacam ini tentu bukan termasuk golongan kuliner yang ramah di kantong mahasiswa, hehehe. #hehehe

 


Sudah hampir tutup ya masih saja ada pengunjungnya.

 

Nah, kalau Pembaca singgah di kota Solo mencari bersantap apa? Tengkleng? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI