Bagi warga Jogja, mercon bukan hanya sekadar mainan dari bubuk mesiu, melainkan istilah unik untuk kuliner yang cita rasa pedasnya tidak umum. Sebut saja tongseng mercon, nasi goreng mercon, hingga gudeg mercon. Ckckck, hebat juga ya orang Jogja, mercon pun mereka santap. #senyum.lebar
Perkara gudeg mercon, menurutku ini agak “menyalahi” pakem. Hampir setiap gudeg yang aku icipi punya cita rasa manis yang terkadang terasa terlalu manis bagi lidah kaum pendatang. Nah, apa jadinya bila sajian manis itu berpadu dengan rasa pedas dari bumbu mercon?
Yuk kita cari tahu!
Semua itu terjawab oleh ajakan di suatu sore, “Yuk nyobain gudeg mercon!”
Adapun lokasi uji perut yang dituju hanya sepelemparan butho dari rumah, yakni Gudeg Mercon Bu Tinah yang mangkal di perempatan Jl. Asem Gede, Kranggan, tak jauh dari Bakmi Pakuningratan yang juga terkenal itu.
Yang juga patut disyukuri adalah di tahun 2014 ini warung Gudeg Mercon Bu Tinah buka lebih awal pada pukul 7 malam. Dari sumber-sumber yang aku peroleh, warung ini pernah buka selepas tengah malam. Hmmm, apakah Gudeg Mercon Bu Tinah ini bakal buka saat matahari masih menghiasi langit ya?
Bu Tinah sendiri tak banyak cakap ketika melayani pelanggannya. Bagiku, beliau tampak seperti ilmuwan berdarah dingin yang ingin menguji seberapa kuat pelanggannya mengecap rasa pedas gudeg racikannya. Sesekali beliau tersenyum melihat ekspresi para pelanggan yang kepedasan. Malam itu beliau ditemani oleh putrinya yang berparas mirip dengannya. Ya iyalah! Ibu-anak gitu loh!
Sepiring racikan nasi, gudeg, sambal krecek, dan ayam suwir pun berpindah dari tangan Bu Tinah ke tanganku. Sejenak aku mengamati isi piring tersebut dan menyadari ada keganjilan di dalamnya. Piring itu pun aku sodorkan kembali ke tangan Bu Tinah.
“Dikasih yang ijo-ijo juga Bu.”, pintaku
Yang ijo-ijo itu sayur? Iya, sayur cabai hijau (jangan lombok)...
Nah, dengan tambahan sayur cabai hijau ini tidak ada lagi rasa penyesalan seusai menyantap sepiring gudeg mercon. Apa yang bakal terjadi setelahnya, aku pasrahkan saja ke hadirat Gusti Allah SWT dan semoga aku masih diizinkan hidup oleh-Nya sehabis ini.
Oke, deh! Suapan pertama masuk mulut!
Haup! #kunyahkunyah
Hmmm, cita rasa pedas yang terkecap lidahku memang bukan rasa pedas sembarangan. Pedasnya memang hanya terasa di mulut, tidak di lidah, dan tidak membuat perut panas. Rasa manis yang merupakan ciri khas gudeg tidak begitu terasa menonjol. Mungkin karena lidah sibuk berurusan dengan cita rasa pedas.
Rasa pedas di suapan pertama memang belum begitu nendang. Tapi tunggu hingga beranjak ke suapan kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya. Lama-kelamaan rasa pedasnya terasa berkumpul di mulut, tidak mau pergi-pergi, serasa sedang ada rapat darurat di lidah. #hehehe
Aku mulai kepedasan. Keringat sudah mengalir. Bu Tinah sesekali melirik ke arahku. Aku merasa sedang mandi keringat. Asal jangan sampai keringat dingin saja ini.
Cara termudah mengusir rasa pedas yang ngumpul di mulut itu adalah dengan menyantap banyak nasi. Tapi menyantap nasi saja tidak begitu nikmat bila tanpa pendamping gudeg. Nah, gudengnya kan gudeg mercon yang bercita rasa pedas. Hayo loh! Terjebak sudah deh di perangkap pedas gudeg mercon yang dirancang Bu Tinah. #senyum.lebar
Satu-satunya jalan keluar dari derita kepedasan ini adalah dengan berhenti menyantap gudeg. Tapi, kalau aku memilih opsi itu, mau taruh di mana harga diriku!?
Piring yang licin tandas adalah sertifikat suksesnya menaklukkan rasa pedas gudeg mercon Bu Tinah. Nah, usai menyantap, jangan terkejut dengan harga yang harus ditebus. Sebagai gambaran:
1 porsi gudeg ayam suwir + 1 porsi gudeg ayam paha + 1 satu porsi gudeg telur + 1 satu tusuk sate + 2 gelas teh manis = Rp60.000.
Terhitung mahal bila dibandingkan dengan gudeg pasar yang hanya Rp10.000 untuk nasi gudeg ayam suwir.
Gudeg mercon ini bisa akrab sebagai teman lembur pengganti kopi, sama-sama bisa bikin mata melek. Namun teman bersantap punya pendapat lain. Ia merasa tak bisa akrab dengan gudeg mercon karena menurutnya terpapar banyak minyak. Walaupun rasa manis dan pedasnya masih tergolong wajar.
Jadi, apa pembaca suka dengan masakan pedas? Berani menjajal gudeg Mercon Bu Tinah?
Bikin nagih, apalagi ceker nya, jozzz banget rasanya...
Baru nyobain gudeg sepedas ini...
Tapi harganya kurang bersahabat... xixixi
Tapi tetep jozzz dah...
Emang sih harganya kurang bersahabat buat mahasiswa. Tapi rasanya memang jozz.
dekat mana yah??
cocok untuk penggemar makanan pedas
Untung gak bersahabat sama makanan pedes jadi gak terlalu tergoda, tapi kayanya enak ya