Suatu tayangan televisi berhasil memikat rasa keingintahuan si gadis merah. Hingga pada suatu ketika, berujarlah ia padaku,
“Ayo kita nyari curug!”
Wah, tumben pikirku, “Di mana?”
“Di Semarang!”
Berhubung si gadis merah nggak tahu nama curugnya, jadilah aku berselancar di jagat maya. Curug apa sih yang ada di kabupaten Semarang, Jawa Tengah? Dari hasil berselancar itu muncullah nama Curug Lawe yang terletak di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Curug ini lumayan populer sebagai objek wisata seputar Semarang. Ada banyak blog yang mengulas tentang curug ini. Salah satu informasi yang aku peroleh adalah medan menuju curug ini tidak ramah bagi mobil terutama yang jenisnya sedan.
Berhubung tidak punya motor, aku memutuskan untuk menyewa mobil saja. Nggak apa-apa deh keluar uang lebih, asal tidak ada yang jadi tumbal, hahaha. Aku sih nggak mau kejadian pas dulu ke Candi Sukuh terulang lagi. Tobat!
Untuk itu aku menghubungi adek angkatanku, Ajud (Math 2007), yang punya usaha jasa tour dan travel. Sewa mobil xenia 12 jam + BBM + Supir = Rp370.000. Ajud sendiri yang nyetir mobilnya. Lumayan deh nggak nyetir sendiri. Aku sih mikir sehabis dari curug nanti kaki bakal capek dan mungkin nanti badan bakal basah juga.
Yang terlewat dari pikiranku adalah caranya nyetirnya Ajud yang bikin sport jantung. Alasan andalannya,
“Kan di depan nggak dijaga polisi Mas?”
Ditambah lagi Ajud semangat sekali kalau cerita tentang kucing peliharannya. Dari mulai menyuapi makan sampai tidur bareng. Weleh Ajud...
Hari Minggu (03/02/2013), kami bertiga menjalankan misi menuju Curug Lawe. Dari Kota Jogja ke Curug Lawe jaraknya lumayan jauh, sekitar 120-an km. Itu melewati berbagai kota semacam Magelang, Secang, Ambarawa, dan Ungaran. Jalan yang dipilih tentu adalah jalan yang menghubungkan Kota Jogja dengan Semarang. Paling mudah ya lewat Jl. Magelang.
Nah, sesampainya di Ungaran kami melintasi jalan utama yang bernama Jl. Gatot Subroto. Selepas melewati rumah makan Lombok Idjo (letaknya bersebrangan dengan jalur menuju Semarang) kami berjumpa dengan perempatan yang dijaga lampu merah. Di perempatan ini ambil arah ke kiri menuju Kecamatan Gunung Pati. Setelahnya, ikutin aja jalan aspalnya. Nanti tau-tau ketemu papan seperti di bawah ini.
Setelah masuk Desa Kalisidi, tujuan berikutnya adalah Kebun Cengkeh Zanzibar. Soalnya, jalan masuk menuju Curug Lawe ini terletak di tengah perkebunan cengkeh. Keren kan? Sekilas mirip pas ke Curug Benowo, Purworejo. Tapi suasananya nggak terlalu hutan banget gitu.
Satu hal yang pasti, jalan di perkebunan cengkeh ini rusak dan tanjakannya curam banget lho! Hingga terjadilah peristiwa naas. Mobil xenia yang dikemudikan Ajud nggak kuat nanjak dan berasap! Wuuusss! Maaf ya Jud mobilnya jadi berasap....
Apa boleh buat. Kami pun berhenti di tengah jalan. Ajud berjaga di mobilnya sementara aku bersama si merah meneruskan perjalanan menuju curug. Jalan kaki sekalian pemanasan gitu. Eh, tapi hari itu cuaca panas banget, nggak turun hujan, mana jalannya nanjak lagi. Ini sih namanya bukan pemanasan, tapi panas-panasan. Beh!
Setelah lebih dari setengah jam jalan kaki, kami berdua sampai di pos retribusi. Sebenarnya di sini tempat parkir kendaraan pengunjung. Sayangnya ya itu, mobilnya Ajud nggak kuat nanjak kemari. Bapak petugas pun menyambut kami berdua dengan tatapan heran. Eh Pak, nggak usah heran kali lihat orang jalan kaki kemari. #hehehe
Setelah membayar retribusi Rp4.000 per orang, dimulailah perjalanan kami berdua menuju Curug Lawe. Sebelumnya, aku menghapalkan dulu panduan rute menuju curug. Pokoknya ikutin arah papan petunjuk, melewati saluran irigasi, ketemu dam, dan ketemu percabangan ke dua curug, Benowo dan Lawe. Wah, mantap nian! Satu tempat ada dua curug!
Dari pos retribusi kami pun berjalan kaki menuju arah yang dimaksud. Baru sebentar berjalan kaki, kami berjumpa dengan papan petunjuk. Nggak tanggung-tanggung, ada dua! Bingung. Tapi, akhirnya kami memilih arah yang ditunjuk papan putih, karena menurut kami putih itu baik dan kalau hitam itu jahat. Apa sih!
Ternyata nggak salah. Kami berjumpa dengan saluran irigasi. Sesuai petunjuk yang aku hapalkan, nanti di ujung saluran irigasi ini ada dam. Oke deh! Kami pun melanjutkan berjalan kaki. Tapi semakin lama, medannya semakin bikin ngeri. Gimana nggak? Kami hanya meniti pembatas saluran irigasi yang licin sewaktu musim hujan dan di pinggirnya jurang!
Setelah selesai berurusan dengan tipisnya jurang hidup-mati (#halah), kami pun berjumpa dengan dam. Horeee! Tapi bukan berarti medan jalan menjadi lebih mudah lho ya. Di hadapan kami sudah terbentang lebatnya hutan kaki gunung Ungaran. Weleh, kayaknya tadi di peta nggak ada keterangan masuk hutan deh?
Buat si Merah yang nggak terbiasa masuk hutan, medannya ya lumayan berat. Soalnya kontur jalannya menanjak, apalagi medan jalannya adalah jalan tanah. Berkali-kali kami juga harus melintasi anak sungai yang kalau kepleset sedikit saja bisa bahaya. Sebetulnya aku juga salah ambil keputusan, mestinya kami berdua mengarah ke curug Benowo saja yang jaraknya relatif lebih dekat dibanding curug Lawe.
Singkat cerita, setelah berjam-jam menembus lebatnya hutan, kami memutuskan untuk berbalik arah. Tepatnya setelah curug “kecil” di bawah ini. Dengan kata lain, misi gagal! Padahal sih katanya curug Lawe sudah dekat dari sana.
Yang menghalangi kami sebenarnya sih kesiapan stamina. Maklum, kami berdua (eh bertiga dink) dengan Ajud belum sarapan semenjak berangkat dari Jogja. Salahku juga tidak membawa perbekalan makanan selama perjalanan menembus hutan. Apalagi, di awal perjalanan kami berdua sudah berpanasan-panasan terlebih dulu menuju pos retribusi. Gimana stamina bisa optimal?
Saat kembali tiba di pos retribusi, ndilalah Ajud sudah berhasil membawa mobil xenianya naik menuju parkiran. Wah senangnya! Tepat pukul tiga sore, kami pun berbalik ke arah Jogja.
Petualangan kali ini tidak membuahkan curug. Semoga di lain kesempatan kami bisa berkunjung kemari lagi dengan stamina penuh dan benar-benar singgah entah di curug Benowo atau curug Lawe.
Maaf ya pembaca! Jangan kecewa yah! hehehe
ya? Next time dibaleni yes hehehe
Betewe Benowo yang di Ungaran sama ama yang di Purworejo ya? yakale hahaha
sampai pos terakhir...Saya sdh sepuluh kali lebih ke sana...cuman yaa pastinya bekal
dari bawah siap...klo perlu bawa kompor bisa masak mie dibawah curug...Masalah
minum gampang...tinggal ambil dari curug..mentaah tp nikmaatt
gagal tp yg ke-2 mpe ke-5 sukses gan,,,kalo mo ngirit tenaga ke curug benowo dulu ,,,baru
tar turun ke curug lawenya...soalnya kalo dari curug lawe baru ke benowo tracke naik,,,,