Lama nggak bersepeda dengan Mbah Gundul, gantian aku yang menawarinya rute bersepeda yang cukup menantang.
“Mbah, bersepeda nyari tanjakan yuk ke Candi Ijo.”
“Lewatnya mana?”
“Lewat rumah domes teletubbies aja Mbah”
Jadilah pada Minggu pagi (22/9/2013) itu aku berdua dengan Mbah Gundul bersepeda ke Candi Ijo. Sebenarnya, rute Candi Ijo lewat rumah domes “teletubbies” itu bukan rute yang umum dilewati kalau mau ke Candi Ijo.
Aku memilih rute itu karena 99% penasaran + 1% khawatir dengan isu kesaktian Mbah Gundul yang konon memudar setelah dia terkena efek samping obat pembunuh rayap. #ngeri.tenan
Barangkali, bila diberi banyak tanjakan kesaktian Mbah Gundul bakal balik lagi. Hanya itu yang aku bisa, sebab aku nggak tahu di mana harus mencari batu meteorit. #hehehe
Untuk Pembaca yang belum tahu, rute apa pun menuju Candi Ijo lewatnya sama. Maksudnya, sama-sama harus lewat tanjakan. Nah, tanjakan dari rumah domes “teletubbies” itu lebih nggilani karena dari awal sudah curam seperti foto di bawah ini.
Pesepeda pada umumnya pasti bakal menuntun sepeda mereka melewati tanjakan “pembuka” ini sambil ngos-ngosan. Berhubung aku sedikit kurang umum #hehehe, aku perlu satu kali berhenti saat bersepeda melewati tanjakan ini.
Awalnya aku pikir, kali ini Mbah Gundul bakal kerepotan nanjak. Kapan lagi coba bisa melihat Mbah Gundul menuntun sepeda? #senyum.lebar
Wealah! Ternyata aku salah! Mbah Gundul termasuk golongan orang-orang nggak umum yang bisa bersepeda lewat tanjakan "pembuka" ini tanpa berhenti dan mengucurkan berkeringat!
Ternyata, isu Mbah Gundul yang kehilangan kesaktian itu omong kosong! BEH!
Hal-hal menarik yang aku jumpai sepanjang perjalanan adalah sebagai berikut.
Semakin banyak perbukitan yang ditambang untuk diambil batunya. Selain petani, sebagian warga setempat berprofesi sebagai penambang. Kalau bukitnya terus-menerus ditambang, nanti bakal hilang, dan tak ada lagi yang namanya tanjakan...
Pemandangan di atas bukit itu indah. Kami bisa menyaksikan suasana pedesaan dari ketinggian. Beberapa kali kami sempat berhenti sejenak untuk memotret pemandangan. Hanya saja beberapa lokasinya agak nyempil dan mepet tebing.
Ketersediaan air bersih sepertinya masih menjadi masalah di sini. Mungkin karena terletak di perbukitan yang cadangan air tanahnya tersimpan jauuuh di bawah muka tanah. Di beberapa tempat kami menemukan sumber air seperti sumur, mata air purba, dan waduk buatan. Kalau misalnya sumber-sumber air ini mengering, pastilah warga setempat kesulitan mencari air.
Dari Candi Ijo kami bersepeda turun lewat Candi Barong menuju Pasar Prambanan. Di depan SD Sumberwatu dibangun resor bernama Sumberwatu Heritage. Nggak kebayang deh dahulu di sana itu bekas kandang sapi. Tapi memang pemandangannya bagus, bisa memandang Gunung Merapi, Candi Prambanan, dan Candi Sojiwan dari kejauhan. Ah, untung pada zaman dulu sudah pernah merasakan motret dari sana.
Sekian dulu ceritanya yah Pembaca! Nantikan cerita di tanjakan berikutnya ya, hehehe. #senyum.lebar
Catatan
Kami sempat menemukan satu lokasi yang diduga sebagai air terjun yang mengering. Tapi benar atau tidaknya nanti kami pastikan kalau sudah musim hujan.
Syukur-syukur make Strava kan kita bisa liat gradient elevasinya.
Mantab lanjutkan nanjak menanjak.
saya baru lg seneng2nya sepedaan, blm pernah ketemu ama sampeyan pula hehe
oh ya kutunggu reportase si curug itu ya...smg beneran ada musim hujan nanti...hehe
Saya terakhir kesana, sdh mulai tidak terawat dan sepi pengunjungnya