HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Empat Pelajaran dari Pantai Sanur

Minggu, 1 September 2013, 09:16 WIB

Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kunjungan pagi ke Pantai Sanur, Bali pada Sabtu (6/4/2013) silam.

 

Pelajaran Pertama

Pelajaran pertama adalah bangun pagi tepat waktu untuk kemudian salat Subuh dan bergegas ke Pantai Sanur selama matahari masih ngumpet di ufuk timur. Andaikan... andaikan di Bali banyak terdapat masjid dan mushalla di mana-mana, kami bakal bertengger di bibir pantai persis saat subuh.

 

Kami salat Subuh dulu di penginapan. Ternyata, baru masuk waktu subuh sekitar pukul lima lebih sedikit. Itu belum termasuk usaha ekstra untuk bangun pagi lho. Oh ya, tidak ketinggalan juga acara nyasar di jalan bypass Ngurah Rai, karena menuju Pantai Sanur dari Pantai Kuta tidak semudah berpindah dari barat ke timur. #hehehe

 

 

 

Pelajaran Kedua

Pelajaran kedua adalah slow-speed photography tidak selamanya menghasilkan foto indah sesuai harapan atau mungkin aku saja yang tidak terampil menguasai jurus ini. Maklum, waktu itu aku masih senang-senangnya bermain dengan filter ND400 Hoya. Jadi, apa pun obyeknya ditembak dengan f/11, ISO 100, 15 detik, dan pakai filter.

 

Sayangnya adalah aku (masih) kurang teliti, seperti saat aku mengerjakan ujian pas kuliah di prodi matematika dulu. Oke, dengan teknik slow-speed ombak tampak halus sementara batu karang tetap kokoh. Dari sini sudah sip, eh tapi kapal-kapalnya jadi tidak jelas! Sebabnya? Kapalnya kan digoyang ombak toh? Baru sadar... #hehehe

 

 

 

Pelajaran Ketiga

Pelajaran ketiga adalah di Pantai Sanur ternyata berpotensi menjadi lokasi bencana tsunami. Sebab Bali selatan berpotensi besar untuk menerima dampak zona tumbukan antara lempeng Indo-australia dan lempeng Eurasia. Waow...

 

Ini betulan! Aku tidak sembarangan omong. Aku dapat informasi ini dari dua orang mahasiswi Universitas Udayana jurusan planologi yang aku lupa namanya dan tidak tahu nomer kontaknya. Waktu itu mereka mewawancaraiku untuk tugas kuliah berkaitan dengan tsunami. Di sekitar pantai seperti tidak aku jumpai rambu peringatan bahaya tsunami. Eh, apa sebenarnya ada tapi aku tidak memperhatikan ya?

 

 

 

Pelajaran Keempat

Pelajaran keempat dan yang terakhir adalah menjaga tata-santun ucapan meskipun itu perbincangan lewat telepon karena bisa memicu musabab yang pelik. Eh, ini aku tidak sedang ngomongin bapak yang ada di foto di bawah lho ya!

 

 

Begitu deh Pembaca. Apa ada yang mau komentar?

NIMBRUNG DI SINI