Di penghujung sebuah tanjakan di seputar Desa Bangunjiwo, Bantul, perhatian Mbah Gundul, Paris, dan aku tertuju pada sebuah papan pengumuman besar. Kali ini, isinya bukan perintah untuk menuntun sepeda, namun sebuah pernyataan:
“Ada kampung Bali di Bangunjiwo dekat Malioboro”
Yang mana kami bertiga tahu bahwa pernyataan itu SALAH!
Desa Bangunjiwo itu berada di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Sedangkan Jl. Malioboro itu ada di Keluharan Sosromenduran, Kecamatan Gedong Tengen, Kota Yogyakarta. Jarak antar keduanya lebih dari 8 km! Jelas banget sudah beda kabupaten dan kotamadya.
Masak ya jarak segitu itu dibilang dekat? #hehehe
Iya sih, dekat. Setidaknya, lebih dekat daripada jarak Magelang – Malioboro atau Wonosari – Malioboro yang sekitar 40-an km itu kan?
Mbelgedhez! #hehehe
Promosi yang hiperbolis itu pun bikin kami penasaran. Seperti apa sih kampung Bali yang dimaksud?
Sudah tentu, kampung Bali yang dimaksud adalah perumahan. Dari beberapa rumah yang sedang dibangun, terlihat kalau yang sedang dibangun itu rumah bertipe 36. Artinya, luas bangunannya 36 meter persegi. Itu tergolong rumah mungil nan sederhana yang komposisi standarnya adalah dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Jenis rumah seperti ini cocoknya untuk pasangan keluarga yang tidak punya anak, atau yang punya anak tapi masih bocah.
Bentuk rumah tipe 36 di kampung Bali tersebut bisa dilihat dari foto-foto berikut.
Yang membuat kami bertiga tercengang adalah harganya! Satu unit rumah tipe 36 dikenai harga 200 juta rupiah! Waow... MAHAL...
Wajarkah harga rumah tipe 36 yang seperti ini di wilayah Yogyakarta yang lumayan jauh dari pusat kota? Kalau dari berita detik.com, unit rumah tipe 36 itu umumnya berkisar di bawah 100 juta rupiah.
Yang membuat kami bertiga lebih tercengang lagi dan seperti yang tampak di foto-foto adalah ... rumah-rumah 200 jutaan itu sudah ada yang beli! Ya kalau nggak dibeli kan ya nggak dibangun toh ya? Siapa yang beli ya? Hmmm....
Oleh sebab rasa penasaran sudah terpuaskan, maka kami bertiga pun segera berlalu menuju tanjakan tujuan berikutnya. Sempat terbesit kekhawatiran di benakku,
“Bagaimana orang Jogja yang tidak mampu bisa punya rumah kalau harga rumah mungil saja ratusan juta rupiah?”
info na dong.... suwun
Gimana masyarakat berpenghasilan rendah bisa dapat rumah impian jika harga tanah saja selangit..........
Gila , betul betul gila ......
Harganya makjleb bgd. Pdhl mnurut yg lbh
brpengalaman rumah tipe 36 rata2 hrgax cm 88-100jt aj.
Itupun sdh layaaaakk bgd. Yg bkin mahal krna
permainan bisnis investasi yg lbh menguntungkan
mereka yg udh tajir duluan. So mrka yg punya modal lbh
gmpg buat bli rmh
.
setealah Bali da Jakarta. Sebenarnya ada fasilitas keringanan kredit rumah subsidi
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari pemerintah untuk rumah
dengan harga di bawah 88 juta untuk sebagian besar wilayah di Jawa. Namun apa
mungkin membangun rumah dengan dana sebesar itu. misal harga tanah 500.000/m2 X
Luas tanah 100 m2 50 Juta, terus bangunan 36 m2 X Rp 2.5 juta/m2 Rp 90 juta.
jadi total biaya bangun rumah di sekitar bantul pinggiran Kota Jogja untuk tipe 36 sekitar
140 juta. itu baru biaya bangun. belum fasilitas umum yang harus dibangun seperti jalan
dll. Jadi fasilitas kredit dari pemerintah hanya untuk rumah yang bisa kita bayangkan
tingkat kelayakannya... Semoga benar dan bermanfaat
oh iya..salam kenal Om Bayu..
sesajen buat rumahnya mas...
iya tu mas..boleh diusulkan tambah sesajen..hiks..
perumahan pesn mdin yang dikerjakan teman kita si Pandu... dulu pas bulan Januari
harganya 140jt plus dikasih motor Hnda Bet... tapi sekarang langsung naik jadi 160jt...
wow... naiknya 20jt sendiri..... itulah bisnis property....