HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Mampir Juga ke Pasar Malam Sekaten

Rabu, 30 Januari 2013, 23:26 WIB

Kebetulan, hari Jum’at (18/1/2013) sore itu hujan nggak mampir ke Kota Jogja. Padahal, sehari sebelumnya turun hujan deraaas banget. Walaupun nggak sampai bikin banjir, ya paling nggak tetap bikin basah. Sekaligus bikin orang-orang malas untuk keluar rumah.

 

Padahal, di Alun-Alun Utara Kota Jogja sedang berlangsung Pasar Malam Sekaten. Pembaca sudah tahu dong apa itu sekaten? Itu lho tradisi memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW. Pastinya, (kalau nggak hujan) bakal menarik banyak orang untuk mampir ke sana. Sayang banget kan?

 

Naaah, kebetulan juga hari itu Paris ngajakin mampir ke Pasar Malam Sekaten. Katanya pingin motret. Jadilah di sore hari itu kami berdua jalan kaki dari rumahku ke Alun-Alun Utara. Nggak naik kendaraan karena Paris sedang ingin jalan kaki, entah kenapa.

 

Nyaris menjelang magrib sampailah kami di Alun-Alun Utara. Ternyata capek jalan kaki dengan capek bersepeda itu rasanya beda. fiuh!

 

 

Es krim! Ini obat yang kami pilih untuk pelepas dahaga setelah capek berjalan kaki. Yang seperti ini aku pernah lihat di pasar tumpah Sunday Morning UGM. Harganya murah, hanya Rp3.000. Es Krimnya terasa lebih cair dan lebih manis. Semoga saja bukan karena kualitas bahan bakunya ya.

 

 

Adzan magrib berkumandang. Jadilah kami keluar sejenak dari Pasar Malam Sekaten menuju Masjid Gedhe Kauman untuk menunaikan salat Magrib.

 

 

Parit di halaman masjid yang dulu kering sekarang penuh terisi air. Apa memang sengaja diisi menjelang perayaan sekaten ya? Ah mbuh. Yang jelas, parit ini beralih fungsi jadi tempat bermain air bagi anak-anak. Seandainya aku masih kecil, pasti juga ikutan nyebur.

 

Salat Magrib agak nggak khusyuk karena perut melilit sakit. Ini apa karena es krim yang barusan aku santap atau karena laper ya?

 

 

Usai salat Magrib aku ngajak Paris makan, tapi dia nggak mau. Paris maunya motret di sekitar masjid dulu. Padahal di sekitar masjid banyak banget penjual makanan; soto, ketupat, nasi kuning, pokoknya banyak deh! Nggak ketinggalan, ada juga yang menjual daun sirih dan telur merah. Kebanyakan yang jual sih simbah-simbah gitu.

 

 

 

Paris ngajak motret gamelan. Untung cuma motret. Buat aku, bunyi gamelan itu enak untuk lagu pengantar tidur. Hoaaahemmm, jadi ngantuk, jadi pingin tidur seperti bapak-bapak abdi dalem yang menjaga gamelan ini.

 

 

Dengan bantuan undian koin, maka kami memutuskan menyantap nasi kuning di halaman luar masjid. Satu porsinya Rp6.000. Nasinya sih dikit, tapi pelengkapnya luar biasa banyak. Ibu-ibu yang menjual datang dari Wonosari dan selalu berjualan seperti ini tiap ada Pasar Malam Sekaten.

 

 

Sesudah perut terisi, kembalilah kami ke dalam area Pasar Malam Sekaten. Muter-muter sebentar nyari objek menarik untuk difoto sebelum pulang. Yang menarik menurutku itu permainan mancing buat anak-anak ini. Itu mata kailnya gimana bisa nyangkut ke ikan-ikan plastik ya?

 

Udah ah, jangan lama-lama ngeliatin anak kecil. Ntar disangka mau nyulik lagi. Hiii.

 

 

Nah ini objek incaran Paris. Dia pingin motret macamnya bianglala saat bergerak menjadi seperti foto di atas. Kalau bianglalanya sedang diam jadi seperti foto di bawah.

 

 

Motret semacam ini di tengah keramaian Pasar Malam Sekaten itu butuh keahlian, eh... perjuangan deng. Orang yang lalu-lalang banyak banget. Apalagi waktu itu kita nggak bawa tripod.

 

Eh?

 

Sudah jam berapa ini? Sudah malam! Harus jalan kaki sampai rumah lagi. Duh!

Yuk pulang. Semoga pas jalan kaki pulang nanti nggak hujan.

NIMBRUNG DI SINI