HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Festivalnya Memedi Sawah khas Dusun Candran

Selasa, 18 Desember 2012, 08:37 WIB

Pembaca mungkin sudah tidak asing dengan istilah memedi. Tak salah jika kemudian pembaca mengartikannya sebagai “hantu”. Sehingga memedi sawah” lantas diartikan sebagai “hantu sawah”.

 

Eh, mungkin ada pula Pembaca yang bertanya-tanya:

“Kok memedi sawah? Kenapa tidak dhemit sawah saja?”

 

Oh, beda itu! Tradisi Jawa menempatkan memedi dan dhemit (dedemit) sebagai dua entitas makhluk halus yang berbeda lho. Mau tau bedanya? Hmmm?

 

Perbedaan Memedi dan Dhemit

Memedi itu makhluk halus yang cenderung suka menakut-nakuti. Nggak cuma muncul dan bikin kaget thok. Istilah londo-nya, act of terror-nya lebih terasa! Haiyah! Selain itu, memedi berwujud dasar manusia.

 

Sedangkan dhemit atau dedemit adalah makhluk halus yang lebih low-profile. Biasanya, dhemit menjadi penunggu tempat angker. Dhemit ya bikin takut juga, tapi nggak bakal jadi galak kalau nggak diusik. Selain itu, wujud dhemit bisa menyerupai binatang atau makhluk lainnya.

 

Gimana? Udah paham kan?

 

Eh? Kok malah ngelantur begini ya? Padahal aku kan juga bukan ahli supranatural, hahaha. #senyum.lebar

 

Festivalnya Makhluk Halus?

Nah, kebetulan nih di desa Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta bakal digelar festival memedi sawah. Tepatnya di dusun Candran dari tanggal 8 sampai 16 Desember 2012. Ada apa ya di festival memedi sawah itu?

 


Memedi sawahnya bukan seperti yang di foto ini lho!

 

Pada Minggu pagi (9/12/2012) yang lalu, aku, Paris, Izza dan kerabatnya Izza (namanya siapa ya?) bersepeda dari Kota Jogja menuju dusun Candran. Kalau dihitung-hitung, jarak dari Kota Jogja ke dusun Candran itu ada sekitar 17 km. Rute perjalanannya yang gampang dan cepat ya lewat Jl. Imogiri Barat dan mengambil jalan ke arah Siluk. Rute ini sama kalau mau menuju Selopamioro, Goa Cerme, dan juga Panggang via tanjakan Siluk, hahaha. #senyum.lebar

 

Berangkat dari titik 0 km pukul 07.45 WIB, sampai di lokasi sekitar pukul 08.30 WIB. Nggak ada acara nyasar, hehehe #hehehe, soalnya di pinggir jalan raya besar menuju dusun Candran sudah ada papan petunjuk arahnya.

 


Masuknya gratis, tapi ada biaya parkir sepeda Rp1.000.

 

Setelah memarkir sepeda, kami pun menuju petak sawah yang ada di dusun Candran. Ya mau melihat memedi sawah lah! Emangnya mau macul? #hehehe

 


Ini memedi sawahnya. Memangnya kalian pikir apa heh?

 

Ya itu memedi sawahnya. Lucu kan? Hehehe. #hehehe

 

Ternyata Memedi Sawah itu...

Kita biasa menyebutnya sebagai orang-orangan sawah. Kalau orang londo menyebutnya scarecrow (scare = takut, crow = gagak). Walaupun nggak umum ada burung gagak di persawahan Indonesia, memedi sawah ini ya tetap berfungsi untuk menakut-nakuti burung-burung yang hendak memangsa bulir-bulir padi.

 


Ada yang mirip dengan manusia lengkap dengan rok SD.

 


Yang jelas, anak-anak sih nggak takut.

 

Karena itu, selain wujudnya dibentuk menyerupai manusia (biar mirip pak Tani gitu), memedi sawah ini juga dilengkapi oleh sound-system kelas kaleng yang bisa dioperasikan dari control panel yang disebut dangau.

 


Para DJ cilik di control panel dangau.

 

Eh ya, kayaknya lama banget aku nggak menyebut kata dangau, hahaha. Pembaca tahu apa itu dangau kan? #senyum.lebar

 

Katanya Bisa Gerak-Gerak Sendiri, Hiii...

Perihal memedi sawah di atas yang bisa “gerak-gerak sendiri”, itu aku kurang paham pembaca. Tapi, di dusun Candran ini ada lho benda yang menyerupai memedi sawah dan bisa “gerak-gerak sendiri”.

 


Aku yakin, jarang ada yang tahu apa itu ani-ani dan bagaimana cara menggunakannya.

 

Benda itu disimpan di Museum Tani Indonesia. Dari “peringatan” yang diumumkan pemandu acara, katanya wanita yang sedang datang bulan dilarang masuk ke dalam Museum Tani Indonesia. Weleh, ada apa gerangan?

 


Ditemani dupa dan sesaji, horror pokoknya!

 

Gerangan ada Nini Thowong! Nini Thowong ini sejenis jailangkung, tapi ukurannya lebih besar. Disebut Nini Thowong karena berwujud perempuan (nini) dan berwajah putih (thowong). Boneka ini ketika sudah “gerak-gerak sendiri” katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit lho.

 

Kontes Memedi Sawah

Memedi-memedi sawah yang tersebar di persawahan ini dilombakan lho! Berhubung belum masuk musim panen, mungkin kemampuan menakut-nakuti burung tidak menjadi faktor penilaian, hehehe. #hehehe

 


Untuk beberapa memedi sawah, menurutku pas digotong mirip saat menggotong mayat, hiii!

 


Memasang memedi sawah di tempat yang dipilih.

 

Oh ya, ada juga lomba fotografi dengan tema memedi sawah. Pantas saja, saat hari mulai beranjak siang ada banyak pengunjung ber-DSLR “berkeliaran” di pematang sawah. Aku dan Paris juga gitu sih, tapi kan nggak ikut lomba, hehehe. #hehehe

 

Dari tingkahku yang “mencurigakan” aku sempat “diinterogasi” oleh panitia apakah aku termasuk peserta lomba fotografi atau dari media. Aku jawab saja: tukang jalan-jalan, dan berakhirlah aku dikucilkan oleh panitia seakan kehadiranku tidak diharapkan. #lebay

 

Selain lomba menyangkut memedi sawah, pada hari itu ada juga lomba memasak nasi liwet lengkap dengan lauk-pauknya. Sayangnya, karena memasak nasi liwet itu lama, jadinya ya tidak sempat mengicip nasi liwetnya deh #peluangmakangratis.

 


Ibu-ibu mbok ya jangan lama-lama diskusinya, udah laper niiiy...

 


Apa boleh buat, jajan jajanan anak-anak aja deh ya.

 


 

Secara keseluruhan, festival ini bagus dan bisa mendongkrak popularitas dusun Candran sebagai desa wisata. Sepertinya festival memedi sawah ini sudah menjadi acara yang rutin digelar.

 


He? Kenapa bisa ada pesawat latih nyasar di sini?

 

Tapi ada hal yang membuat aku bertanya-tanya sih. Kenapa mayoritas panitia festival berasal dari mahasiswa sekolah vokasi prodi bahasa Perancis ya? Kan agak nggak nyambung itu memedi sawah dan bahasa Perancis? Apa ada panitia yang bisa menjawab? Terima kasih! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI