Selepas mengunjungi Gedong Pusaka, perjalanan menapak tilas peninggalan Sultan Hamengkubuwono II pun kembali berlanjut. Tentu masih naik sepeda dan bersama kawan-kawan SPSS. Bagi Pembaca yang ingin membaca kembali kisah perjalanan kami sebelumnya, silakan klik tautan yang ada di bawah ini.
SILAKAN DIBACA
Dari Gedong Pusaka kami bersepeda menyusuri Jl. Gedong Kuning yang kala itu ramai dengan hilir-mudiknya kendaraan bermotor. Rute sepeda pun mengambil arah ke utara, hingga tiba di suatu perempatan yang dijaga lampu lalu lintas. Kami pun lantas mengambil arah timur (kanan) dan melewati suatu bangunan gapura seperti foto di bawah ini.
Apakah gapura di atas berfungsi sebagai gerbang masuk/keluar kompleks milik Keraton? Apakah ada Pembaca yang tahu?
Setelah melewati gapura, kami berjumpa dengan ringroad selatan. Tentu, kami harus menyebrang dan menuntun sepeda. Perjalanan pun berlanjut dengan menembus keriuhan pasar pagi. Sampai akhirnya, tibalah kami di reruntuhan suatu bangunan. Warga sekitar menyebut bangunan ini sebagai Gua Siluman.
Hiii, apa pula Gua Siluman itu?
Apakah ini markas besarnya para siluman? Entahlah. Yang jelas, sewaktu berkunjung ke sana, kami nggak menjumpai satu pun siluman atau sebangsanya. #senyum.lebar
Gua Siluman dahulunya merupakan satu pesanggrahan peninggalan Sultan Hamengkubuwana II. Secara administratif, Gua Siluman terletak di Desa Wonocatur, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Tepat di atas bangunan adalah jalan raya.
Disebut Gua Siluman karena bangunan ini berbentuk seperti gua. Kesannya, bangunan ini adalah pesanggrahan yang tersembunyi. Ah, mungkin pula memang sengaja dirancang demikian. Ideal untuk bersembunyi dari sergapan musuh dan mungkin karena itu julukan siluman disandangkan padanya.
Seperti pesanggarahan lain pada umumnya, di dalam gua terdapat mata air. Dari sisa-sisa tangkai dupa, tempat ini sepertinya kerap dipergunakan sebagai lokasi semadi. Pada foto, tampak ada ikan berwarna hitam yang hidup di mata air ini. Bisa jadi ikan itu dikeramatkan.
Dari pintu masuk utama sendiri turut mengalir air yang membentuk semacam sungai kecil. Pesan dariku adalah.
JANGAN SENTUH AIR SUNGAI ITU!
Kenapa?
Sementara kawan-kawan yang lain bercengkrama di luar gua, aku memberanikan diri masuk ke dalam gua. Entah apa yang bakal aku temui di dalam. Apakah memang ada siluman atau dhemit, itu aku tidak tahu. Yang jelas, waktu itu siang hari, pikirku siluman atau dhemit pastilah sedang tidur, hehehe. #hehehe
Aku telusuri saja lorong gua yang pengap dan becek itu. Hingga sampailah aku di muara sungai kecil itu, di ujung luar gua, yang ternyata adalah ini.
Ya kan? Alhamdulillah aku nggak menyentuh airnya. #senyum.lebar
Mungkin ini sebabnya pesanggarahan ini kehilangan nuansa sakral dan mistis. Jangankan dhemit, manusia pun tak sudi jika tempat tinggalnya disandingkan dengan kotoran toh? Menurut kabar yang aku peroleh, katanya lorong gua ini dahulu juga penuh sampah. Beh!
Jadi, kalau Pembaca berkunjung ke Gua Siluman, sebaiknya memang tidak masuk ke dalam gua. Apalagi menyentuh airnya. Yang menurutku disayangkan adalah mungkin di bawah rumah-rumah penduduk itu masih tersembunyi bagian lain dari reruntuhan Gua Siluman.
Masak kompleks pesanggrahan luasnya kecil sekali toh ya? #senyum.lebar
Baca yang lain.
Salah Wonocatur RT 11 RW 26.