Aku yakin, Pembaca sekalian sudah pernah mendengar atau barangkali mengetahui perihal istilah Hamengkubuwana. Bagi Pembaca yang belum tahu, Hamengkubuwana (biasa dibaca Hamengkubuwono dan disingkat HB) merupakan gelar raja Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dimulai sejak pemerintahan Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengkubuwana I.
Aku yakin, tentu Pembaca semua sudah nggak asing dengan tokoh Sri Sultan Hamengkubuwana X. Beliau merupakan sultan (raja) dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang saat ini bertahta dan sekaligus Gubernur Provinsi DI Yogyakarta. #senyum.lebar
Nah, pada hari Sabtu pagi (24/3/2012), aku bersama kawan-kawan SPSS bersepeda dengan agenda sekilas menapak tilas peninggalan Sultan Hamengkubuwana II. Semasa bertahta, beliau mendirikan sejumlah bangunan di Yogyakarta dengan arsitektur unik, yakni perpaduan antara budaya barat dan budaya timur.
Apa saja ya peninggalan Sultan Hamengkubuwana II? Yuk kita simak bersama-sama.
Pesanggrahan Warungboto
Pesanggarahan itu adalah sebutan untuk suatu tempat yang lazim dipergunakan sebagai tempat peristirahatan. Pesanggarahan Warungboto merupakan salah satu pesanggrahan yang dimiliki oleh Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat selain Pesanggrahan Ambarukmo dan Pesanggrahan Ambarketawang.
Pesanggrahan Warungboto sebenarnya bernama Pesanggrahan Rejowinangun. Letak pesanggrahan ini ada di sisi Jl. Veteran, di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Dari sisi jalan raya, bangunan pesanggrahan ini nyaris tidak tampak. Bila Pembaca tidak jeli dengan mengamati papan keterangan benda cagar budaya, bisa jadi keberadaan bangunan bersejarah ini bakal terlewat begitu saja.
Seperti bangunan tua pada umumnya, kondisi Pesanggrahan Warungboto kini mengenaskan. Banyak sekali tembok yang runtuh. Meskipun begitu kita masih dapat membayangkan bagaimana megahnya bangunan ini pada saat masih berdiri kokoh.
Aku menduga kompleks Pesanggrahan Warungboto ini sepertinya luas. Namun saat ini luasnya menyusut karena terkepung oleh padatnya pemukiman warga.
Seperti banyak pesanggrahan pada umumnya, di tengah bangunan terdapat sebuah kolam yang memiliki mata air. Sayang, air kolam ini kotor dan berlumut. #sedih
Untungnya, pesanggrahan Warungboto ini masih memiliki juru pelihara. Kami mengisi buku tamu sesaat sebelum meninggalkan lokasi.
Gedong Pusaka
Kondisi bangunan ini jauh lebih mengenaskan dibanding Pesanggrahan Warungboto. Bahkan, mungkin nggak ada orang yang tahu bahwa ini adalah sebuah bangunan. Sebab, letak Gedong Pusaka berada di tengah rimbunan semak belukar yang diapit oleh sawah.
Gedong Pusaka terletak di Dusun Banguntapan, Kelurahan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Mudahnya, dari Kantor Kelurahan Banguntapan di Jl. Gedong Kuning bisa ditemui shelter bus TransJogja. Ikuti jalan kecil di samping shelter bus TransJogja untuk menuju ke lokasi. Petunjuknya ya itu, cari rimbunan semak belukar di tengah sawah yang katanya warga sebagai tempat angker, hiii. #mistis
Bangunan ini disebut Gedong Pusaka, mungkin karena dahulunya digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka. Konon, di dalam Gedong Pusaka ini dulu terdapat mata air (umbul). Tapi sekarang ya sudah nggak ada. Yang tersisa dari Gedong Pusaka hanya tembok-tembok yang tak lagi utuh. Ah, andai tembok-tembok itu bisa bercerita.
Eh iya, kisah petualangan kami ini belum selesai lho! Masih bersambung di artikel selanjutnya. Nantikan terus ya Pembaca! #senyum.lebar
no.69, Gedongkuning, Banguntapan...lor
Prapatan 100 m,wetan ndalan.Tahun 1973-
an,di kulon ndalan,utaranya Pusat Oleh-oleh
Bumi Jawa,ada benteng tinggi sekitar 6 - 7
m,tebal seperti benteng kraton seberapa
mungkin di lor Prapatan itu tempat tinggal
Utama HB II ?,
Saya penasaran sudah tanya warga sekitar tapi belum mendapat info yang akurat.
Terima kasih teman-teman team blusukan.
Tapi kami belum bisa memastikan secara lebih detil karena kesulitan untuk mengakses lokasi tersebut.
Pada pertengahan tahun 2018 ini kami pernah berusaha menyambangi lokasi situs. Tapi tidak diperkenankan masuk oleh mas penjaga yang bertugas. Beliau takut dimarahi oleh atasannya karena situs tersebut sedang tertutup seng proyek.
Kata mas penjaga, situs tersebut bukan pesanggrahan, melainkan bunker yang dibuat pada masa penjajahan Jepang.
Mungkin saja bunker tersebut dibangun memanfaatkan sisa bangunan pesanggrahan yang sudah terlebih dahulu ada.
Tapi, semuanya tetap membutuhkan investigasi lebih lanjut.
Banguntapan... horor di sana, menurutku kekuatan gaibnya cukup tinggi di sana... terus
kata bapak-bapak yang rumahnya ada Manuk Beri-nya: Gedong Pusaka, Warungboto,
Gua Siluman masih ada kaitannya dengan makam seorang Patih (aku lupa namanya) di
daerah Berbah.
Mungkin yang dimaksud patih itu Wotgaleh atau disebut juga Pangeran Purbaya. Di pemakaman itu juga beristirahat ayahandanya Ki Ageng Sekar Jagad lho.
Iya sudah banyak rusak. Mungkin terkena dampak perang dan juga tidak ada yang merawat.