HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Lidah Jawa Mengicip Kuliner Makassar

Jumat, 9 Maret 2012, 21:04 WIB

Kuliner di Makassar? Apa saja sih yang enak? Nggg, sulit untuk untuk dijawab. Sebab kami hanya beberapa hari singgah di Makassar dan hanya sempat menjajal beberapa. Walau begitu, ada sejumlah santapan yang cukup berkesan di lidah Jawaku dan mungkin bila suatu saat kembali ke Makassar, aku akan menyantapnya lagi, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Untuk kuliner yang benar-benar khas Makassar, kami mencoba Mie Titi di Jl. Datumusseng yang lokasinya hanya sepelemparan batu dari pantai Losari. Mie Titi itu adalah mie kering, yang kemudian diguyur oleh kuah kental bercampur sayur sawi dan irisan ayam yang lumayan melimpah.

 

Mengingat harga ayam yang lumayan mahal di Makassar, aku sudah menduga bahwa santapan yang satu ini bakal diganjar dengan harga yang cukup premium. Benar saja, satu porsi sedang Mie Titi dikenai harga Rp17.000. Sedangkan untuk mie titi porsi kecil hanya Rp16.000. Mending makan yang porsi besar saja ya kalau begini harganya, hahaha. #senyum.lebar

 

Jeruk nipis sebagai pelengkap senantiasa hadir dalam setiap kuliner khas Makassar. Sepertinya, kuliner Makassar selalu menghadirkan rasa asam. Buatku yang baru dua kali menyantap hidangan Makassar, bisa jadi belum terbiasa dengan rasanya. Tapi dengan ukuran Mie Titi yang besar, itu benar-benar bikin perut kenyang.

 

Ada pengalaman yang cukup unik di sini. Oleh pelayan kami tak ditanya pesan apa, begitu pula dengan minumnya. Pelayan hanya bertanya “berapa porsi?” dan itu cukup membuat kami yang baru pertama kali singgah bingung.

 


 

Selanjutnya, camilan alias jajanan khas Makassar.

 

Mengingat aktivitas harian kami yang cukup aktif, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, camilan adalah hal yang tak boleh terlupa untuk menambah asupan tenaga. Sebab, kami pun hanya bersantap dua kali dalam sehari. Eh, bisa dihitung tiga kali sih, tapi salah satunya adalah bersantap camilan, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Memang hanya rambutan. Di mana-mana rambutan pun bentuknya sama, bulat dan berambut. Warnanya pun sama, merah tua. Tapi jangan bandingkan ukurannya dengan rambutan di Jawa. Rambutan ini ukurannya jauh lebih besar. Harganya pun jauh lebih mahal, satu kilogram dihargai Rp10.000. Tapi memang enak ... dan besaaar. Penjual rambutan ini bisa ditemui di pinggir jalan raya, sepanjang Jl. Poros Malino.

 

 

Jagung bakar juga memang hanya jagung yang dibakar. Ini juga termasuk camilan yang biasa-biasa saja. Tapi jujur, buatku ini camilan yang luar biasa. Lagi-lagi karena ukurannya. Sebab, ukuran jagung di Makassar lebih besaaar dibandingkan jagung di Jawa. Misalnya saja dengan ukuran jagung yang dijual di Pasar Sentul itu.

 

Menariknya lagi, harga jagung bakar di Makassar sama dengan harga jagung bakar di Jawa! Cukup Rp2.500 saja! Aku pun kenyang makan jagung bakar. Tak mengapa lah banyak yang terselip di gigi, hehehe.

 


 

Menyinggung tentang gigi, hmmm, ada dua kuliner yang buatku patut diwaspadai.

 

 

Pertama adalah Roti Maros. Roti ini dijual di kedai-kedai di sepanjang Jl. Raya Poros Maros. Ini roti empuk yang berisi selai. Mirip seperti roti unyil. Yang kebetulan aku santap adalah roti berisi selai kaya. Selai kaya itu dibuat dari campuran kuning telur, santan, dan gula. Rasanya manis, tapi enaknya luar biasa. Selain selai kaya, ada juga selai nanas, stroberi, dan durian. Satu kotak besar dihargai Rp10.000. Cukup mengenyangkan bila disantap sendiri. Cocok juga untuk oleh-oleh.

 

 

Kedua adalah es puter. Kuliner ini memang tergolong biasa saja. Es puter ini dijajakan di sepanjang Jl. Somba Opu yang terkenal dengan toko emas dan toko oleh-oleh. Berhubung tempat kami menginap itu melewati Jl. Somba Opu, jadilah aku sering menyaksikan es puter ini. Bisa ditebak, akhirnya aku khilaf juga, menyempatkan diri untuk membeli satu porsi.

 

Harganya cukup murah, Rp5.000 kalau nggak salah, tapi dengan topping yang beragam. Ada pacar cina, meses, serbuk milo, kacang, dll. Rasanya ya sama dengan es puter yang dijajakan di mana-mana. Nothing special. Tapi untuk penikmat es puter sepertiku, yang demikian ini sudah cukup menenangkan hati.

 

 

Lha, kalau begitu apa yang harus diwaspadai?

 

Buatku, kombinasi Roti Maros + Es Puter = SAKIT GIGI!

 

Kebayang nggak sih Pembaca harus sakit gigi di pulau seberang? Doh... tobat... tobat....

 

Kuliner Makassar benar-benar bikin kenangan deh. Sakit gigi di malam hari di kota Makassar adalah pengalaman yang tiada duanya! #senyum.lebar

 

Satu pesanku ya Pembaca! Jangan lupa gosok gigi sehabis menyantap kuliner yang manis-manis!

 

Pembaca pernah sakit gigi di Makassar?

Eh, maksudku menyantap kuliner khas Makassar? #hehehe

NIMBRUNG DI SINI