HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Surat Untuk Pangeran Diponegoro

Senin, 5 Desember 2011, 16:25 WIB

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

 

Kepada Kanjeng Pangeran Diponegoro,

 

Kanjeng Pangeran, perkenalkan nama saya Wijna. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya secuil kecil dari sekian banyak rakyat jelata yang bermukim di Yogyakarta. Kanjeng Pangeran tentu masih ingat dengan Yogyakarta kan? Jauh dari sini. Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan oleh Gusti Allah SWT untuk bisa mengunjungi Kanjeng Pangeran, di sudut kota yang penuh hiruk-pikuk ini.

 

Kanjengan Pangeran, saya yakin, Kanjeng Pangeran tidak mengenal saya, namun saya dan banyak kawan-kawan lain mengenal Kanjeng Pangeran. Kini, Kanjeng Pangeran adalah pahlawan nasional. Tidak ada anak sekolah yang tidak mengenal Kanjeng Pangeran. Bahkan hampir di setiap kota terdapat jalan yang diberi nama seperti nama Kanjeng Pangeran. Semua semata-mata untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa perjuangan Kanjeng Pangeran di bumi nusantara ini.

 

Kanjeng Pangeran, perlu Kanjeng Pangeran ketahui bahwa saya beserta kawan-kawan tengah menapak tilas perjuangan Kanjeng Pangeran. Dari mulai gua persembunyian Kanjeng Pangeran di Selarong, Kalibawang, Sedayu, hingga Playen. Serta menyusuri lereng Perbukitan Menoreh dari Yogyakarta hingga Purworejo.

 

Kanjeng Pangeran, maaf bila saya lancang, namun dari napak tilas yang kami lakukan, kami memuji ketangguhan Kanjeng Pangeran beserta pasukan dalam memerangi penjajah Belanda. Medan jalan yang tidak umum, terpencil, kemiringan jalan yang nyaris tegak lurus, tidak heran kalau Belanda kerepotan menghadapi perlawanan Kanjeng Pangeran. Amat disayangkan, betapa pengecutnya Belanda hingga harus menipu Kanjeng Pangeran untuk bisa menangkap dan akhirnya mengasingkan Kanjeng Pangeran ke Sulawesi ini.

 

Kanjeng Pangeran, maaf saya belum bisa berbuat banyak untuk negeri ini, untuk Yogyakarta seperti yang Kanjeng Pangeran lakukan. Kami rindu sosok seperti Kanjeng Pangeran, yang gigih berjuang melawan penjajahan, suri tauladan yang teramat langka ditemui di masa ini.

 

Kanjeng Pangeran, saya meminta izin untuk pamit. Maaf, tidak bisa berlama-lama bersama Kanjeng Pangeran. Kami panjatkan doa untuk Kanjeng Pangeran beserta keluarga dan seluruh pasukan, semoga amal ibadah Kanjeng Pangeran sekalian diterima di sisi Gusti Allah SWT.

 

Saya pamit dulu Kanjeng Pangeran. Semoga di lain kesempatan saya bisa singgah kemari lagi.

 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

 


Tampak depan kompleks pemakaman Pangeran Diponegoro.

 


Tampak depan kompleks pemakaman Pangeran Diponegoro yang sesungguhnya #halah. Padat oleh angkot jalur C dan H. Itu juga alasan kenapa foto sebelum ini tidak pas di tengah, karena tidak ada angkot yang mau mengalah membiarkanku motret dari tengah jalan raya #hehehe.

 

Makam Pangeran Diponegoro terletak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan tepatnya di Jl. Diponegoro (nah ini baru Jl. Diponegoro yang ada peninggalan Pangeran Diponegoro nya #hehehe). Untuk memasuki kompleks makam tidak dipungut biaya. Juru kunci makam yang juga beprofesi ganda sebagai juru parkir akan senang hati membukakan gerbang makam.

 


Pusara Pangeran Diponegoro berdampingan dengan putrinya
istrinya, Ratu Ratna Ningsih

 

Pengunjung wajib mengisi buku tamu. Walau kelihatan sepi namun tiap hari hampir ada saja peziarah yang berkunjung kemari. Pada kolom kesan/pesan di buku tamu banyak yang menulis alasan singgah untuk mengenang jasa Pangeran Diponegoro. Yah, buatku sebagai sesama orang Jogja, masak ya tidak menyempatkan diri untuk ziarah ke makam beliau?

 


Pendopo di kompleks makam untuk melepas lelah. Di sini juga ada mushalla.

 


Di kompleks pemakaman ini juga dimakamkan kerabat dan pengikut Pangeran Diponegoro yang turut diasingkan di Makassar. Tapi ini ada nisan nyempil sendiri milik siapa ya?

 

Apa Pembaca juga pernah ziarah ke makam para pahlawan?

NIMBRUNG DI SINI