Pilu rasanya saat membaca artikel di blognya Mas Stein: Whistleblower bahwa kejujuran sekarang ini dipandang sebagai suatu kelainan, kesalahan yang harus dianulir.
Secara ringkasnya, Mas Stein mengulas berita dari Surabaya tentang Ibu Siami yang melaporkan tindak kecurangan pihak sekolah SDN Gadel 2 karena memaksa anak Ibu Siami agar memberi contekan ke murid-murid lain saat UN berlangsung. Tapi, tindakan Ibu Siami ini malah dikecam oleh para wali murid lain, karena anak mereka terancam tidak sah mengikuti UN.
Hanya karena mengangkat derajat sebuah kejujuran, mengapa jadi dipersalahkan?
Jadi, jujur itu salah?
Aku memang bukan manusia yang 100% jujur setiap saat. Tapi aku yakin kita semua tahu bahwa jujur itu baik dan bohong itu buruk.
Tapi, di dunia yang serba abu-abu ini, kadang kebenaran sering diputar-balikkan, seperti yang dialami oleh Ibu Siami.
Mungkin apa yang ada di pikiran para wali murid adalah,
“Buat apa sih diungkap!? Kan anak saya jadi tidak sah lulus UN!? Harus mengulang lagi! Kan jadi repot! Kenapa tidak dibiarkan saja, toh ini UN SD!?”
Dan mungkin ketika kejadian serupa terjadi di jenjang pendidikan yang berbeda, alasan yang muncul pun akan menyesuaikan; “toh ini UN SMP!?” atau “toh ini UN SMA!?”.
Mungkin karena ujian itu hanya sekali. Setelah berlalu tak disinggung lagi. Jadi, mungkin karena hanya sekali itu, apa pun boleh diperbuat...
Tidak jujur dalam ujian skripsi.
Tidak jujur dalam tes masuk pekerjaan.
Tidak jujur dalam ujian mengemudi.
Repot kalau mau jujur, bisa jadi tidak bakal lulus ujian/tes.
Eh? Mungkin itu dia…karena jujur itu merepotkan dan orang tidak suka repot, maka jujur itu dijauhi, mereka yang jujur dianggap sebuah kelainan…
karena kalau kita jujur pasti orang lain percaya sama orang lain,
tapi terkadang kejujuran itu menyakitkan,
Semoga kita selalu menjadi orang-orang yang sabar ya :)
Memang ketegasan itu menyakitkan Om, tapi selamanya melunak dengan \"abu-abu\" juga tidak baik...
Nggak ada yang nanya, kamu beneran bisa ngerjain psikotes itu apa enggak.
Nggak ada yang nanya, kamu bisa nyetir mobil apa enggak.
Tapi kalau suatu hari nanti, ternyata cara berpikirmu miring-miring, kamu nggak bisa bedakan mana fakta dan mana asumsi:
Atau kalau ternyata kamu nggak becus ngerjain pekerjaanmu padahal seharusnya orang lain lebih pantas karena dia lebih kompeten ngerjain pekerjaanmu;
Atau saat kamu mengakibatkan orang lain celaka gara-gara kamu nggak perhatikan rambu lalu lintas dengan benar;
Mungkin saat itu baru kita sadar, ternyata jujur itu jauh lebih baik daripada yang nggak jujur.
*mulai bertanya-tanya, berapa kali saya nyontek waktu jaman sekolah dulu*
Harusnya mereka malu, karena sekolah yg selama ini mereka banggakan ternyata melakukan praktek tak terpuji. :mad:
kadang nyepeda wae ra jujur pada diri sendiri je pas dikoyok kae lho, wes rakuat tenan mergo isin ro sebelahe trus dikuat2ne....
daripada kalo \"boleh jujur\"