HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Fenomena Crop Circle Berbah: Atraksi atau Konspirasi?

Selasa, 25 Januari 2011, 18:10 WIB

Apa Pembaca pernah nonton film Signs yang dibintangi aktor Mel Gibson? Kalau iya, tentu Pembaca masih ingat dong, motif-motif aneh yang mendadak terbentuk di ladang gandum. crop circle yang aku maksudkan adalah yang seperti itu.

 

Keren toh? #senyum.lebar

 

Lebih kerennya lagi, crop circle (yang aku nggak tau padanan kata Indonesianya apa #hehehe) kini hadir di Indonesia! Tepatnya di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Tapi… berhubung di Sleman nggak ada ladang gandum, alhasil crop circle itu terbentuk di persawahan!

 

Wow, kreatif banget!

 


Crop circle Berbah di tengah sawah itu.

 

Didorong oleh rasa penasaran yang teramat tinggi. Hari Selasa (25/1/2011) pagi aku memutuskan untuk bersepeda ke TKP. Aku nggak sendiri, sebab ditemani oleh Angga, Pipink, Raditya, dan beberapa kawan Bike2Campus.

 

Lagipula, Desa Jogotirto sudah ibarat halaman rumah sendiri. Di sana ada Candi Abang. Di bulan Januari tahun lalu SPSS bersepeda ke sana. Di bulan Agustus silam juga pernah upacara bendera di sana.

 


Tim investigasi crop circle Berbah #senyum.lebar

 

Kami merapat ke #hehehe">TKP sekitar pukul 7 pagi, berharap suasana masih sepi. Tapi… #hehehe">omigot… banyak banget pengunjungnya! >.<

 

Yang lebih ora kalap lagi, di sana ditarik karcis masuk! Sama warga setempat sih. Tarifnya Rp1.000 per orang. Mau cari jalan tikus juga percuma. Sebab, akses jalannya cuma satu. Wajar dunk kalau kami mulai mengendus ada motif ekonomi di sini. #hehehe

 


Lokasi ini adalah gerbang masuk ke dunia Tuyul, hiii... >.<

 

Area di sekitar crop circle sudah dibatasi oleh garis polisi. Jadi, warga sipil nggak bisa mendekat. Satu-satunya cara untuk menikmati “panorama” Crop Circle adalah dari puncak sebuah bukit yang bernama Gunung Suru. Eits…jangan salah! Gunung Suru ini “sekelas” dengan Gunung Kelir. Kabar yang tersiar, Gunung Suru ini ibarat kompleks perumahan tuyul! Doh! >.<

 


Berbagai macam pengunjung mencoba untuk mendaki Gunung Suru. Pada seneng outbond apa ya? #hehehe

 

Walau Gunung Suru angker, nyatanya pengunjung antusias untuk mendakinya. #hehehe">Ora kalap babar blas! Mulai dari anak-anak SD, bule londo, simbah-simbah, sampai anak muda kurang kerjaan macam kami ini. #hehehe

 

Ya memang pantas disebut kurang kerjaan. Sebab mendaki Gunung Suru hampir serupa seperti mendaki gunung pada umumnya. Jalannya hanya batu yang sukar dipijak. Bertanah lumpur yang licin. Beruntung pihak desa sudah memasang tali sebagai alat bantu pendakian.

 


Kegiatan salah satu SD terdekat adalah berkunjung ke Gunung Suru...bagus...

 

Semestinya, medan sukar ini hanya bisa dilalui oleh mereka yang kerap bertualang di alam, seperti mahasiswa pecinta alam. Namun pengunjung dari berbagai golongan malah tertantang menaklukannya tanpa takut.

 

Kabar terakhir, seorang pengunjung tewas saat mendaki Gunung Suru. Setelah kejadian ini apakah animo masyarakat untuk mendaki Gunung Suru berkurang?

 


Gunung Suru dibatasi tebing vertikal dengan ketinggian sekitar 30 meter. Artinya, sekali terpeleset, jatuh, ya sudah... #sedih

 

Mulailah kami menyusun teori konspirasi. Kami tak mudah percaya bahwa crop circle ini “oleh-oleh” dari alien yang mampir di Berbah. Kami menduga ini semata-mata kreasi mahasiswa (kabar yang tersiar sih begitu). Dibuat sebagai pengalihan dari isu-isu yang beredar saat ini, seperti kasus Gayus atau mungkin Keistimewaan Yogyakarta. #hehehe

 

Dalam benak liarku, pihak-pihak yang menciptakan crop circle ini sudah berkoordinasi dengan warga setempat. Sah-sah saja toh, bila misalnya pemilik sawah berkenan agar sawahnya dibentuk motif tertentu. Lantas menutup rapat-rapat asal-muasalnya kepada publik. Memunculkan rasa penasaran dengan menghadirkan atraksi instan. Hehehe. #hehehe

 


Pengunjung menikmati "panorama" Crop Circle dari puncak Gunung Suru.

 

Aku bukan ingin menjatuhkan tudingan pada warga desa. Aku ingin kita semua untuk berpikir logis akan fenomena ini. Sebab dari peristiwa ini aku menarik beberapa poin menarik:

 

  1. Kesigapan warga desa dalam mengelola “aset” mereka untuk mewujudkan “desa wisata” yang menguntungkan secara ekonomi.
  2. Tingginya perhatian masyarakat akan fenomena ini yang seakan haus akan “jawaban”.

 


Foto-foto Gunung Suru ini dijual lho. Katanya sih harganya lebih dari lima ribu rupiah.

 

Namun toh, sah-sah saja bila masyarakat lantas mendambakan penjelasan tak logis dari crop circle. Bukankah kultur budaya Jawa sendiri juga sarat akan elemen-elemen tak logis?

 

Tak perlu dipusingkan. Toh suatu saat akan berlalu. Seiring dengan padi yang menguning, kemudian dipanen, dan lantas menghilangkan jejak crop circle ini dari sawah dan benak masyarakat. #senyum

 

Jadi, Pembaca yakin crop circle ini prakaryanya Alien? #hehehe

NIMBRUNG DI SINI