HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kali-Kali Kelabu Erupsi Merapi

Minggu, 7 November 2010, 06:54 WIB

Kali-kali (sungai) yang mengalir di tengah kota Jogja, ibarat urat nadi yang menghubungkan Gunung Merapi dengan laut selatan. Kali-kali itu memberi kehidupan bagi setiap peradaban yang dilewatinya. Tak heran, jika hingga kini masih banyak manusia yang bermukim di dekat kali. Bukankah hidup dekat kali, berarti hidup dekat dengan air penghidupan?

 

Namun air kehidupan itu seakan sirna pada hari Jum’at (5/11/2010), ketika Gunung Merapi mengalami erupsi (yang diyakini) terbesar. Kali-kali itu menanggung tugas yang teramat berat, menampung muntahan lahar Merapi yang disebut dengan lahar dingin, yakni paduan material lahar panas yang telah menyatu dengan derasnya air kali.

 

Seketika itu pula, warna air kali berubah menjadi kelabu. Derasnya arus air serta debit air meningkat drastis. Sesekali, tampak batang-batang pohon dan bebatuan vulkanik menyembul ke permukaan.

 

Jikalau manusia bisa mengotori sungai, membuat kehidupan di dalamnya menderita. Maka alam, semestinya bisa berbuat hal serupa, yang bisa membuat manusia di sekitarnya menderita.

 


Endapan material lahar (kanan) di Kali Code di Kota Jogja.

 


Ketinggian air Kali Code sedikit lagi menyentuh pemukiman warga.

 


Sampah pepohonan di Kali Kuning, 15 km dari Puncak Merapi.

 


Bendungan Kali Kuning kesulitan mengalirkan air karena tersumbat sampah pepohonan.

 

Terima kasih untuk Rizky yang nekat berada 15 km dari Puncak Merapi sesaat setelah erupsi besar untuk mengambil foto Kali Kuning #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI