HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Legenda Cinomati

Jumat, 17 September 2010, 14:27 WIB

Cinomati berasal dari dua kata, cino dan mati. Kata cino mengacu kepada kata cina yang dilafalkan dengan dialek Jawa. Sedangkan kata mati ya berarti mati, meninggal, atau wafat.

 

Eh iya, ini aku lagi nggak ngomongin tentang orang cina yang mati lho! Sebab, Cinomati yang aku singgung ini adalah nama lain ruas jalan alternatif yang menghubungkan Desa Wonolelo dan Desa Terong. Kedua desa tersebut termasuk wilayah Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

 

Rute ke Cinomati...

Cinomati relatif mudah untuk dicapai. Dari Kota Jogja, arahkan kendaraan ke Kotagede, menyebrang ringroad selatan, menuju ke Pleret. Dari Pleret tinggal mengikuti jalan raya hingga sampai ke Desa Wonolelo.

 


Bukit tinggi, dibalik cagak sutet listrik itulah Cinomati berada.

 

Menurut penuturan warga, nama Cinomati mulai populer semenjak ada orang cina yang mati di ruas jalan tersebut. Tapi pada kenyatannya, ruas jalan Cinomati ini memang terkenal bahaya. Benar-benar rawan bikin orang mati! Nggak hanya sebatas orang cina saja. #hehehe

 

Lha kok bisa bikin orang mati seperti itu?

Berlebih-lebihan kah?

 

Cinomati Tanjakan Legendaris di Yogyakarta

Jadi begini. Desa Terong letaknya ada di atas bukit setinggi kurang lebih 400 meter. Sedangkan Desa Wonolelo, letaknya ada di dasar bukit. Alhasil, Cinomati adalah ruas jalan menyusuri lereng bukit.

 

Eits, nggak hanya itu!  Yang bikin Cinomati lain dari pada tanjakan yang lain adalah kemiringannya yang SANGAT TERJAL dan PENUH KELOKAN TAJAM!

 

Kalau mau lebih seru, silakan coba melintasi ruas jalan Cinomati pada malam hari. Dijamin gelap gulita karena sama sekali nggak ada penerangan jalan!

 

Salah satu bukti keganasan jalur Cinomati yang selalu terkenang dalam ingatanku adalah kejadian meledaknya busi sepeda motor saat mencoba mendaki Tanjakan Cinomati. WEH! Ngeri nggak sih? #hehehe

 


Kelokan tajam di ruas jalur Cinomati ini kami sebut sebagai irung (hidung) petruk. Bayangkan kondisinya di malam hari.

 

Akan tetapi, bagi kami para pesepeda Jogja, Cinomati itu tergolong rute legenda. Sampai-sampai ada mitos yang berbunyi seperti ini,

 

barangsiapa yang bisa bersepeda menaklukkan tanjakan Cinomati tanpa pernah menuntun sepeda, dijamin dia pasti bisa menaklukkan setiap tanjakan di Jogja.

 

Hmmm...

 

 

Saat Para Pesepeda Menaklukkan Tanjakan Cinomati

Oleh sebab tertarik dan merasa tertantang, pada hari Sabtu (12/6/2010) yang lalu sahabat SPSS pun mencoba menjajal ganasnya Tanjakan Cinomati. Alhamdulillah, kami semua selamat. Nggak ada satu pun dengkul yang meledak dan juga sepeda yang rusak #hehehe.

 

Meskipun ya harus diakui, ada beberapa sahabat SPSS yang sempat mual-mual saat melahap Tanjakan Cinomati. Sepertinya hanya Mbah Gundul yang bisa melintasi Tanjakan Cinomati tanpa pernah menuntun dan sekaligus tanpa berkeringat! Wew...

 


Pemuda-pemudi yang tampak bersemangat melibas jalur Cinomati.
Belum tahu saja mereka ganasnya Cinomati itu seperti apa. #hehehe

 


Mbah Gundul memeriksa kondisi teman-teman yang kelelahan. Kalau nggak kuat boleh minta tandem. #hehehe

 


Indomie Goreng sempat mual-mual di tengah jalan. Untung bukan karena hamil. #eh

 


Hanya Mbah Gundul yang kuat bersepeda nanjak Cinomati tanpa berhenti dan menuntun! Gilak!

 


Berpose dulu (sambil menarik napas) di tengah jalur tanjakan Cinomati.

 

Ada Apa di Puncak Tanjakan Cinomati?

Titik akhir dari Tanjakan Cinomati adalah sebuah perempatan dengan pohon beringin di tengahnya. Tempat ini dikenal sebagai perempatan beringin Terong. Dari sini jalan bercabang menuju Patuk, Banyu Urip, serta Hutan Pinus Mangunan.

 


Perempatan beringin Terong. Titik akhir ruas tanjakan Cinomati.

 

Nggak jauh dari perempatan beringin Terong terdapat pos ronda yang kami sebut sebagai pos ronda super komplit. Sebab, di pos ronda itu tersedia fasilitas TV, papan koran, dan WC umum. Kalau begini fasilitasnya, mungkin maling pun bakal betah nongkrong di sini. #senyum.lebar

 


Berpose di titik puncak Cinomati, pos ronda super komplit.

 

Tapi, yang lebih menarik adalah warung makan di dekat perempatan beringin Terong yang dikenal sebagai Warung Soto "Wisuda". Sajian soto dan nasi ramesnya lezat dan murah. Hari gini di mana bisa dapet nasi rames seharga Rp2.500? #senyum.lebar

 


Foto-foto para wisudawan-wisudawati menghiasi sudut-sudut warung soto "wisuda".
Sekarang pembaca tahu toh, ke mana larinya foto wisuda yang tak pernah diambil itu #hehehe

 


Makan soto di luar warung karena tempat di dalam warung nggak cukup. #hehehe

 

Jalur Cinomati, Singkat tapi Beresiko Tinggi

Mengingat sangat curamnya Tanjakan Cinomati, menuruni Turunan Cinomati dari perempatan beringin Terong itu pun sama-sama beresiko. Apabila rem kendaraan nggak pakem, bisa-bisa pengendara bablas meluncur ke jurang yang ada di sepanjang jalur Cinomati. Serem kan?

 

Tapi ya, jalur Cinomati ini adalah jalur yang paling singkat untuk menuju Pleret dari kawasan perbukitan Bantul. Begitu pula sebaliknya. Meskipun medan jalannya bikin ngeri, sehari-hari banyak warga yang wira-wiri melintasi ruas jalur Cinomati ini.

 

Pembaca tertarik nggak mencoba sensasi melewati ruas jalur Cinomati? Saranku sih banyak-banyak berdoa. Semoga selamat sampai di tujuan dan kendaraan nggak berakhir masuk bengkel. #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI