HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Dinginnya Nginep di Dieng

Rabu, 28 Juli 2010, 22:07 WIB

Menginap di Dieng adalah BENCANA!

 

Eh... itu maksudku semisal Pembaca bermalam di Dieng di alam terbuka. Sebab ya suhu udara di Dieng pada waktu malam hari itu bisa turun hampir menjadi 0 derajat celcius. Itulah yang aku alami kemarin (7/7/2010) sewaktu menginap di Dieng.

 

Dinginnya Dieng bikin aku heran,

“Katanya Indonesia itu negara tropis yang anget, tapi kok disini dinginnya kayak gini?”

 

Oleh sebab itu, banyak wisatawan yang kemudian memilih bermalam di Kota Wonosobo. Dengan ketinggian sekitar 780 meter di atas permukaan laut (dibandingkan Dieng yang 2.200 meter di atas permukaan laut), hawa Kota Wonosobo itu hampir sama dengan di sejuknya hawa Kota Bandung. Apalagi, jarak Kota Wonosobo – Dieng hanya sekitar 30 km.

 


Kok dingin banget sih? Pakai jaket dan sarung kok ndak banyak membantu?

 

 

Walaupun dingin, tapi bukan berarti di Dieng tidak ada penginapan lho!

 

 

Sewaktu bersepeda dari Jogja ke Dieng tempo hari, kami memutuskan menginap di Penginapan Pondok Lestari milik Pak Yanto. Lokasi penginapan ini dekat dari Pertigaan Desa Dieng Kulon. Pas sampai di pertigaan Desa Dieng Kulon, langsung saja belok ke kanan. Sekitar 50 meter dari pertigaan itulah Penginapan Pondok Lestari berada. Ada papan namanya juga kok! Kalau bingung, silakan hubungi Pak Yanto di nomor (0286) 3342026.

 

Begitu datang, kami langsung disambut oleh Pak Yanto yang sudah membakar arang untuk menghangatkan diri tamu-tamunya. Oh iya, tentu beliau geleng-geleng kepala begitu tahu kami bersepeda dari Jogja sampai Dieng. #senyum.lebar

 


Ini yang sekamar dua tempat tidur seharga Rp150.000 semalam

 

Penginapan Pondok Lestari menyediakan dua pilihan kamar, satu tempat tidur atau dua tempat tidur. Harganya bervariasi antara Rp75.000 hingga Rp150.000 semalam. Kami memilih kamar dengan dua tempat tidur besar. Fasilitas yang diberikan adalah ruang tamu bertelevisi serta kamar mandi luar. Harga per malamnya Rp150.000. Aku sendiri memilih tidur di ruang tamu. #senyum.lebar

 

Penginapan Pondok Lestari juga menyediakan layanan makanan. Menunya sederhana sih. Tapi, harganya menurut kami murah banget! Nasi goreng harganya Rp5.000, mie rebus 3.000, dan minuman semacam teh panas dan jahe panas dihargai Rp2.000. Mirip-mirip lah harganya dengan Warung Burjo di Jogja! Layanan makanan ini tutup pukul 8 malam.

 

 

Selepas pukul 8 malam, hehehe, suasana di Dieng ini bagaikan kota mati! Jarang ada penduduk yang berlalu-lalang. Toko dan warung tutup. Kabut pun mulai turun.

 

Aku mencoba bersepeda malam-malam. Di luar, dinginnya bukan main! Padahal, aku cuma menempuh jarak sekitar 200 meter dari penginapan ke warnet Nuansa.Net bertarif Rp3.000 per jam. Benar-benar seperti orang bego lah bersepeda di Dieng malam-malam. #hehehe

 


Sepeda diparkir di ruang tamu pas malam hari, hehehe.

 

Setelah pulang dari warnet dan ngobrol-ngobrol sebentar sama yang lain, aku pun mencoba untuk tidur. Awalnya sih aku bisa tidur nyenyak. Akan tetapi, lewat pukul 11 malam aku jadi nggak bisa tidur!

 

Hawa dingin Dieng merambah ke dalam penginapan! Sepertinya Arisma, Pipink, dan Rizky juga kedinginan. Alhasil, kami berpindah-pindah lokasi tidur, mencari sudut-sudut yang hangat. Walaupun ya... kami semua paham, tidak ada tempat hangat di Dieng di malam hari! Jadi, terpaksalah kami harus kedinginan sampai subuh. Beh!

 

Jadi, kalau pembaca berencana nginep di Dieng, siapkan baju hangat dan selimut sebanyak mungkin. Ini serius! Kalau perlu silakan latihan tidur di dalam kulkas (eh, memangnya bisa? #hehehe).

 

Hawa dingin Dieng malam hari hampir sama seperti di dalam kulkas! Soalnya terbukti dengan gorengan yang kami bawa dari Kota Wonosobo tidak basi walau sudah sehari-semalam.

 


Perlengkapan wajib anti dingin; peci, masker, sarung, jaket, sarung tangan.

 

Pembaca sudah siap menginap di Dieng? #senyum.lebar

 

Jujur...

Aku sengaja ninggal uang koin di kamar, sebelum kami meninggalkan Pondok Lestari. Tapi, eeeh...Bu Yanto keluar menghampiri kami, membawa koin-koin itu, lantas mengembalikannya pada kami. Oleh karena kejujuran itu, Pondok Lestari sangat kami rekomendasikan. #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI