Di Jogja, hanya ada 2 tempat yang menggelar pertunjukan sendratari Ramayana. Pertama di Purawisata, Jl. Brigdjen Katamso. Kedua, di Taman Wisata Candi Prambanan.
Jelas, sendratari Ramayana yang digelar di Taman Wisata Candi Prambanan lebih keren. Lha wong, tempat pertunjukannya saja di panggung terbuka dengan latar belakang Candi Prambanan! Pesona Candi Prambanan di malam hari saja sudah cantik banget, seperti foto di bawah ini nih.
Tapi, untuk bisa menonton sendratari ini, pengunjung harus merogoh kocek yang lumayan dalam. Tiket yang paling murah itu Rp75.000 yang posisinya jauuuh dan di pinggir panggung. Apalagi kalau niatnya untuk motret. Posisi yang bener-bener ueeenak itu ada di kelas VIP yang harga tiketnya Rp250.000. Itu dapet posisi persis di muka panggung.
Buat aku yang berkocek cekak, jelas nggak kuat kalau mesti keluar uang 1/4 juta rupiah hanya untuk motret. Ndilalah dan Alhamdulillah, karena tugasku motret kegiatan Summer School CRCS, aku dapat kesempatan untuk duduk di kelas VIP dan motret sendratari Ramayana. Matur nuwun buat CRCS, Mba Ayu, yang udah beliin diriku tiket VIP. #senyum.lebar
Oh ya, sebelum acara sendratari dimulai, kami makan malam dulu di restoran Taman Wisata Candi Prambanan. Menunya buffet, harganya Rp70.000 per orang, all-you-can-eat, dan lagi-lagi dibayarin CRCS, Mba Ayu. Jadi, tunggu apalagi? Ayo sikaaat! #senyum.lebar
Oh iya, di tempat ini aku lumayan merasa canggung. Sebab banyak buanget bulenya, serasa nggak di Indonesia. Mirip seperti di Gili Trawangan saja.
Pukul 20.00 sendratari Ramayana dimulai. Oke! Ini momen langka. Nggak boleh salah motret, apalagi ketiduran karena kekenyangan. Hehehe. #hehehe
Sebelumnya, pahami betul suasana panggung terbuka Taman Wisata Candi Prambanan:
- Pagelarannya malam hari, jadi jelas GELAP.
- Tata lampunya redup dan sering gonta-ganti warna.
- Panggungnya luas banget.
- Jarakku ke para penari ada sekitar 20 meter-an lebih.
- Aku cuma punya lensa 18-135mm DX, mau nggak mau lensa ini yang jadi andalanku.
Nah, sekarang ini caraku motret sendratari Ramayana:
- Pasang kamera pada tripod. Ini untuk mengurangi goyangan pada kamera yang bisa bikin gambar buram nggak karu-karuan.
- Penari kan gerak kesana-kemari, otomatis kamera harus gerak kesana-kemari. Harus jeli memotret ketika penari sedang berhenti menari.
- Pakai ISO 800 tapi kalau cahaya lumayan terang, aku berani pakai ISO 200. Mode kamera shutter priority dengan kecepatan rana 1/5, 1/10, atau 1/20 detik. Pakai juga format gambar RAW, karena foto wajib diedit.
- Pasang tudung lensa dan pakai zoom terpanjang. Aku memilih zoom ketat ke penari agar foto lebih fokus.
- Oh ya, sebaiknya kita mesti tahu jalan cerita Ramayana. Ini supaya kita tahu bayangan adegan tarian yang akan dibawakan, apakah perkelahian atau bakar-bakaran. #senyum.lebar
Huff! Yang jelas ini lebih njelimet dari motret penari di Pesta Blogger tahun lalu. Tapi benar-benar seru, walau habis motret ngantuknya bukan main (efek kekenyangan makan malam baru berekasi sekarang).
Tapi menurut Mba Ayu dan para profesor tamu, pagelaran sendatari Ramayana kali ini temponya lebih cepat. Juga nggak ada efek api sungguhan saat Shinta membakar dirinya. Apa mungkin ini upaya untuk menahan mata penonton agar tetap bisa melek 2 jam ya?
Jadi, Pembaca juga pernah motret sendatari Ramayana?
wkwkwkwkw... alhamdulillah, dapet tiket juga gratisan... tengkiyu Java summer camp 2011
:)
Sayang Shinta obongnya gak bener-bener pake api ya? Sendratari ini temponya memang agak lambat, jadi kalau bagi penonton yang gak tahu jalan ceritanya bisa membosankan ...
iya sayang tiket nya mahal
Desember taon kemaren tiket terusan Prambanan - Sendratari diberandol Rp 60.000,- berarti itu dapet tempat duduk di belakang ya ????