HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Hoka-Hoka Bento Mampir Jogja

Senin, 7 Juni 2010, 07:58 WIB

Jalan Kaliurang rame banget! Kalau siang sih wajar. Soalnya, banyak mahasiswa yang wira-wiri dari kos ke kampus. Lha kali ini sudah malam masih juga macet. Ada pelebaran jalan kah?

 

Ternyata di Jalan Kaliurang km 6 ada tempat makan baru. Yah, walau buatku nggak baru-baru banget sih. Tapi, buat warga Jogja yang nggak pernah keluar kota, mungkin ya terasa baru. Kenapa? Hoka-Hoka Bento buka cabang di Jogja.

 

Kalau aku boleh berpendapat, Kota Jogja ini minim gerai kuliner Jepang. Akhir-akhir ini memang bermunculan warung mie ramen–pernah diulas oleh teman-teman blogger Jogja. Pilihan restoran Jepang yang “merakyat” pun terbatas. Hanya rumah makan Kiko dan gerai Bee’s yang ada di Mal Galeria. Namun, dari obrolan singkat dengan teman-temanku, sajian di dua tempat itu kurang mampu membuat lidah bergoyang.

 


Antriannya panjang dan yang antri pula penampilannya serba wah...duh...

 

Jadi boleh dikata kalau Hoka-Hoka Bento ini semacam oase. Apalagi nama Hoka-Hoka Bento sudah populer sebagai restoran Jepang. Pantas saja, orang rela antri berlama-lama di sana. Ini, menurutku mirip seperti fenomena saat hadirnya Roti Boy dan BreadTalk di Jogja untuk pertama kali.

 

Hari Sabtu malam (05/06/2010), aku dan Paklik Turtlix nemenin Indomielezat yang kepingin ngicipin santapan Hoka-Hoka Bento. Kami datang mepet waktu tutup, dan alhasil kebagian hanya satu porsi Paket Hoka. Harga yang mesti ditebus lumayan muahal, Rp32.5000, itu untuk satu porsi Paket Hoka, satu teh kotak, dan dua air mineral dalam kemasan. Menurutku, rentang harganya kurang bersahabat dengan mahasiswa yang identik dengan kantong cekak, penghuni utama Jl. Kaliurang.

 

Indomielezat pun mengaku merasa tidak sedang berada di Jogja. Bukan karena hanya dia yang berpenampilan kurus, dekil, item #ups, namun karena di sana rata-rata pengunjungnya adalah mereka yang berpenampilan necis dan modis. Untaian kata yang keluar dari mulut para pengunjung pun seakan mencitrakan suasana metropolitan yang jauh dari bersahajanya kota Jogja.

 


Rp32.500 untuk satu teh kotak, dan dua air mineral dalam kemasan

 

Segala jenis sajian disini, jelas adalah bentuk lain dari makanan cepat saji (fastfood). Mungkin itu salah satu penyebabnya, kuliner Jepang yang berharga sangat mahal bisa ditekan ke harga belasan ribu rupiah saja.

 

Entah kenapa, kami jadi mikir berapa banyak limbah yang dihasilkan dari hasil proses memasak masakan ini. Ah, mungkin ini karena kami hanya sekumpulan wong ndeso yang akrab dengan tahu dan tempe. #hehehe

 

Satu lagi deh, area parkir sepeda motor (dan sepeda onthel tentunya) berada di lantai dua. Alhasil, untuk memarkir sepedaku, aku harus melahap tanjakan dulu. Seorang petugas sempat nyeletuk, “Kalau ndak kuat, sepedanya dituntun aja mas!”. Batinku, Ngece! Belum tau dia aku bersepeda sampai Ketep!”. Beh!

 


Tanjakan setinggi 20-an meter ini dikenal sebagai Tanjakan Hoka-Hoka Bento.

 

Jadi, Pembaca pernah ke Hoka-Hoka Bento toh?

NIMBRUNG DI SINI