HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Tlusap-Tlusup Pusaka Kotagede ala Wijna

Minggu, 23 Mei 2010, 18:39 WIB

Salah satu rangkaian acara peringatan 4 Tahun Pascagempa DIY-JaTeng pada hari Sabtu pagi (22/5/2010) adalah jalan-jalan menelusuri situs-situs bersejarah di Kotagede. Berbagai publikasi mengemas acara tersebut dengan nama Heritage Trail Kotagede. Namun ternyata ada nama yang lebih njawani dan pas untuk lidahku yang sering keseleo ini, yakni mblusuk Tlusap-Tlusup Pusaka Kotagede.

 

Di acara Tlusap-Tlusup Pusaka Kotagede ini, tiap peserta–yang merupakan pesepeda–dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing peserta lantas dibekali peta Kotagede. Tapi, tanpa arahan yang jelas dari panitia, peserta malah jadi bingung sendiri. Jadilah banyak peserta yang lantas kebingungan harus bergerak ke mana. Apalagi, di setiap situs pusaka, panitia nggak memberikan informasi mengenai sejarah situs tersebut. Wedalah...

 

Alhasil, dari beberapa omongan peserta ditambah pemikiran liarku, hehehe #hehehe, aku bikin ide acara sejenis dengan format yang berbeda. Yah, sebut saja ini mblusuk Tlusap-Tlusup Pusaka Kotagede ala Wijna. Konsepnya aku ambil dari acara The Amazing Race.

 

Gini ide mblusuk tlusap-tlusup-ku itu.

 


Tiap kelompok dibekali peta Kotagede biar nggak bingung arah.

 

Lokasi Start, Balai Desa Jagalan

Peserta dibagi jadi beberapa kelompok, misalnya aja 5 kelompok. Tiap kelompok diberi peta Kotagede. Di garis start, tiap kelompok diberi amplop yang berisikan petunjuk lokasi pos yang mesti mereka datangi. Di tiap pos, kelompok harus menyelesaikan tugas yang diberikan sebelum bisa melanjutkan ke pos berikutnya. Di awal start, setiap kelompok akan menuju pos-pos yang berbeda.

 

Pos 1, Kuliner Khas Kotagede

Kelompok singgah di Babon Aniem, bekas gardu listrik zaman Belanda. Tiap kelompok dibagi jadi beberapa sub-kelompok yang berpencar ke tempat pembuatan kue Kipo dan cokelat Monggo. Disana, tiap kelompok mencermati proses pembuatan kedua panganan tersebut. Hasil pengamatan tiap kelompok kemudian dilaporkan ke panitia di Babon Aniem untuk dinilai.

 

Pos 2, Benerin Ban Sepeda (khusus Cewek)

Kelompok singgah di Omah UGM. Disana, kelompok menunjuk perwakilan seorang peserta cewek untuk mengganti ban dalam sepeda gembos yang sudah disediakan oleh panitia.

 

Pos 3, Religi Kotagede

Kelompok singgah di Masjid Gedhe Kotagede. Di sana, kelompok harus bertemu dengan abdi dalem Masjid Gedhe yang kemudian akan bercerita tentang sejarah Masjid Gedhe dan Kasultanan Mataram. Di akhir tugas, setiap kelompok akan ditanya beberapa pertanyaan oleh abdi dalem, yang jawabannya akan dinilai oleh panitia.

 

Pos 4, Workshop Perak

Kelompok singgah di salah satu workshop perak di Kotagede. Di sana, kelompok mencermati aktivitas pengerajin perak. Di akhir tugas, setiap kelompok harus berkarya membuat cincin perak kecil. Hasil karya kemudian ditunjukkan kepada panitia.

 


Interaksi dengan warga adalah wajib! Sebab ada hal-hal unik lain yang bisa digali.

 

Pos 5, Apa Kata Warga?

Kelompok singgah di situs Bokong Semar. Di sana, panitia akan membagikan sejumlah kuisioner yang harus diisi oleh kelompok. Untuk membantu mengisi kuisioner tersebut, kelompok diwajibkan mewawancarai warga sekitar. Isi kuisionernya tidak untuk menguji pengetahuan warga, melainkan mengumpulkan pendapat warga tentang Kotagede.

 

Pos 6, Petak Umpet

Kelompok singgah di lokasi bekas alun-alun selatan yang kini disebut Between 2 Gates (kok nggak ada padanan jawanya yah?). Di sana, dua kelompok singgah di tempat yang sama untuk bermain...petak umpet! Hehehe. Hayooo, kapan terakhir kali main petak umpet dan kapan lagi bisa main petak umpet di rumah-rumah Joglo? #senyum.lebar

 

Dua kelompok harus suit, yang menang akan sembunyi. Sedangkan yang kalah, menunjuk satu perwakilan untuk mencari peserta kelompok yang menang. Bila dalam jangka waktu yang ditentukan panitia, semua peserta yang sembunyi dapat ditemukan, maka kelompok itu dapat nilai dari panitia.

 

Lokasi Finish, Balai Desa Jagalan

Panitia akan menghitung perolehan nilai tiap kelompok. Yang nilainya paling besar, dapet hadiah. Hehehe. #hehehe

 


Menjelajah ke berbagai sudut Kotagede, bahwa "penghuni" kota ini bukan hanya perak.

 

Menurutku di Jogja, hanya Kotagede lah yang cocok sebagai tempat aktivitas seperti ini. Sebab, Kotagede itu seperti kota yang tertutup dari hiruk-pikuk Jogja, banyak hal-hal unik, dan tata rumahnya seperti labirin.

 

Sekali lagi, ini cuma ide gila. Kalau mau direalisasikan ya bisa sih, tapi kayaknya birokrasinya njelimet.

 

Menarik nggak Pembaca? #senyum.lebar Ada saran atau kritik buat ide gilaku ini? Nuwun.

NIMBRUNG DI SINI