HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Srowulan dan Pasar Perjuangan

Senin, 17 Mei 2010, 08:22 WIB

Srowulan (atau yang juga dikenal dengan nama Sorowulan atau Srowolan) adalah nama suatu dusun (desa kecil) yang terletak di Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Desa Srowulan ini letaknya di lereng gunung Merapi. Lumayan dekat dari Jl. Palagan Tentara Pelajar km 15. Aku pun baru sadar kalau dekat pula dengan kebon salak orangtuaku. Weleh.

 

Aku bisa blusukan sampai ke Desa Srowulan ini, berawal dari niat mencari rute bersepeda SPSS ke arah utara. Dari beberapa sumber di internet dan juga foto-foto, aku makin dibuat penasaran untuk berkunjung ke Desa Srowulan. Ada apa gerangan?

 


Los-los Pasar Srowulan yang kini kosong, sepi dari aktivitas jual-beli kebutuhan warga.

 

Itu karena frase “Pasar Perjuangan” selalu melekat pada setiap sumber yang mencantumkan nama desa Srowulan ini. Ya, di Desa Srowulan ini memang terdapat sebuah pasar. Lebih tepatnya los-los pasar. Sebab, kini pasar tersebut sudah tidak aktif lagi.

 

Dari beberapa literatur sejarah yang aku baca, pasar erat kaitannya dengan munculnya suatu pemukiman dan bahkan peradaban. Begitu pula dengan Pasar Srowulan ini. Pasar ini dibangun pada tahun 1921 sebagai Pasar Kesultanan. Artinya, Pasar Srowulan ini berada di bawah administrasi Keraton Kesultanan Ngayogyakarta, serupa dengan Pasar Ngasem. Kini, dua pasar tersebut hanya tinggal sejarah saja.

 


Nama Sorowulan berasal dari nama seorang empu wesi, Empu Aji Sorowulan, yang pernah hidup di sana.

 

Pasar Srowulan dipergunakan juga sebagai tempat berkumpulnya pejuang Jogja saat Agresi Militer Belanda ke-2. Selain itu, Pak Sayuti Melik, sang juru ketik naskah proklamasi pernah menghabiskan masa kecilnya di desa ini.

 

Dekat dengan Pasar Srowulan ada sebuah rumah joglo yang merupakan bekas kemantren (kantor mantri), cikal-bakal Kecamatan Pakem. Sulit untuk membayangkan, berpuluh tahun yang lalu, sebuah pasar dan kantor kecamatan berada di antara rimbunnya pohon-pohon salak. Sulit dipercaya, tapi memang benar begitulah adanya. Beberapa bangunan tua peninggalan Belanda seperti gereja dan gudang, masih berdiri utuh disekitar Kemantren tersebut.

 


Rumah Joglo ini dahulunya bekas kantor mantri, cikal-bakal Kecamatan Pakem.

 

Kini, Desa Srowulan telah disulap menjadi desa wisata budaya. Upacara Merti Desa yang terakhir kali dilangsukan pada tahun 1959 kini diaktifkan kembali. Pada tahun 2008, Sri Sultan Hamengkubuwono X meresmikan panggung budaya di desa Srowulan. Di desa ini juga terdapat rumah makan dan sarana outbond keluarga bernama Banyu Sumilir.

 


Peta desa yang informatif di muka desa. Tersedia juga kantor informasi bagi pengunjung.

 

Desa Srowulan kini menjelma menjadi desa wisata, tapi tetap mempertahankan kisah sejarahnya. Pembaca pernah berkunjung ke desa wisata belum? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI