Buat Pembaca yang senang jalan-jalan, pasti sudah nggak asing dengan istilah backpacker. Lazimnya, backpacker kerap dipandankan dengan para pelancong yang jalan-jalan sambil memanggul tas ransel besar. Yang bikin backpacker populer adalah turis-turis bule, dan juga lewat program televisi Lonely Planet.
Nah kali ini, ehem..., aku ingin mempopulerkan istilah bikepacker! Yang bikin beda adalah adanya kata bike, alias sepeda. Ya, bikepacking ini adalah aktivitas backpacking yang pakai sepeda. Yay! #senyum.lebar
Karena aktivitas jalan-jalan menuntut hal yang serba praktis, maka dari itu sepedanya pun harus sepeda yang praktis. Sepeda jenis ini tidak lain adalah sepeda lipat (folding bike .red) yang punya nama beken seli.
Dewasa ini seli jamak dijumpai di toko-toko sepeda. Mulai seli impor sampai seli produksi lokal macam Polygon, United, atau Wimcycle pun tersedia. Seli yang aku punya adalah Polygon edisi Bike2Work seharga Rp2.650.000. Seli jenis ini sudah memadai kalau dipakai sebatas muter-muter keliling kota.
Salah satu kelebihan seli adalah fungsinya yang bisa dilipat. Lantas bisa diusung masuk ke dalam angkutan umum. Lebih fleksibel dibandingkan kendaraan bermotor bukan?
Pada hari Sabtu dan Minggu (20-21/3/2010) yang lalu, aku berkesempatan bikepacking bersama Paklik Andre Turtlix dan Nyonyah Indomielezat ke kota Semarang. Kami berangkat naik kereta Joglosemar yang baru saja dioperasikan. Harga tiket kereta Joglosemar Rp24.000 per orang. Waktu tempuh kereta Joglosemar dari Stasiun Tugu Jogja ke Stasiun Tawang Semarang sekitar 3,5 jam. Karena tergolong kereta baru makanya gerbong keretanya sepi penumpang dan yang jelas masih bersih. #senyum
Tapi ada pengalaman yang bikin BeTe! Uuh!
Tiap seli juga dikenakan harga tiket! Yaitu Rp24.000 per sepeda! Beh! Sama aja kita pergi enam orang dong! Baru inget, di Indonesia ini kan moda transportasi dipisah dua, antara untuk manusia dan non-manusia. Sepertinya PT Kereta Api lebih mengutamakan manusia dibanding non-manusia.
Tapi kok ya di dalam keretanya panas dan pengap seperti sauna? Apa mesti maklum karena Joglosemar ini kereta ekonomi yang mana penumpangnya bisa diperlakukan semena-mena?
Kota Semarang sendiri masih sama seperti saat aku sambangi di tahun 2007 silam. Hanya yang ini berbeda, sebab kami ditemani oleh sahabat Komunitas Sepeda Lipat Semarang (Komselis) dan Bike2Work Semarang. Kami diajak jalan-jalan ke banyak tempat mistis seperti makam Bergota, gedung Lawang Sewu, dan SMA 1 Semarang yang terkenal dengan suster ngesotnya. Mumpung masih muda dan punya nyali. #senyum.lebar
Kalau dulu aku naik motor, jadi nggak terlalu memperhatikan suasana kota Semarang. Nah, sekarang aku muter-muter di sana naik sepeda, jadi tau ciri khas kota Semarang.
- Jalan-jalannya seperti di bukit, banyak tanjakan dan turunannya.
- Sering ada empang di tengah kota, alias banjir. #senyum.lebar
- Puaaanaaaseee....pol!
Jadi, bagaimana sepeda lipat dan bikepacking menurut Pembaca? #senyum.lebar
salam kenal
sayang sekali sepeda MTB gak boleh masuk kereta....
diskriminasi tu...
okkela kalo begbeg gituh, selamat bikepacking :)
namun sayang..saya gak boleh pinjam sepeda lipatnya
*masang muka sedih*
Salam kenal, kunjungan perdana. Salam
sip lah ngegowesnya makin mantap
Udah sering bacpacker ke mana - mana, tapi ga bawa sepeda....
Tas ranselnya aja dah berat.....
Hm, harga sepedanya juga berat.....
Wakakakak.............