HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Mblusuk Itu Ngalang

Sabtu, 20 Maret 2010, 00:36 WIB

Nasib kata ngalang, saya pikir serupa dengan kata ketelisut. Sama-sama kata dalam bahasa Jawa, yang susah dicari padanan bahasa Indonesianya!

 

Kalau sekiranya saya boleh pinjam kosakata bahasa asing, mungkin ngalang bisa dipandankan dengan detour. Ah, tapi mungkin Pembaca lebih piawai berbahasa Jawa serta punya solusi yang tepat?

 

Ya sudah. Biar mudah, ijinkan saya bercerita. Adalah Jl. Yogyakarta – Solo yang menghubungkan kedua kota sejauh kurang-lebih 60 km. Sebagai ruas jalan utama penghubung provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, coba bayangkan kendaraan yang melintas di sana. Teramat padat.

 

Oleh sebab aku mengayuh sepeda, semestinya aku ngalang. Tak sudilah aku beradu senggol dengan bus antarkota serta menghirup asap knalpot pekat. Resikonya, jarak tempuh bakal tambah jauh. Belum lagi perihal kesasar di jalanan kampung #hehehe. Ya, sejauh ini tak ada jalan alternatif yang benar-benar sejajar dengan jalan utama.

 


Ruas jalan utama yang hanya 1 km, bisa jadi 2.8 km dengan cara ngalang.

 


 

Buatku, ngalang adalah suatu petualangan, yang kian langka di era serba digital macam saat ini. Ngalang adalah blusukan, dan blusukan adalah ngalang. Panduannya mudah;


keluar dari jalan utama, dan cari jalan alternatif yang menyusuri jalan utama.

 

Pemandangan berbeda bakal ditemui saat ngalang. Ruas jalan utama ibarat sungai kehidupan, tak ayal ada banyak degup denyut ekonomi di sisi kanan dan kiri jalan. Sedangkan beberapa kilometer dari ruas jalan utama, kehidupan merona dengan penuh kesahajaan, bersanding dengan permainya alam.

 

Tentu, hal semacam ini kecil kemungkinannya dijumpai ketika ngalang di kota besar. Namun bila benar-benar berjumpa, pantaslah bila diberi julukan surga yang tersembunyi (hidden paradise).

 

Jadi, pernahkah Pembaca ngalang? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI