HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Ironi Malam Tahun Baru

Rabu, 6 Januari 2010, 09:06 WIB

Seminggu yang lalu, tepatnya di hari Kamis (31/12/2009), adalah hari terakhir di tahun 2009. Malamnya, yaitu hari Kamis malam, kita semua sepakat menyebutnya sebagai malam tahun baru 2010.

 

Sebagian besar dari kita merayakannya. Oleh sebab tak ada aturan yang baku perihal perayaan, maka muncullah berbagai hajat. Ada yang merayakannya di hotel-hotel berbintang. Menikmati paket malam tahun baru seharga jutaan rupiah. Jelaslah paket itu tak mungkin menyasar manusia berkantong cekak macam diriku ini. #hehehe

 

Ada yang merayakannya bersama teman. Ada pula yang merayakan bersama kekasih tercinta. Biasanya mereka menyepi dari hiruk-pikuk warga kota. Memastikan kalau tahun yang lalu dan yang akan datang adalah sama. Maksudnya jari-jemari sang kekasih, tak berkurang satu ruas pun, pada malam pergantian tahun.

 


Sego Segawe Go Green di Malam Tahun Baru 2010

 

Seorang Wijna merayakan malam pergantian tahun di titik nol kilometer kota Jogja. Tak sendiri, namun bersama rekan-rekan komunitas sepeda. Kami disana memenuhi undangan Pak Herry selaku Walikota Jogja, guna menyemarakkan hajat “Sego Segawe Go Green”. Dengan tawaran menggiurkan bahwa Jl. Malioboro sepanjang malam pergantian tahun adalah milik kami, para pesepeda.

 

Namun malam pergantian tahun dari tahun ke tahun tak pernah berubah. Bergadang menanti tengah malam. Meniup terompet. Menyalakan kembang api. Malah di satu sudut ada yang dimabuk minuman keras.

 

Tetap tak berubah. Jalanan yang padat manusia. Penjaja makanan yang mencari peruntungan. Pemulung yang mengumpulkan kemasan bekas. Sebuah ironi di tengah gegap-gempita perayaan pergantian tahun.

 


Padatnya warga Jogja di titik nol kilometer

 

Seorang Wijna hanya terduduk diam disamping sepeda tuanya. Menanti surutnya lautan manusia, yang kerap dipadankan dengan suasana Padang Mahsyar. Agaknya, jalan mengembalikan Jogja menjadi kota sepeda masih panjang dan berliku. Serupa dengan jalan menuju rumah yang dipadati manusia beserta motor.

 

Ah, semoga ini tak lagi menjadi sebuah ironi, dengan bangun siang di awal tahun.

Toh akhirnya, aku terjaga menanti ayam berkokok dan menulis ini semua.

 

Pembaca nan budiman merayakan tahun baru nggak?

NIMBRUNG DI SINI