Untuk yang kesekian kalinya (5/12/2009) aku datang ke Surabaya lagi. Malah pernah dalam seminggu aku dua kali bolak-balik Jogja – Surabaya, hahaha #senyum.lebar. Aku datang ke Surabaya jelas bukan buat menikmati sengatan matahari. Cuma motret orang nikah kok. Tapi sayangnya, pada kesempatan ini aku kurang beruntung. Akad nikahnya diundur! Beh!
Sebagai ganti rugi dari keluarga yang punya akad nikah, hehehe, aku diajak jalan-jalan melintasi Jembatan Tol Suramadu! Ini pengalaman pertamaku melintasi jembatan penghubung dua pulau yang juga difungsikan sebagai jalan tol. Yay! #senyum.lebar
Tarif tol Surabaya – Madura sebesar Rp30.000 per mobil. Sedangkan untuk sepeda motor Rp3.000. Jadi, hitung-hitungannya tarif 1 mobil = 10 sepeda motor. #senyum.lebar
Menurut Bunda Tuti, Jembatan Suramadu ini yang terpanjang se-Asia Tenggara. Uniknya, baru kali ini lihat ada jalur motor di jembatan tol. Satu lagi, baru kali ini juga aku lihat pengendara yang berhenti di tengah jalan tol buat foto-foto. Duh! Kalau aku sih mencuri-curi gambar lewat jendela mobil udah cukup lah. #hehehe
Untuk apa jauh-jauh nyebrang Jembatan Tol Suramadu kalau bukan untuk singgah di Pulau Madura? Baru tahu aku Madura seperti ini bentuknya.
Pas baru datang langsung tersaji pemandangan gersang tanah gamping. Sesekali ada sawah, tapi jarang. Orang-orangnya berbicara dengan dialek Madura! #yaiyalah Tapi bahasanya aku nggak mudeng. Untung aku dan mereka sama-sama ber-KTP Indonesia yang menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Jadi, perkara bahasa masih bisa diurus lah. #hehehe
Untuk menuju toko oleh-oleh Nusa Indah yang dimaksud, mobil harus melewati tengah alun-alun Kota Bangkalan. Baru kali ini juga aku lihat alun-alun yang ditengahnya diberi jalan aspal untuk kendaraan. Nah, di Nusa Indah itu ada pemandangan yang menarik. Bukan batik Madura, baju lorek-lorek, atau pecut sapi itu. Tapi terasi!
Untuk apa disini dijual terasi? Ya untuk dibeli lah! Uniknya, terasi-terasi itu menyandang nama setiap kabupaten yang ada di Madura yakni Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, dan Sampang.
Setelah tanya-tanya mbah Google, ternyata Madura itu terkenal sebagai sentra penghasil terasi! Bahan bakunya jelas udang rebon ditambah ramuan bumbu khas dari masing-masing daerah penghasil. Terasi ini jelas dipakai sebagai bumbu kuliner Madura, misalnya saja rujak Pamekasan (sayang nggak sempet ngicip).
Untuk oleh-oleh aku nggak punya pikiran membeli terasi. Soalnya ya... tahu sendiri lah bagaimana baunya terasi yang notabene udang yang difermentasi itu. Lain halnya kalau terasi itu sudah diolah jadi masakan nan lezat penggugah selera.
Tapi, belum sempat kami mengeksplorasi Madura dan terasinya lebih lanjut, mendadak turun hujan lebat. Alhasil, kami meluncur balik ke Surabaya deh. Ealah, sampai di Surabaya di sana cuacanya malah panas cerah bukan main. Beh!
Untuk bisa ke Madura itu mudah kok Pembaca, kan ada Jembatan Tol Suramadu. Jadi kapan Pembaca beli terasi ke sana? #senyum.lebar
MADURA. mohon sarannya ya. lgsg di FB aja. FB : NUSA
INDAH KHAS MADURA.
MATOR SAKALANGKONG (Terima Kasih)
Masih inget sama saya yang motret terasi itu kan? :)
aku sudah komen susah2 nih @blogmu, sekarang malah minta lewat status fb, lha wong ndak ditanggepin gituh kalau lewat status fb, peliiitnyaaa.. :p
Ditemukan pagar langkan candi baru [ udah baca atau belon ?]
http://oase.kompas.com/read/xml/2009/12/15/01443296/temuan.susunan.batu.diduga.pagar.candi
btw, salam kenal :)
Tapi di Madura aku cuma menginjak tanahnya aja, nggak sampai masuk ke kota, wong sudah maghrib. Eh, itu papan penunjuk jalan dalam bahasa Madura lucu ya ... :D
Btw, aku copy alamat posting di komen tentang Trowulan, kok nggak bisa langsung diklik ya Na? Emang gitu setting di blogmu?
Bahasa Madura itu Bunda, ndak mudeng saya kalau ndak lihat terjemahannya. Pas saya kesana juga hujan deras, ndak sempet muter-muter.