Yogyakarta seakan nggak memberi kesempatan bagi penikmat budaya untuk sekadar menarik napas. Hampir di setiap bulan, kita bisa menjumpai hajat kirab budaya digelar di berbagai wilayah provinsi DI Yogyakarta. Situasi di tahun 2009 ini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun silam yang minim perayaan. Bisa jadi, Yogyakarta ingin kembali memantapkan diri sebagai provinsi yang kental identitas budayanya.
Hajat budaya itu kini terfokus untuk mengangkat seluruh potensi budaya yang ada di wilayah Yogyakarta. Kita tahu, potensi budaya itu tersebar di setiap kabupaten; Kulon Progo, Sleman, Bantul, dan Gunungkidul; juga kotamadya Yogyakarta sendiri.
Nah, kenapa tidak mengemas suatu acara yang menampilkan seluruh potensi budaya itu?
Cara unik itulah yang kemudian dipilih pemerintah provinsi DI Yogyakarta untuk mengangkat potensi budayanya. #senyum.lebar
Satu Kemasan, Isi Beraneka Ragam
Pada hari Minggu (29/11/2009), digelar acara Festival Upacara Adat di Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta. Acara ini menampilkan 10 upacara adat yang dibawakan oleh 13 kelompok. Setiap kelompok memperagakan upacara adat yang "hampir mirip" dengan aslinya.
Eh, kenapa di atas aku sebut hampir mirip? Itu karena rentang waktu yang disediakan panitia untuk setiap kelompok terbatas, yakni hanya 4 menit saja. Selain itu, nggak semua sarana pendukung upacara adat turut dibawa serta.
Foto-foto Festival Upacara Adat bisa disimak di akun Flickr-ku ini.
Seakan nggak mau kalah, hanya berselang 3 hari dari pelaksaan Festival Upacara Adat, pemerintah kabupaten Sleman menggelar Karnaval Pelangi Budaya Bumi Merapi pada hari Rabu (2/11/2009). Acara ini memang bukan yang pertama kali digelar oleh pemerintah kabupaten Sleman. Akan tetapi, acara tahun ini terlihat lebih meriah. Sebabnya, hampir semua potensi budaya dan pelaku usaha yang ada di kabupaten Sleman turut ambil peran. Mereka melakukan kirab budaya sejauh 3 kilometer dari Lapangan Mlati hingga Lapangan Denggung, Sleman.
Foto-foto Karnaval Pelang Budaya Bumi Merapi bisa disimak di akun Flickr-ku ini.
Tujuan Kirab Budaya
Menilik sambutan Kepala Dinas Pariwisata DI Yogyakarta, acara kirab budaya ini memiliki beberapa tujuan:
- Mengangkat kearifan lokal dari setiap kabupaten dan kotamadya di DI Yogyakarta.
- Meningkatkan apreasiasi warga kepada pelaku seni dan budaya.
- Melestarikan warisan budaya yang telah lama menjadi bagian dari DI Yogyakarta.
- Menjadi atraksi budaya yang menambah semarak perhelatan budaya di DI Yogyakarta.
- Meningkatkan kualitas SDM para pelaku seni dan budaya.
- Memberi kontribusi dan peran pada pelaku seni dan budaya.
- Menjadi salah satu unggulan potensi pariwisata budaya di DI Yogyakarta.
Degenerasi dan Faktor Klenik
Kita nggak bisa mengelak dari kenyataan, bahwa saat ini banyak generasi muda yang lupa akan budayanya sendiri. Apa sebabnya, itu sudah aku paparkan di artikel Budaya Kita atau Kamu (terima kasih sekali lagi untuk para Pembaca #senyum.lebar).
Memang kalau diperhatikan hampir setiap kirab budaya atupun upacara adat selalu dilatarbelakangi oleh faktor kepercayaan. Apakah itu bagian dari mistis atau klenik, silakan Pembaca yang menanggapi. Tapi jangan memandang menggunakan kacamata agama saja, karena ada banyak pelajaran lain yang bisa dipetik. Tentang sejarah dan toleransi misalnya.
Latihan dan Latihan
Buatku, kirab budaya ini adalah hunting ground, tempat berburu. Apalagi kalau bukan berburu foto-foto. Yah, bisa dimaklumi lah sebagai peminat fotografi yang belajar secara otodidak, aku kan butuh sarana latihan. Kirab budaya ini terasa lain karena obyek foto, yaitu para pelaku budaya, senantiasa beratraksi sehingga perlu kejelian dan kreativitas ekstra untuk menangkap momen unik. Ini menarik dan aku sedang belajar menguasainya. #senyum.lebar
Jadi kapan Pembaca ada di Jogja lagi dan sama-sama nonton atau motret kirab budaya?
Yang penting masyarakat dapat hiburan dapat pengetahuan tentang budayanya...
Hmmm
sayang aku ndak bia kelayapan ke Solo.. :D