Blusukan itu nggak mengenal batasan tempat. Selama masih ada orang yang pernah ke sana, blusukan itu tak mustahil. Blusukan memang bukan hanya perkara tempat. Ada faktor lain yang lebih penting, yaitu niat dan keteguhan hati. Dengan itu kita akan tetap melangkah maju menghadapi segala rintangan.
Kamis malam itu (12/11/2009), bila jam berdentang, mungkin baru akan berhenti setelah dua belas kali. Tapi di sana tak ada jam. Walau ada jam berdentang pun pasti tak terdengar. Sebab di sana penuh dengan riuh-ricuh manusia.
Budi (bukan nama sebenarnya) adalah pemandu kami pada malam hari itu. Atas bujuk dan rayunya, kami menuruti keinginan sang kawan yang hendak hengkang dari kota gudeg ini.
Yah, Budi hanya ingin menikmati saat-saat terakhirnya. Saat-saat terakhir di mana ia mengukir kenangan bercanda-tawa bersama kami. Saat-saat di mana kami harus melepasnya untuk pergi.
Bila beda waktu dan beda lokasi, mungkin tur malam kali ini tak ubahnya dengan tur lain. Hanya keliling kampung kok. Hanya sebuah kampung bernama Sosrowijayan Kulon yang letaknya di pusat kota Jogja. Hanya sebuah kampung yang terletak di pinggir Jl. Pasar Kembang dan kerap disandi dengan nama Sarkem.
Ini pertama kalinya aku blusukan ke lokasi prostitusi. Aku sendiri nggak berpikir kalau tindakanku ini salah. Aku hanya ingin tahu ada apa di dalam sana. Mungkin warga Jogja pun ada yang belum pernah bertandang ke sana. Aku tak mau menjustifikasi sesuatu hanya dari namanya. Dan tentu saja, aku juga ingin keluar dari sana hidup-hidup. #hehehe
Sepengamatanku, suasana di kampung Sosrowijayan Kulon terlihat ramai. Penuh dengan manusia-manusia yang mungkin Pembaca menyebutnya laknat, semacam pria mesum, hidung belang, tante girang, kupu-kupu malam, ayam kampung, apa pun itu.
Sosrowijayan Kulon bagaikan labirin. Ada berbagai cabang gang di dalam sana yang kelak berujung ke sarang manusia-manusia tersebut. Untung kami tak pernah nyasar. Sebab ada Budi sebagai penunjuk jalan.
Jogja, kota pelajar ini ibarat kertas putih. Kau ambil sejumput tinta dan kau percikkan di atasnya. Di noda hitam di antara belantara putih itulah kau berada. Jujur, aku tak habis pikir, mengapa bisa ada tempat seperti ini. Lebih kaget, ketika tahu bahwa lokasi ini legal dan sudah ada semenjak penjajahan Belanda.
Apakah prostitusi itu budaya?
Tur usai selepas 15 menit yang terasa bagaikan satu jam. Budi menawarkan pindah ke noda hitam lain. Aku menolak dan bergegas pulang ke rumah.
Blusukan itu perkara niat dan keteguhan hati. Lima belas menit itu sukses membuat hatiku bimbang. Bimbang mengenai arti dari kenikmatan seorang wanita. Toh, sebagai pria aku akui mata pria akan selalu tertancap pada wanita berbusana seronok. Namun menyaksikan mereka yang berpenampilan serupa, kenapa aku malah menjadi jijik?
Aku tak sanggup melanjutkan ini lagi. Pembaca apa pernah mengunjungi lokasi prostitusi?
. takut ketagihn. Aq suka baca2 brita gituan
aja
tidak merasakan sakitnya hati mereka...andai kamu diposisi mereka...apa perasaanmu???
jangan sok suci...belum tentu hidupmu lebih mulia dari mereka....
emutanya manteb
aku rasa kampung sosrowijayan ngga se ekstrim itu dewh......
sosrowijayan emank dibagi dua, wetan dan kulon....
wetan emank banyak semacam penginapan2 seperti itu, tp bukan berarti sosro kulon pukul rata merupakan tempat prostitusi...
dan sosro wetan dan kulon ngga jauh berbeda..
aku berani kasih pembuktian...
mungkin bisa digunakan untuk pembicaraan selanjutnya.
mau kesana ???
kemarin\" ak pesen yg di kulon tp uda ak cancel. bantui ya ???
gimana nie ???
mas wijna, aku mau berhenti nge-blog.. thanks for all ( your comment :D )
Di Deket sinin juga ada
kekekkeke.......
Saya blm pernah ke tempat prostitusi. Tp mgkn saja kejijikan itu muncul karena melihat itu semua kok kayak melihat daging berserakan. Daging yg hrsnya selera dilihat tp krn terlalu diobral malah jd jijik.
kawasan Kota, Jakarta, sudah terkenal dengan ini. mulai dari prostitusi tukang ojek (cirinya, cewek menjajakan diri ndak jauh dari seorang tukang ojek yg siap mengantar) hingga di klub-klub yang dibekingi aparat.
mau nyari cewek dari berbagai daerah hingga negara pun ada. Indramayu, amoy RRC, hingga Uzbekistan bisa ditemukan.. menjajakannya kayak roti. dipajang di etalase.. heheheh..
doh, kok aku malah banyak cerita beginian ya?
keplak Wijna
berhubungan dengan tempat prostitusi macam itu, tergantung dari sudut pandang kita kok. aku dulu sering banget pulang kerja lewat daerah Tanah Abang, yang terkenal akan preman dan porstitusinya. bahkan seringkali aku digodain para penjaja kenikmatan tersebut, namun aku bisa menolak (la wong yg menggoda ibu-ibu tuwir, coba kalo mbak-mbak ABG. heheh).
kalo ngeliat dari segi sosial, kehidupan di kampung prostitusi itu juga menarik untuk dikaji dan dilihat. bahkan di Belanda, ada lokasi khusus untuk wisata ini. Thailand pun terkenal akan industri wisata sex.
jadi, menurutku tergantung sudut pandang kita.
inget kejadian di bulan Ramadhan, habis taraweh, iseng main-main ke Sarkem dan ditawari \"paket Ramadhan\" ama penghuni situ.. hwakakakaka
semoga Alloh selalu menjagamu mas..
tapi bukan nganterin teman, atau mo \"jajan\", hanya sekedar jalan-jalan saja...
dan...diriku merindinggg....!!
gw pernah nganterin temen gw di pasar legi solo, disana sarang begituan jg. gw risih banget dah. untung aja duit temen gw kurang, jadi gw gak jadi nungguin dia, dengan urusannya yang gak penting itu