Minggu siang (1/11/2009) pukul 13.00 itu aku lagi browsing internet. Pas ngecek e-mail, eh ternyata ada kiriman dari Emma, wanita perkakas dari Kulonprogo. Isi e-mailnya menarik, katanya di Kotagede ada Pengantin Genderuwo! Tepatnya Pengantin Genderuwo itu bakal muncul di kirab pembukaan acara Srawung Kampung Kotagede.
Emma ngasih tahu kalau acara kirab mulai pukul 14.00. Itu berarti 1 jam lagi donk! Weleh! Langsung aja diriku mandi dan tancap bersepeda ke Kotagede. Sebelumnya terima kasih ya eM buat infonya tapi kurang ajar tenan dirimu ngasih tahu diriku 1 jam sebelum acara mulai! #senyum.lebar
Srawung Kampung adalah rangkaian acara budaya yang diselenggarakan oleh warga Kampung Bumen, Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Yogyakarta. Ujung tanduk panitia adalah muda-mudi Kampung Bumen yang turut didukung oleh Yayasan Pondok Rakyat.
Acara ini digelar dari tanggal 1 hingga 21 November 2009, jadi belum telat kalau mau hadir. Rangkaian acaranya ada workshop boneka kain perca, workshop mengenali lingkngan hidup dari Green Map, pameran kreasi roti kembang waru, dan masih banyak lagi.
Ternyata eh ternyata, Pengantin Genderuwo itu cuma boneka yang diarak pas kirab pembukaan. Di lokasi aku sempat ngobrol sama Mbak Rini selaku perwakilan dari Yayasan Pondok Rakyat. Katanya Pengantin Genderuwo ini adalah budaya dari Kampung Bumen yang ingin diangkat kembali. Budaya ini populer di kisaran tahun 1950-an. Cukup menarik mengingat Kotagede corak Islamnya sangat kental dan tidak identik dengan hal-hal berbau mistis seperti ini.
Beberapa warga yang aku tanyai tidak tahu-menahu asal-usul dari Pengantin Genderuwo ini. Termasuk di antaranya ibu-ibu tua yang cukup sepuh. Eh, untungnya Gudeg.net mengupas sejarah dibalik Pengantin Genderuwo ini.
Jadi, ceritanya dulu tahun 1950-an warga Kampung Bumen ini kerap diganggu oleh Genderuwo. Mungkin ya pas malam pengantin, Genderuwo itu datang menyamar jadi mempelai pria dan ehem....pikirkan sendiri ya #senyum.lebar. Oleh sebab itu diadakan kirab yang bertujuan supaya Genderuwo itu tidak mengganggu manusia lagi. Tapi sejak tahun 1962, kirab ini nggak dilakukan lagi karena Kampung Bumen sudah terbebas dari Genderuwo.
Pokoknya, diriku salut sama warga kampung Bumen dan Yayasan Pondok Rakyat yang sudah mengangkat kembali budaya yang hilang ini. Semoga kelak Kampung Bumen bisa jadi kampung wisata seperti yang dicita-citakan.
Apa Pembaca pernah lihat Genderuwo? #senyum.lebar
Semoga suatu saat berkesempatan ke Jogja lagi. :)
temanku dari kecil sampai aku hampir nikah,,,,,
GENDERUWO
Dedi
salam dari kami Muda-mudi Kampung Bumen.
Btw, hebat yo wong kulon progo nganti ngerti acara ning kotagedhe, plus jammè maneh :D
Hidupkan terus budaya Indonesiaaaaa !!
Btw keren ya acara kayak gini :)
kamu beruntung tinggal di jogja, yg begini msh sering dilaksanakan plus ada waktu unyuk itu.
Kalo gue, jiiiaaaaaaaah sedihnya kadang ada yg ngadain eeeh gue gak bs dtg krn jauhnya plus macetnya bs bikin spanneng :P