HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Shalat Meler

Minggu, 11 Oktober 2009, 10:39 WIB

Oktober 2009. Cuaca akhir-akhir ini emang kurang bersahabat. Tapi jadi musuhan sama cuaca juga percuma. Itu sebab gimana mau lawan cuaca? Wong, cuaca kan yang ngatur Gusti Allah SWT. Masak ya ngelawan yang punya ini nyawa. Kan ndak bener toh ya?

 

Oleh karena itu terima sajalah ini cuaca. Panas banget diselingi hujan deras diganti berangin kencang. Gimana tubuh mau bertahan kalau terus-terusan digempur beda senjata kayak gitu? Apalagi diriku ini masih doyan mblusuk yang jelas makan stamina. Akhirnya mau-ga-mau diriku ini jadi pilek, biasalah penyakit.

 


 

Diriku ini emang udah langganan pilek dari kecil. Jadi, nggak terlalu masalah kalau harus ngelap ingus yang keluar dari hidung saban hari. Soalnya, katanya kalau ingusnya ditahan di hidung terus itu nggak baik. Bikin penyakit. Namanya sinusitis kalau nggak salah.

 

Soal serba-serbi apa itu penyakit pilek diriku nggak tahu-menahu. Lha wong diriku ini toh kan bukan dokter. Mungkin mbak dokter Vicky lebih ngeh soal pilek-pilekan ini.

 


 

Pilekku ini nggak banyak menganggu aktivitas, mau kerja ato blusukan, semua jadi nyaman asal sedia lap ingus. Hanya ada satu aktivitas yang menurutku paling terganggu pas aku pilek, yaitu pas aku salat.

 

Kalau pas salat seorang diri sih nggak begitu terganggu. Soalnya kan diriku bisa menyesuaikan antara laju gerakan salat dengan laju arus ingus #jijik. Nah, kalau salatnya berjamaah umpamanya salat Jum’at itu baru yang perkara.

 

Mestinya diriku bilang ke imam kalau diriku ini lagi pilek. Jadi, bacaan salatnya nggak usah panjang-panjang. Takut ingusnya nanti meler nggak karu-karuan.

 

Itu yang sering kejadian. Banyak cara sudah aku usahakan supaya ingusku nggak meler. Tapi apa daya kalau Gusti Allah SWT berkehendak kalau ingusku harus meler. Pernah ingusnya tiba-tiba mengucur deras turun dari hidung (nggak usah dibayangin). Pernah pula tiba-tiba bersin dan ingusnya lompat nempel ke makmum di depan (udah dibilangin nggak usah dibayangin!). Diriku cuma berharap makmum disampingku ndak lompat menghindar sekaligus teriak,


”Ibliiis ingusmu itu!”.

 


 

Ah, mungkin sebaiknya diriku ini sedia masker. Yang bikin orang diduga suspek flu burung dan bukan teroris. Ah, berati harus ke apotik. Ah, apa di jaman Rasulullah SAW dulu juga ada kejadian kayak diriku ini ya? Apa di Arab sana juga ada pilek?

 

Tapi katanya diriku ini bakal dapat penghargaan dari Gusti Allah SWT, karena sudah berjuang melawan pilek untuk salat berjamaah. Tapi itu artinya diriku harus sabar menghadapi reaksi makmum disampingku? Ah, nasib salat meler...

 

Apa Pembaca semua pernah juga diserang pilek pas beribadah?

NIMBRUNG DI SINI