HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kirabnya Mbah Bokari

Kamis, 8 Oktober 2009, 12:16 WIB

Di Bumi Mataram, pada suatu masa yang sudah lampau, tersebutlah suatu desa bernama Desa Cebongan Kidul. Di Desa Cebongan Kidul ini terdapat rawa yang cukup luas bernama Tuk Parung. Di musim kemarau, air Tuk Parung ini tidak pernah sekali pun kering. Tak ayal, warga desa menjadikan Tuk Parung sebagai sumber air.

 

Pada suatu ketika, ada warga yang menyaksikan Tuk Parung dipenuhi ikan laut (gereh pethek). Padahal, sejatinya Tuk Parung adalah rawa, mata air tawar, dan jauh dari laut. Warga desa pun khawatir bilamana Tuk Parung kelak berubah menjadi laut dan menenggelamkan Desa Cebongan Kidul.

 

Untuk mencegah terjadinya bencana tersebut, warga desa sepakat menggelar suatu upacara dan juga menutup Tuk Parung tersebut. Setelah Tuk Parung ditutup, tiba-tiba di desa tetangga muncullah mata air baru. Warga desa menyebut mata air baru itu sebagai Tuk Umbul.  

 

Berbagai jenis ikan pun hidup di Tuk Umbul. Akan tetapi, warga yang ingin mengail ikan tersebut harus meminta ijin #amit.amit terlebih dahulu kepada sang "penunggu" Tuk Umbul. Kalau tidak, ikan itu akan berubah menjadi ular bahkan kepala manusia (jelas tidak akan berubah jadi wanita cantik #hehehe). 

 

Kejadian mistis di Tuk Umbul ternyata tidak hanya perkara ikan saja. Pada suatu ketika, ada warga yang memandikan kerbaunya di Tuk Umbul. Secara kebetulan, warga tersebut juga mengail ikan di Tuk Umbul tanpa terlebih dahulu meminta ijin pada sang "penunggu".

 

Kejadian aneh pun terjadi. Kerbau miliknya tiba-tiba hilang tenggelam di Tuk Umbul yang dangkal dan tidak pernah ditemukan jejaknya. Oleh warga setempat kejadian aneh itu disebut sebagai Bokari, singkatan dari kebo keri yang berarti kerbau yang tertinggal.  

 

Warga percaya, kejadian aneh tersebut disebabkan oleh ulah ”penunggu” Tuk Umbul yang tinggal di gua di dekat sana. Di dalam gua tersebut hidup berbagai ular dan salah satu ular ada yang berukuran besar, ekornya buntung, dan bermahkota. Warga meyakini ular itulah penunggu dari Tuk Umbul dan menyebutnya dengan nama Mbah Bokari.

 

Semenjak kejadian kerbau hilang tersebut, warga desa dan Mbah Bokari membuat perjanjian akan saling hidup bersama, saling menjaga, dan menghormati dengan syarat warga Desa Cebongan Kidul tidak lagi menanam kedelai hitam dan ketan hitam. 

 


 

Itulah sekelumit cerita rakyat yang kudengar dari penuturan salah seorang warga Cebongan Kidul dan juga hasil baca di situs http://www.kweehuikian.com/wwwbokarianco/id/ mengenai asal-usul Kirab Mbah Bokari. Kalau ada perbedaan dalam isi cerita, ya mohon dimaklumi lah. Toh namanya juga cerita rakyat. #hehehe

 

Aku tahu ada Kirab Mbah Bokari ini bermula dari ketidaksengajaan. Saat itu aku mau bersepeda ke Desa Gombang. Aku lantas blusukan di sekitar selokan mataram barat. Eh, ndilalah aku malah nyasar sampai di Desa Cebongan Kidul. Kebetulan, di sana sedang ada ramai-ramai persiapan kirab Mbah Bokari sekaligus pekan budaya.

 

Kirab budaya ini sendiri dilangsungkan pada hari Jum’at siang (2/10/2009). Desa Cebongan Kidul sendiri baru dua kali melangsungkan kirab budaya Mbah Bokari ini, yaitu di tahun 2009 ini dan di tahun 2008 silam.

 

Secara umum pelaksanaan kirab budaya Mbah Budaya berlangsung meriah. Untuk ukuran desa memang pesertanya tidak terlampau banyak. Sebagian besar pesertanya dari golongan warga berumur. Aku mencari-cari obyek gadis desa nan manis untuk difoto ya nggak ketemu tuh. Kurang mujur saja barangkali ya. #hehehe

 

Kalau pembaca ingin melihat foto-foto kirab budaya Mbah Bokari hasil jepretanku, bisa langsung cek galeri Flickr milikku ini.

 


 

Bisa jadi banyak orang yang menilai asal-usul kirab budaya Mbah Bokari ini syirik. Akan tetapi, perlu digaris bawahi juga bahwa keberadaan pekan budaya ini mampu meningkatkan potensi desa dan geliat perekonomian warga. Setidaknya, tercermin dari banyaknya stan-stan permainan dan jajanan yang digelar di lapangan desa.

 

Jelas Mbah Bokari belum setenar (Alm.) Mbah Surip #hehehe. Jika kegiatan budaya semacam ini digelar secara konsisten, besar kemungkinan Desa Cebongan Kidul akan menjadi salah satu ikon pariwisata budaya di Kabupaten Sleman.

 

 

Apa Pembaca pernah datang menyaksikan kirab budaya semacam kirab Mbah Bokari ini?

NIMBRUNG DI SINI