Diriku memang lahir di tahun 80-an. Lebih muda dari usia Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Tapi bukan berarti diriku lupa dengan cerita dibalik berdirinya kerajaan Mataram itu. Tentu diriku ingat dengan Pangeran Mangkubumi yang semasa kecilnya bernama Raden Mas Sujana, dan kelak di akhir hayatnya bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I. Tentu diriku tahu siapa beliau, putra dari Amangkurat IV, raja Kasunanan Kartasura dari seorang selir. Beliau lah putra raja yang memberontak terhadap VOC. Pemberontakan itu berujung kepada Perjanjian Giyanti, dimana beliau memperoleh bagian wilayah Kesultanan Surakarta yang saat ini dikenal sebagai Yogyakarta.
Diriku memang bukan asli warga Jogja. KTP pun masih berlabel ibu kota. Di Jogja hanya menumpang hidup sembari merampungkan kuliah. Tapi entah kenapa diriku merasa sebagai warga Jogja. Diriku bukan hanya merasa sebagai warga Jogja, tetapi warga dari propinsi DI Yogyakarta, warga dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Diriku berusaha untuk mengenal lebih jauh, mendatangi berbagai pelosok yang ada di Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Aku merasa memiliki Yogyakarta.
Diriku memang bukan warga negara yang alim. Masih sering menerobos hukum dan peraturan. Tapi diriku masih tahu RUU Keistimewaan Yogyakarta yang sampai sekarang belum tuntas disahkan. Mungkin kita semua tidak terlalu merasakan Yogyakarta sebagai sebuah kerajaan. Kerajaan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita anggap tanah Jogja ini sama dengan tanah lain di pelosok nusantara. Karenanya kita anggap Jogja tak istimewa. Kita lupa bahwa Sri Sultan Hamengkubuwana IX membuat peran Jogja menjadi teramat penting di era kemerdekaan.
Diriku tahu bahwa bagi teman sepantarku, apa yang aku utarakan ini dianggap terlalu melebih-lebihkan. Lebay katanya. Sok tahu katanya. Jogja tak istimewa katanya. Apa mungkin sebab penduduk muda Jogja adalah pelajar singgah? Sebab Jogja tak lebih dari sebuah Universitas Gadjah Mada? Sebab asal-muasal Yogyakarta tak pernah dipelajari? Miris saat diriku mendengar tutur mereka, ”Yogyakarta hanya tempatku meraih gelar. Yang kupedulikan adalah bagaimana aku kan menyambung nyawa. Apa keistimewaan Jogja bisa membuat perutku kenyang dan tidurku pulas?”
Wahai Yogyakarta, dengarkan lisanku ini...
Diriku paham mereka yang bertutur seperti itu adalah mereka yang sudah terperangkap dalam lingkaran harta, jabatan, dan nafsu semata. Mereka adalah mereka yang hatinya belum diruwat. Mereka adalah mereka yang tak lagi peduli pada nilai-nilai sosial-budaya dan membuat nilai-nilai luhurmu semakin memudar. Mereka adalah mereka yang tercangkok modernisasi instan, buah simalakama yang juga akan semakin memperkeruh keistimewaanmu.
Tapi wahai Yogyakarta yang menjadi alas kakiku berpijak. Kami tetap ingin melestarikan nilai-nilai luhurmu. Kami tetap berupaya membujuk mereka agar turut merasa memiliki Yogyakarta. Kami tetap berupaya mengingatkan mereka hakikat dari sebuah Yogyakarta. Karena kami percaya nilai-nilai luhur dari keistimewaanmu itu adalah suatu pelajaran berharga yang akan terus mengakar dalam sanubari kami. Karena kami adalah warga Yogyakarta, warga Propinsi DI Yogyakarta, warga Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pemerintah kedah enggal2 netepaken RUU Keistimewaan Ngayogyakarta Hadiningrat dados UU...
Ampun ngantos keistimewaan Ngayogyakarta samsaya luntur dipun gerus majengipun jaman...
Mila punika kita sedaya ingkang tasih tresna marang kabudayan Ngayogyakarta kedah tansah nguri-nguri kabudayan ingkang adiluhung punika...
Salut kaliyan panjenengan, Mas :)
1 kasus yg bikin saya illfill sama pihak keraton adalah proyek tambang pasir besi yg akan menggusur warga petani di kulonprogo. pemilik saham pt yg akan melakukan penambangan adalah pembayun yg tidak lain adalah anak sultan. tolong kawan2 amati kasus ini. jika RUUK di sahkan maka tamatlah hidup para petani disana.
seperti kebun raya bogor: musium hidup.
naaah ,joga itu budaya hdup.harus dipelihara.
untuk jogja cocoknya : otsus,otonomi khusus.
aiih tajam bener tulisanmu yang ini...
soal kesultanan yang jadi pemimpin administratif? ah, Sri Sultan saja udah lelah dengan hal ini. :)
menurutku memang perlu didefinisikan lagi apa istimewanya Jogja daripada provinsi lain. :)
ini tentu akan menimbulkan pro dan kontra.. :)
secara personal, Jogja memang istimewa buatku, kok. terlepas dari status keistimewaannya sekarang. :)
Ini efek Otonomi daerah kalo gak salah ya?
but, I love Jogja, so much so much so much :p
Jogja, masih seperti dulukah?
apapun yang kau pikirkan saat ini, wisna, tetap semangat ya. Jogja membutuhkan orang2 sepertimu, kawan.
Kok kesanne lbh ke curhatmu, daripada alasan saat ini pun jogja msh istimewa :D
Hayo apa isi RUUK jogjakarta?