HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Jogja Memaksaku Puasa

Rabu, 30 September 2009, 22:23 WIB

Akhir minggu ketiga di bulan September 2009. Buat sebagian orang yang bekerja dengan "perilaku normal" adalah awal dari musim libur lebaran. Artinya arus mudik sudah mulai terasa. Para manusia rantau pulang ke kampung halamannya masing-masing. Itu berarti Kota Jogja harus rela disesaki oleh pemudik. Aku bilang kota Jogja, karena efek mudik itu paling terasa di kota Jogja. Itu maksudnya di Jl. Malioboro, karena aku belum pernah dengar kalau kota Wonosari atau kota Wates jadi macet kala musim lebaran.

 

Diriku, sebagai pendatang yang ngaku-ngaku warga Jogja ini juga turut merasakan efek mudik itu. Aku memang tidak mudik di lebaran ini, jadi bisalah merasakan perasaan warga Jogja kala musim lebaran. Contohnya, ruas jalan utama Kota Jogja itu macetnya pooool!

 

Alhasil aku harus puter otak kalau lagi bersepeda. Mencari celah di antara celah dan jalan tikus yang nggak banyak diketahui pemudik-pemudik itu. Emang bener di saat seperti ini warga kota yang dipadati pemudik harus ikhlas melepaskan kenyamanan kota mereka untuk beberapa waktu ke depan.

 

Susah Cari Makan


Akhirnya dapet makan juga!

Kalau cuma puasa gowes itu aku bisa tahan sedikit lah. Tapi yang paling diuji adalah puasa makan! Tempat makan di Kota Jogja dimana-mana penuh dengan pemudik. Pikirku kayak nggak ada tempat makan lain aja? Sono gih cari makan di Gunungkidul kek!

 

Itu kejadian habis aku ikutan KopDar bareng anak-anak CahAndong; sama mas Pitra, mas Ully, dan mbak Memeth. Hari sudah malam dan kita mau cari makan. Pertama kita ke Bakmie Terban, disuruh antri 1,5 jam. Kedua kita ke Nasi Bakar Sagan, udah habis! Ke Gerobak Bakmie yang cuma 2 meter dari sana juga sudah habis! Akhirnya kami makan di Nasi Gandul di Jl. Prof. Yohanes.

 

Kami ngobrolin kenapa itu orang Jawa kalau dagang makanan, jatah dagangannya selalu sama entah itu sedang ramai atau sepi. Apa karena filosofi kalau rejeki itu sudah ada yang ngatur dan di dunia kita cuma numut ngombe?

 

Susah Juga Cari Roti

Tapi yang paling aneh bin ajaib itu ya pas aku nyari roti. Kita semua tahu lah kalau gudeg di Jogja itu jelas lebih terkenal dari roti tawar tak bermerk. Ceritanya malam-malam aku laper dan berniat beli roti di Circle-K atau Indomaret. Di hari biasa, itu roti segala jenis stoknya melimpah ruah. Eeeh...ini aku udah marathon keliling Jogja dari Circle-K ke Indomaret kok ya rotinya habis! Terus aku niat ke Mirota, karena toh disana kan pabrik rotinya, tapi kok yaaaa....roti tawarnya juga habis!!! Sial! Kemana ni perginya roti tawar dari Jogja? Alhasil aku harus puasa makan roti tawar selama seminggu dari tanggal 20. Tahu nggak akhirnya aku dapat roti tawar dimana? Di Indomaret Manisrenggo, 8 km di utara Candi Prambanan!

 

Karena itu aku pingin teriak,

 

Kembalikan Jogjaku yang nyaman wahai pemudik!

 

Apa Pembaca sekalian juga kesulitan mencari makan pas musim liburan kemarin?

NIMBRUNG DI SINI