HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Tips dan Teknik Fotografi Portrait

Sabtu, 22 Maret 2008, 07:20 WIB

Belakangan ini aku lagi senang-senangnya memfoto objek wajah manusia yang disebut dengan istilah potrait. Senang saja sih memfoto potrait, soalnya objeknya jelas hanya satu yaitu wajah manusia. Jadinya aku nggak perlu repot-repot ngatur komposisi dengan objek yang lain. Perkara objeknya sendiri sih nggak jauh-jauh amat. Paling ya juga anak-anak matematika yang sering nongkrong di Himatika atau berseliweran di sekitar kampus.

 

Lensa kit Nikkor 18-135 DX yang aku gunakan memang bukan lensa potrait yang bagus. Ketajamannya sih oke, karena selalu pakai bukaan diafragma f/5.6. Tapi yang jadi masalah adalah faktor distorsinya. Sebab, foto portrait biasanya menggunakan panjang fokal 50mm sampai 70mm, yang mana itu lumayan terasa distorsi pincushion-nya bila memotret garis lurus. Tapi untunglah muka manusia nggak dibentuk oleh garis-garis lurus. Jadi, efek distorsi nggak begitu terlihat jelas.

 

 

Katanya sih, urusannya fotografer adalah mengabadikan objek yang kurang menarik menjadi tampak menarik pada foto. Termasuk juga dalam kasus memotret wajah manusia. Ada orang yang kurang menarik bila dilihat dari sudut pandang tertentu. Si fotografer pun harus jeli mencari sudut pandang lain agar orang tersebut terlihat menarik saat difoto.

 

Apalagi kebanyakan objek potrait-ku adalah wanita, yang wajar kalau ingin fotonya tampak cantik. Kalau bisa malah lebih cantik dari aslinya. Duh! Tapi foto-foto yang kuhasilkan biasanya sih terkesan kaku dan formal banget. Yah, namanya juga baru belajar ya....

 

Dan memang itulah yang terjadi, ketika ada yang ingin kufoto potrait dengan segera panjang Lensa aku atur ke panjang fokal 50mm - 70mm dan DSLR aku setting ke ISO 200 - 400, center weighted metering, serta bukaan diafragma f/5.6. Kemudian, jepret!

 

 

Eh, persetan lah itu dengan White Balance! #senyum.lebar Yang terpenting setelah sampai di rumah foto tadi diolah lagi pakai Adobe Photoshop CS2 dengan Adobe RAW Plug-In. Yang bikin editing foto jadi menantang yaitu bagaimana caranya mengolah foto tadi agar warna terlihat natural, terutama warna kulit. Biasanya kan orang-orang pingin warnya kulitnya jadi lebih putih tapi kalau terlalu putih nanti jadi kelihatan aneh.

 

Tapi setelah proses yang makan waktu kurang dari setengah jam tersebut, foto-foto potrait siap untuk dinikmati. Siap untuk dibakar dan dipindah ke hard disk komputer Himatika. #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI