HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Pencari Batu vs Programmer: Goa Selarong

Jumat, 3 Juli 2009, 07:01 WIB

Tahun 1785, tepatnya tanggal 11 November, lahirlah seorang bayi laki-laki di keluarga Keraton Yogyakarta. Bayi laki-laki itu bernama Bendoro Raden Mas Ontowiryo, putra dari Sultan Hamengkubuwono III dan selirnya, R.A. Mangkarawati.

 

Di tahun 1825, bayi laki-laki yang telah tumbuh dewasa itu mengangkat senjata bersama rakyat untuk melawan Belanda, saat Belanda menginvasi tanah dan tempat tinggal beliau di Tegalrejo, Magelang. Beliau kemudian dikenal sebagai Pangeran Diponegoro, memberikan perlawanan cukup sengit selama 5 tahun dan hampir menguras ludes semua harta dan pasukan Belanda.

 

Nah, salah satu tempat yang dijadikan markas Pangeran Diponegoro adalah Goa Selarong yang letaknya di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

 

Menjelajah Gua Selarong


Sendang Manik Moyo, buat tempat berwudhu.



Ini umpak masjid, bentuknya mirip ornamen candi.



Ada Yoni, disini pernah ada candi kah?

Sekitar 179 tahun setelah Perang Diponegoro, tepatnya di hari Minggu (28/6/2009) aku bersepeda sejauh 14 km dari Kota Jogja ke Goa Selarong. Aku bersepeda ke sana nggak hanya karena ingin menapak-tilas sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro, melainkan juga untuk bertempur (dari judulnya kan vs = versus) dengan seorang programmer yang datang jauh-jauh dari Bandung bernama Septia Rani, akrab disapa Tia (mengingatkanku sama si Tiwul #hehehe).

 

Kami janjian bertemu di perempatan Masjid Agung Bantul. Katanya sih, Goa Selarong berjarak sekitar 800 meter di barat Masjid Agung Bantul. Setelah beberapa saat, datanglah programmer wanita yang dimaksud itu. Dirinya pasti kaget melihat wujud seorang pencari batu doyan blusukan itu. #senyum

 

Tia dateng pakai sepeda, jadi kami berdua sama-sama bersepeda ke Goa Selarong. Retribusi masuk ke Kompleks Goa Selarong itu Rp2.000 per orang dan Rp500 untuk sepeda.

 

Sebenarnya dulu pas masih kecil aku sudah pernah ke Goa Selarong. Tapi bagaimana di sananya dulu sudah lupa, hehehe #hehehe. Ternyata kompleks Goa Selarong ini juga merangkap jadi bumi perkemahan. Cocoklah, karena di sini konturnya bukit dan ada hutannya.

 

Spesial request dari Tia, katanya dirinya mau merasakan sensasi blusukan. Ya sudah deh, kami outbond naik-turun bukit, keluar-masuk hutan. Eh nggak disangka, Tia kuat juga jalan berat #ngece. Di sepanjang perjalanan, kami menemukan berbagai macam benda cagar budaya, seperti sendang (mata air), umpak masjid, dan yoni.

 


Ibu ini rumahnya deket Goa Selarong, sehari-hari beliau menjajakan pisang rebus dan buah sawo kepada pengunjung.
(Dipermak pakai Adobe Photoshop)

Pulang Kampung Ceritanya


Tia capek, istirahat dulu deket Goa Putri.

Oiya, Tia yang kusebut programmer ini masih mahasiswi semeter 4 jurusan Teknik Informatika. Berkat bidang ilmunya itu, kita bisa ngobrol dengan gonta-ganti bahasa. Dari bahasa manusia, jadi bahasa mesin. Ngomongin IF, WHILE, END yang bikin pusing orang-orang normal pada umumnya, hahaha #senyum.lebar.

 

Sebenernya Tia ini di Jogja sedang menunggu kerja praktek. Jadi, sekalian pulang kampung gitu karena gadis ini aslinya dari Bantul. Kami ngobrol terus dan nggak terasa sudah sampai di Goa Kakung dan Goa Putri.

 

Goa Selarong ini sebenarnya terdiri dari dua gua. Goa Kakung, tempat Pangeran Diponegoro ngatur taktik, rapat, dan istirahat. Serta Goa Putri, tempat tinggal istri prajurit dan anak-anak. Di dekat sini juga ada air terjun yang sayangnya kering karena sedang musim kemarau. Nggak hanya bumi perkemahan, trek bukti dan hutan di kompleks Goa Selarong ini juga difungsikan untuk olahraga motorcross. Woooo...

 

Pulang dari Goa Selarong, Tia menawarkan rute yang berbeda. Katanya penuh sensasi, karena dia tahu kalau diriku senang blusukan pakai sepeda. Ternyata memang iya. Rute pulangnya itu penuh tanjakan. Aku jadi merasa salah sama Tia. Dia kan nggak terbiasa bersepeda.

 

 

Di rute yang berakhir di Kasongan itu, kami pun berpisah. Terima kasih ya Tia sudah mau diajak jalan-jalan. Mohon maaf kalau selama jalan-jalan itu kamu tersiksa, hehehe. #hehehe

NIMBRUNG DI SINI