HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Donotirto

Jumat, 19 Juni 2009, 07:00 WIB

Bukan diriku namanya kalau nggak mencari sensasi, karena di status Facebook-ku di hari Kamis (18/6/2009) tertulis.

 

sedang menunggu tengah malam untuk memotret ... duh ... WC umum!

 

Lha? Apa hubungannya WC umum dengan candi? Kalau Pembaca semua bilang aku kurang-kerjaan, itu aku nggak menyangkal. Tapi kasihlah aku kesempatan untuk menjelaskan awal-mula ekspedisi "candi" ini. #tanda.kutip

 

Semua ini bermula dari komentar salah satu pengunjung blog-ku yang bernama bu Murwani. Setelah diriku bikin orang terkaget-kaget dengan adanya candi di Parangtritis. Bu Murwani gantian bikin kaget aku dan beberapa pengunjung lain soal keberadaan candi di Kota Jogja yang lokasinya dekat Pasar Pathuk!

 

Lha? Itu kan hanya sekitar 800 meter dari rumahku!

 

Merasa nggak mau dibilang kurang pergaulan, dirikupun merapat ke lokasi dengan berbekal petunjuk yang diberikan oleh Bu Murwani. Katanya, nama candinya itu Candi Donotirto.

 

Selamat Datang di WC Umum!

Singkat cerita. Tanpa acara nyasar-nyasar. Sampailah aku di suatu tempat yang... eh?... disebut orang kebanyakan sebagai WC Umum!

 

Yup! Yang disebut Bu Murwani sebagai Candi Donotirto itu adalah WC umum. Bisa dibilang juga sebagai pemandian umum dan juga tempat cuci-cuci umum. Pokoknya segala yang umum-umum yang ada hubungannya sama air lah!

 

Aku yang masih terbengong-bengong itu disapa oleh seorang ibu paruh baya yang bernama Budhe Ira. Nah, dari ngobrol-ngobrol dengan Budhe Ira inilah aku dapat banyak informasi soal Candi Donotirto. Selidik punya selidik, Budhe Ira inilah warga yang bertugas merawat Candi Donotirto.

 


Diriku bersama Budhe Ira. #senyum.lebar

 

Menurut penuturan Budhe Ira, Candi Donotirto ini candi londo alias candi yang dibangun oleh pemerintah Belanda. Jadi, Candi Donotirto ini bisa digolongkan sebagai benda cagar budaya lah ya.

 

Budhe Ira sendiri nggak tahu kapan persisnya "candi" ini didirikan. Tapi yang jelas, "candi" ini milik Keraton Yogyakarta dan diserahkan perawatannya pada RW setempat.

 

Untuk menunjang fungsinya sebagai ... WC umum... Candi Donotirto dilengkapi 10 pancuran yang airnya berasal dari Kali Winongo. Kata Budhe Ira, di Kali Winongo sendiri ada tempat pengaturan untuk mengatur derasnya air yang mengalir di 10 pancuran itu. Sepuluh pancuran itu dibagi sama rata. Lima pancuran untuk WC pria dan lima pancuran untuk WC wanita.

 

Ya kali WC-nya nggak dipisah! #hehehe

 


Ini tempat untuk buang air kecil. Bayangin sendiri deh gimana cara penggunaannya.

 

Ada Apa Ya di Dalam Candi Donotirto?

Penasaran, aku mecoba masuk ke dalam WC pria Candi Donotirto. YAIKSSS! Ada banyak bapak-bapak telanjang bulat lagi pada mandi!

 

Mampus gue! Mimpi apa aku semalam...

 

Demi menghindari "sensasi" di ruangan pertama, aku ganti melongok ke ruangan kedua. YAIKSSS! Banyak bapak-bapak yang lagi pada jongkok! (Nggak perlu aku jelasin kan mereka sambil jongkok lagi pada ngapain? #hehehe)

 

Lebih parah.... Mari mundur perlahan....

 


 

Ternyata Pembaca sekalian, ini WC umum nggak ada sekatnya! Jadi orang yang lagi di dalam bisa saling akrab bertegur sapa dalam kondisi yang... ah sudahlah... nggak usah dibahas....

 

Katanya Budhe Ira, zaman dulu lebih parah lagi, karena WC pria dan WC wanita menyatu alias nggak dipisah sama tembok. APAAA!?

 

Selama ini aku pikir Sentō (pemandian umum) cuma ada di Jepang saja. Ternyata di Jogja juga ada toh. Weleh... weleh....

 

Untungnya, selama aku ngobrol-ngobrol sama Budhe Ira itu aku nggak ngelihat ada remaja putri atau wanita yang masuk ke Candi Donotirto. Kalau iya...waaaah...terpuaskan deh aku di sore hari itu. #senyum.nakal

 


Sumbang dikit lah buat merawat candi ini. #hehehe

 

Tapi aku belum puas karena di sore hari itu aku belum sempat memfoto bagian dalam Candi Donotirto. Lha wong kondisi di dalamnya "nggak kondusif" sebagaimana yang aku ceritakan di atas kok!

 

Oh iya. Umumnya bapak-bapak yang memakai Candi Donotirto itu tukang-tukang becak. Lha nanti kalau aku nekat foto, bisa-bisa masuk daftar buronan tukang becak pula! Hadeh!

 

Alhasil, muncullah status Facebook di atas itu. Karena aku yakin, di tengah malam kondisi Candi Donotirto pasti sepi. Jangankan motret di tengah malam, seumur-umur baru kali ini aku motret WC umum! #senyum.lebar

 

Rekor lah kalau sukses motret di sini, gyahahaha. #senyum.lebar

 

Ngobrol Ngalor-Ngidul

Balik lagi ke cerita ngobrol ngalor-ngidul sama Budhe Ira. Beliau cerita kalau dirinya tinggal di sana sudah dari tahun 1980-an. Sebelumnya Budhe Ira tinggal di Kretek, Bantul dekat sama Pantai Parangtritis. Dari Bude Ira sendiri aku dapat bermacam cerita seperti.

 

  1. Soal keponakannya dari militer yang dapat istri perawat di rumah sakit tempat ia dirawat.
    Asyik banget masuk rumah sakit! Sudah sakitnya hilang, eh pulangnya nggandeng perawat pula.
  2. Soal rasa kangen beliau kepada anak-anak KKN yang dulu pernah KKN di sana.
    Nggak Budhe saja kali! Aku juga kangen KKN Budhe. hiks...
  3. Soal harapan Pemilu Presiden yang berlangsung damai.
    Hidup Pemilu! Sukseskan demokrasi! Say no to kampanye rusuh!

 

Daripada aku ngoceh lebih ngelantur lagi, aku akhiri saja deh artikel ini. Semisal Pembaca sedang berada di dekat Pasar Pathuk dan mendadak merasa dapat "panggilan alam", aku sarankan untuk merapat ke Candi Donotirto kalau seandainya sudah tidak bisa tertahan lagi, hehehe. #hehehe

 

Oh iya, lokasi Candi Donotirto ini di Kelurahan Kemetiran Kidul, Kecamatan Gedong Tengen, Kota Yogyakarta.

 

Bahaya...

Itu foto di paling atas artikel, kalau siang penuh dengan ibu-ibu yang mandi sambil nyuci lho!

NIMBRUNG DI SINI