HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Akrobatnya Sepeda Motor

Rabu, 27 Mei 2009, 09:44 WIB

Sepeda itu alat transportasi roda dua yang bisa digerakkan dengan cara dikayuh. Kalau aku bilang sepeda motor, itu berarti sepeda yang dilengkapi dengan motor. Karena itu kalau naik sepeda motor nggak perlu lagi kita mengayuh. Cukup serahkan saja tugas mengayuh ke mesin motor.

 

Kenapa perlu ada sepeda yang dilengkapi motor? Dari sekian banyak jawaban, aku rasa yang paling tepat adalah untuk membuat sepeda motor menjadi kendaraan yang praktis, supaya bisa berpacu dengan waktu.

 


 

Sepeda motor kian hari kian populer, kian merakyat, kian merajalela. Menurut data di internet, populasi kendaraan bermotor di Indonesia mencapai lebih dari 20 juta dan 60% di antaranya (12 juta) adalah sepeda motor.

 

Kenapa sepeda motor bisa jadi populer? Ada banyak alasannya. Tapi menurut aku (yang bukan pakarnya di bidang transportasi #hehehe) alasan utama menjamurnya sepeda motor adalah faktor ekonomi. Lihat saja di koran-koran. Pasti banyak iklan-iklan sepeda motor yang menawarkan kredit kepemilikan yang menggiurkan dan promosi penggunaan bahan bakar yang irit.

 


Adegan akrobat bonceng-papat keluarga muda.

Aku mengakui kalau aku sendiri belum fasih mengendarai sepeda motor. Itu saja baru belajar masuk gigi satu, melaju kecepatan 10 km/jam, dan mengaktifkan standar-dua. Aku lebih senang menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, atau yang sedang naik daun saat ini ya bersepeda.

 

Dari pengalamanku menjelajah jalan-jalan di Yogyakarta dan Jawa Tengah, seringkali aku berpapasan dengan pengguna sepeda motor yang kelewat batas. Salah satunya ya seperti foto-foto di artikel ini.

 

Seharusnya, jumlah penumpang yang boleh dibonceng itu hanya satu orang. Tapi di lapangan, wajar dan jamak terlihat tiga orang atau lebih penumpang di satu sepeda motor. Kejadian tersebut umumnya dialami oleh keluarga muda yang hendak bertamasya. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala, mengingat bagaimana nasibnya jika anak-anak kecil itu terjatuh dari sepeda motor.

 


Siapa ya yang berani menilang Abdi Dalem Keraton ?

Seandainya aku tanya ke si bapak yang menjadi pengemudi sepeda motor, alasannya pasti hanya berkutat seputar kendala kepraktisan dan biaya. Untuk keamanan dan kenyamanan, sebaiknya memang dipilih menggunakan kendaraan roda empat. Tapi kendaraan roda empat itu identik dengan biaya angkut yang cukup mahal bagi keluarga muda yang ekonominya pas-pasan. Karena itu jamaklah kalau adegan akrobat seperti itu menjadi pemandangan sehari-hari.

 

Kalau di kampung-kampung, sering juga aku dapati pengendara sepeda motor yang menaikkan dagangan pasar yang berlebihan ke sepeda motornya. Nggak hanya itu, aku juga sering mendapati pengendara motor yang melaju tanpa mengenakan helm. Belum lagi aksi kebut-kebutan sepeda motor di jalanan yang pikirnya hanya milik mereka sendiri. #sedih

 


 

Aku bukannya membenci sepeda motor ataupun penggunanya. Tapi aku benci dengan kelakuan pengguna sepeda motor yang nggak peduli akan faktor keselamatan dirinya sendiri dan pengguna jalan lain.

 

Aku yakin mereka yang melakukan hal tersebut pastinya didesak oleh faktor ekonomi dan waktu yang menurut mereka nggak bisa dikompromikan lagi. Tapi seiring dengan berkembangnya zaman dan perencanaan moda transportasi di negara kita yang jauh dari kata sempurna, aku yakin pertumbuhan sepeda motor di negeri ini bakal meningkat dan tentunya akan banyak adegan-adegan akrobat yang menjadi pemandangan lazim di jalan raya.

 

Kalau sudah begini, sepeda motor nggak ubahnya alat pertunjukan sirkus yang digunakan oleh para pemain akrobat untuk menarik perhatian massa, agar mereka tahu bahwa kendaraan beroda dua itu mampu menjinakkan situasi-situasi genting dengan menggadaikan keselamatan penggunanya.

NIMBRUNG DI SINI