Buat sebagian orang, menikah itu pengalaman sekali seumur hidup. Karena itu momen pernikahan biasanya lantas diabadikan, supaya suatu saat nanti bisa kembali dikenang.
Nah, foto adalah cara yang paling umum digunakan untuk mengabadikan momen pernikahan. Oleh sebab itu, nggak heran kalau pernikahan adalah ladang buat fotografer untuk mencari penghasilan tambahan.
Beruntung aku lahir di tengah keluarga besar yang beberapa di antaranya sudah ahli dalam hal "mengintip dan menjepret" kamera. Jadi, kalau di keluarga besar ada yang menikah, nggak perlu repot-repot menyewa fotografer. Cukup mengandalkan personil keluarga besar saja. Karena itu jangan heran kalau di acara-acara pernikahan keluarga, selalu muncul sosok-sosok pria berbusana Jawa lengkap (beskap dan blangkon) sambil menenteng DSLR. #senyum.lebar
Aku yang masih "anak ayam" di jagat "mengintip dan menjepret", acapkali juga turun ke lapangan untuk memotret momen pernikahan. Nggak hanya pernikahan keluarga aja, tetapi belakangan ini aku juga diberi kesempatan buat memotret pernikahan orang lain. Karena nggak setiap saat ada orang menikah, aku gunakan saja kesempatan ini untuk melatih ilmu memotret pernikahan.
Biasanya sih aku diposisikan sebagai fotografer candid, yaitu fotografer yang harus siap-sedia di samping kedua mempelai untuk mengabadikan momen-momen unik mereka. Kayak tingkah laku mereka pas lagi dirias, ijab kabul, dan interaksi mereka dengan tamu.
Berikut aku mau berbagi pengalamanku, soal memotret candid di pernikahan:
- Jalin hubungan yang baik dengan kedua mempelai. Kalau bisa buat mereka nyaman pas kita lagi motret mereka. Karena itu sebisa mungkin harus akrab dan kalau bercanda jangan sampai kelewatan #senyum.lebar
- Rapat kecil dulu dengan kedua mempelai di awal tugas. Ini untuk membahas rangkaian kegiatan pernikahan, momen-momen dimana kita bertugas, dan terlebih ijin untuk memotret.
- Yang ada di momen pernikahan itu nggak hanya kedua mempelai aja, tapi juga keluarga besar mereka dan tamu-tamu undangan. Jadi, jangan buat mereka ilfeel dengan kehadiran dan kelakuan kita. Sebagai contoh, kasihlah mereka kesempatan untuk ikutan mengabadikan momen pernikahan walau hanya pake kamera HP. Jangan karena kita pakai kamera canggih, terus nyerobot semua momennya.
- Kalau ada upacara adat di pernikahan itu, ya kita mesti tau tatacara pelaksanannya. Supaya kita dapet sudut dan momen yang bagus. Sekaligus ngerti boleh-nggaknya kita motret di upacara itu.
- Inget nih, kedua mempelai tu bukan model yang seenak udel bisa kita suruh pose. Sebisa mungkin usahakan "one-shot-one-kill" yaitu nggak ada pengulangan motret untuk setiap momen. Disini nih kreativitas dan teknik fotografi diuji habis-habisan.
- Bersikap profesional, yang paling penting tepat waktu! Karena saat itu kita lagi kerja buat orang lain.
Oh iya, jangan minder dengan jenis kamera. Kalau dimaksimalkan bisa dapet hasil bagus kok. Contohnya ada fotografer pernikahan cuma pakai Nikon D40X dan lensa 18-55 (total harga 5 juta) dan ada juga yang udah lihai pakainya Nikon D700 dan lensa 17-55 (total harga 40 juta).
Untuk soal biaya, aku nggak mematok tarif yang mahal. Aku inget aja kata seorang motivator (lupa siapa), "seberapakah dirimu pantas untuk dihargai?". Yah, mengingat aku ini masih "anak ayam" dan klien-klienku kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah, biasanya sih aku dibayar Rp150.000 – 200.000 untuk satu hari pemotretan.
Buatku yang terpenting kan sebenarnya bukan imbalan uang, tapi ilmu dan kebahagiaan kedua mempelai. Karena mengabadikan momen yang hanya terjadi sekali seumur hidup dengan berarti, adalah kewajiban bagi seorang fotografer.
mbak :D
1.udah pake camdig..tapi hasil fotonya kurang memuaskan
2.belum pake camdiG..(sing isih pake list ) hasilnya bagus-klinconG(tapi sayang gak bisa dismpn @komp toh??).
lah mungkin nek sewayah-wayah 2 langganan tukang potret ibukQ lagi ada job lain kan bisa Qm yang menggantikan..tapi cetakann..wis wani??
apalagi foto2 colongan \"candid\" kan terasa lebih seru pas ngeliat hasilnya.
maksud Ipin g bisa dipakai apa tu???kayaknya aku mulai mencium bau otak kotor di sini...dasar si Ipin, pikirannya g jauh2..
saya pengen bisa foto-foto tapi masih terkendala di biaya, kamera yang bagus bener-bener mahal!
Win, kok masih berpuluh2 tahun lagi? apa masih bisa dipakai?
kalau aku sih sebentar lagi. eh 4 tahun lagi itu sebentar kan?
Win itu nunggu berpuluh-puluh tahun karena baru bisa dipakai setelah lewat 10 tahun. Betul ndak mas Win?
@win:km prewed ndiri aja ato ma ipin..wkwkwk..:p