Harus kita akui bersama bahwa penyelenggaraan Pemilu Legislatif, 9 April 2009 silam masih jauh dari kata sempurna. Apakah itu mekanisme Pemilu yang dilanda banyak problema ataupun DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang belum mencangkup seluruh konstituen di negeri ini. Sebetulnya gejala-gejala akan Pemilu yang kurang sukses sudah muncul jauh-jauh hari sebelum Pemilu berlangsung, karena itu nggak heran kalau banyak konstituen yang memilih untuk tidak memilih, alias menyandang gelar golongan putih (golput).
Menjadi golongan putih adalah sebuah pilihan, seperti yang dilakukan oleh kawanku pada Pemilu Legislatif lalu. Akan tetapi kita jangan tergesa-gesa dahulu menyimpulkan bahwa Golongan Putih itu adalah ”sekumpulan orang jahat” yang hendak merusak tatanan bangsa. Dari hasil ngintipin Facebook-nya orang ada beberapa alasan yang memunculkan Golongan Putih:
- Ada yang memang malas; ”Mending liburan ke luar negeri daripada ikut Pemilu!”,
- Ada yang ”dizalimi” oleh KPU; ”Gimana mau milih? Surat undangan milih aja dapet nggak!”,
- Bahkan ada yang bawa-bawa nama agama;
”elo NYONTRENG, elo MUSYRIK, menjadi BUDAK THAGHUT” #glek.
Nah kalau alasannya kawanku itu sebenernya termasuk alasan yang juga diutarakan oleh mayoritas golongan putih di Tanah Air; ”Nggak tau mau milih calon legislatif yang mana”. Dari satu alasan itu bisa dimunculkan lagi sub-alasan, ”karena...”. Ada yang ”karena calon legislatifnya terlalu banyak”, ”karena cuma ngobral janji”, sampai ke alasannya yang sengaja disamarkan agar terkesan ilmiah. Tapi semua alasan itu manusiawi kok.
Kenapa Bingung?
Soal bingung memilih calon legislatif yang jumlahnya bisa puluhan di satu surat suara sebenernya bukan masalah penting. Di TPS tempatku menyuarakan hak suara, hasil perolehan suara didominasi oleh suara partai dan bukan suara calon legislatif. Jadi, banyak pemilih yang memilih partai. Kalau begini kan nggak usah pusing mikir milih calon legislatif yang mana kan? Aku nggak begitu tahu di daerah pemilihan lain apa juga lebih banyak pemilih yang memilih partai dibandingkan calon legislatif.
Esensi dari Pemilu itu adalah memilih. Dalam proses memilih, harus dipenuhi syarat utama yaitu sekurang-kurangnya ada dua obyek untuk dipilih. Kalau obyeknya cuma satu, buat apa milih, tul nggak? Memilih itu kan proses menetapkan satu dari sekian banyak obyek. Bagaimana bisa menetapkan yang terpilih itu, ya harus melalui banyak prosedur, tapi intinya satu yaitu membandingkan antara obyek yang satu dengan yang lain.
Akui saja deh kalau sekian banyak partai dan calon legislatif itu masing-masing memiliki kekurangan, karena itu tidak ada partai ataupun calon legislatif yang sempurna. Tapi masing-masing kandidat memiliki kelebihan yang ngakunya dilebih-lebihkan. Jadi, aku nggak heran kalau kampanye partai dan calon legislatif itu terkesan asal jadi, bahkan saling menjatuhkan. Wong, ingat iklan perang promosi layanan selular (biru vs kuning) aja bikin muak.
Karena itu kalau menghayati benar-benar ”Jadilah pemilih yang cerdas, pilihlah yang terbaik” itu bakal berat banget menjalaninya. Yah, dengan berat hati aku mesti mengatakan bahwa kita harus memilih satu dari sekian banyak calon, untuk diberi amanah dan tanggung-jawab walau pilihan kita pasti memiliki kekurangan. Tapi susahnya hidup sekarang itu banyak orang yang jadi nggak baik hanya karena materi, karena anggota dewan itu ibarat ikan yang berenang di lautan materi. Jadi, mbok ya bagi yang terpilih supaya tetap baik, menjalankan amanah dan tanggung-jawab yang kami berikan.
Hitamkah Anda?
Walau bagaimanapun kita sebelnya sama golongan putih, demokrasi yang dipraktekkan di Indonesia lewat Pemilu ini masih bakal jalan selama masih ada golongan hitam, yaitu mereka yang memberikan hak suaranya. Jadinya percuma juga buat memberi sanksi ke golongan putih. Tentu aku juga berharap bangsa kita adalah bangsa golongan hitam, bukan golongan putih.
Aku jadi inget betapa bahagianya temen aku yang untuk pertama kalinya dia boleh mencontreng di Pemilu ini. Kalau dipikir-pikir Pemilu itu kayak event Piala Dunia aja, dinanti-nantikan semua orang dan munculnya jarang-jarang. Yah, walau cuma dilandasi niat sekadar bersenang-senang aja, aku yakin bangsa ini kian mantap melangkah kearah pembelajaran bernegara yang lebih baik dari sebelumnya. Bangsa kita masih perlu belajar, salah itu biasa, yang terpenting jangan pernah dua kali terjebak di kesalahan yang sama.
Aku bahkan ga yakin apa kau tahu yang kau lakukan kemarin.
Aku tidak habis pikir, mengapa kau tidak meresapi kalimat : GOLPUT ITU HARAM.
eh kok artikel ini enggak muncul di halaman muka situsmu??kamu sengaja ya??hehe
lagian kowe masih salah menebak alasanku wis, bukan itu esensinya, dan aku tidak mencoba sok ilmiah ato sengaja menyamarkan ya, orang kalo kamu cermat itu sebenarnya salah satu motif yang paling mendasar dari manusia..
wis nge-link ra ijin..sok tau sisan.. :P