HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Berguru dari Sang Ahli: Kaliadem dan Rawa Pening

Senin, 30 Maret 2009, 07:52 WIB

Nggak aku duga sebelumnya kalau di akhir bulan Maret ini aku berkesempatan untuk ikut hunting foto bareng Pakdhe Prap dan teman-temannya. Tentu saja kesempatan ini nggak aku sia-siakan! Selain untuk mendalami ilmu fotografi, aku kan memang hobi jalan-jalan, hehehe #hehehe. Meskipun ya selama 2 hari itu, aku merasakan sendiri hunting foto yang benar-benar menguji daya tahan fisik.

 

Hunting Foto di Kaliadem (28/3/2009)

Dalam ilmu fotografi, waktu terbaik untuk memotret hanya ada 2, yaitu pada pagi dan sore hari. Rentang waktunya sangat-singkat. Pas pagi, sekitar pukul 06.00 sampai 08.00. Sedangkan pas sore, sekitar pukul 16.00 sampai 18.00.

 


Pakdhe Prap dan Pak Hertanto, masih semangat mendaki gunung.

 

Karena cuaca di Yogyakarta dan Jawa Tengah akhir-akhir ini buruk pas sore hari, alhasil kami hunting foto-nya di pagi hari deh. Di hari Sabtu (28/3/2009), untuk bisa “masuk kerja” tepat waktu, kami berangkat dari Kota Jogja menuju Kaliadem sekitar pukul setengah 5 pagi.

 

Oh, buat Pembaca yang belum tahu. Kaliadem itu wilayah di lereng Gunung Merapi. Jaraknya sekitar 30 km dari Kota Jogja. Letaknya di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Di sana, kita bisa menyaksikan panorama keindahan Gunung Merapi dari dekat. Sesampainya di Kaliadem, kami masih harus berjalan kaki menyusuri lautan pasir untuk sampai di lokasi pemotretan terbaik.

 

 

Alhamdulillah, pagi itu cuaca cerah. Anggunnya Gunung Merapi dapat diabadikan dengan naik oleh kami semua. Segala keletihan kami di pagi hari itu, terbayar lunas dengan panganan khas Kaliurang; jadah, tempe, dan tahu bacem. Nyam! #senyum.lebar

 

Hunting Foto di Rawa Pening (29/3/2009)

Belum terpuaskan dengan Gunung Merapi, pada hari Minggu (29/3/2009) kami berpindah lokasi perburuan di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tepatnya di suatu genangan air luas yang bernama Rawa Pening.

 


Kiri-Kanan: Pak Hertanto, Pakdhe Prap, dan Pak Handoko. Obesesi mereka hanya satu, memotret!

 

Karena jarak dari Kota Jogja ke Rawa Pening cukup jauh, maka kami berangkat dari Kota Jogja pada pukul 3 pagi! Sesampainya di lokasi, kami sudah disambut oleh warga beserta perahu-perahu mereka yang telah kami sewa sebelumnya.

 

 

Terima kasih juga kepada Pak Sugeng selaku nelayan yang sudah mau repot-repot kami “kerjai” sebagai model pemotretan. #senyum.lebar

 

Di Rawa Pening ini kami juga sempat menyaksikan proses panen tanaman eceng gondok yang kelak diolah menjadi kerajinan tangan. Sebagai penutup hari, kami menyempatkan diri sarapan di Kampoeng Kopi Banaran yang merupakan pesanggrahan perkebunan kopi di Kecamatan Ambarawa. Hmmm....

 

Ilmu Baru

Selama 2 hari ini aku hunting foto bareng bapak-bapak sepuh; Pakdhe Prap, Pak Hertanto, dan Pak Handoko. Mereka semua sudah punya jam terbang lama di bidang fotografi dan banyak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan fotografi. Ah, tentu mereka sudah pantas menyandang gelar sebagai ahli fotografi. #senyum.lebar

 

Nah, dari dua hari ikut nimbrung memotret bareng mereka, aku merangkum beberapa kesimpulan tentang berguru kepada sang ahli. Tentu kesimpulan ini dapat berlaku umum untuk semua ilmu. Nggak terbatas hanya pada ilmu fotografi saja.

 

  1. Bapak-bapak itu sudah sepuh dan mereka masih bersemangat melakukan hobinya walau menguras tenaga. Bangun di pagi hari dan kemudian hilir-mudik kesana-kemari untuk memotret. Kalau mau menjadi sang ahli, selama fisik masih memungkinkan harus semangat!
  2. Mereka semua menjadi ahli berdasarkan pengalaman mereka memotret. Tapi untuk itu, hingga saat ini mereka masih terus mengasah ilmu fotografi dan berbagi pengalaman kepada yang muda-muda.
  3. Mereka nggak pernah membangga-banggakan peralatan memotret mereka. Walau sebagai seorang ahli, peralatan memotret mereka berada di level atas. Biarkan kehalian yang menunjukkan, walau dengan peralatan apa pun yang digunakan, kualitas foto mereka di atas rata-rata.

 

Sebagai seekor “anak ayam” yang baru belajar memotret dari berguru dari mereka, aku memetik banyak pelajaran.

 

Jangan pernah terus-menerus bertanya kepada yang ahli. Itu tandanya kamu nggak percaya diri. Nggak usah minder dengan peralatan dan ilmu yang dimiliki sekarang. Ilmu itu bisa dipelajari dan peralatan itu suatu saat bisa dibeli. Setiap momen di lapangan terbuka bagi siapa pun untuk dipotret. Kesempatan itu jarang datang dua kali. Jika kesempatan itu ada berkali-kali, maka gunakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Teruslah berlatih. Jika salah perbaiki dan berlatih lagi. Jangan serakah untuk mendapat semua yang terbaik. Pelan-pelan dan lama-lama akan menjadi bukit.

 

Satu lagi, seorang ahli adalah mereka yang nggak pernah menyatakan bahwa karyanya adalah yang terbaik. #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI