HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Tour de Bali 2009: Pulau Bali, Kami Datang!

Selasa, 10 Februari 2009, 01:47 WIB

Kalau kata pepatah, "ada banyak jalan menuju Roma". Sedangkan kalau kata kami, "ada banyak jalan menuju Bali". Eh, perkataan itu sudah kami buktikan sendiri tanggal 1 sampai 9 Februari 2009 yang lalu!

 

Karena kami ini termasuk salah satu di antara

 

  1. Mahasiswa yang nyaris lulus.
  2. Calon eksekutif muda.
  3. Buruh berkantong cekak.

 

maka kami harus mengikhlaskan impian untuk pergi-pulang ke Bali naik pesawat terbang. Meskipun demikian, bukan berarti kami tidak bisa pergi ke Bali lho! #senyum.lebar

 

Dengan menyesuaikan moda transportasi dengan kondisi kantong, Alhamdulillah pulau di timur pulau Jawa itu sukses tergapai! Tentu karena ada pepatah, "ada harga ada rupa", maka cara yang kami tempuh untuk pergi ke Bali sarat dengan unsur petualangan. Jalan-jalan ala Tour de... kan termasuk petualangan kurang-kerjaan, hehehe. #hehehe

 

Cara Irit Pergi ke Bali

Untuk pergi ke Bali, kami mengikuti petunjuk dari Babe Ervan, sesuai dengan kebiasaannya setiap kali dirinya mudik ke Bali. Begini aturan mainnya.

 


Suasana Stasiun Wonokromo.

 


Mengangkut penumpang sekaligus kendaraannya.

  1. Berangkat naik kereta ekonomi Sri Tanjung pukul 07.30 WIB dari Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta ke Stasiun Banyuwangi, Jawa Timur. Tarif tiketnya Rp35.000 per orang.

    Perjalanan dari Yogyakarta ke Banyuwangi memakan waktu hampir 15 jam! Jadi bisa dipastikan sampai di Banyuwangi sekitar tengah malam.
  2. Lama perjalanan yang 15 jam itu tidak non-stop kami habiskan di atas kereta. Sekitar pukul 14.15 WIB, kereta Sri Tanjung berhenti di Stasiun Wonokromo, Surabaya. Di situ kami turun dari kereta untuk beristirahat, makan, salat selama kurang lebih 1 jam. Ini karena kereta Sri Tanjung akan bergerak menuju Stasiun Gubeng, Surabaya untuk mengisi bahan bakar dan kembali lagi ke Stasiun Wonokromo untuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Banyuwangi.

    Resiko turun dari kereta Sri Tanjung adalah... tidak mendapatkan tempat duduk! Karena di Stasiun Gubeng kerap terjadi lonjakan penumpang. Akibatnya kami harus melewatkan sisa perjalanan di depan wc (yang aromanya sangat sedap pas kereta berhenti) selama kurang lebih 5 jam hingga tiba di Stasiun Jember. Untung di Stasiun Jember banyak penumpang yang turun, jadi kami bisa dapat tempat duduk lagi.
  3. Sampai di Stasiun Banyunwangi tengah malam. Kami lantas berjalan kaki sekitar 500 meter ke Pelabuhan Ketapang untuk menyebrang ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali menggunakan kapal feri. Tarif menyebrang dari Pelabuhan Ketapang ke Pelabuhan Gilimanuk cukup murah yaitu Rp5.700 per orang.

    Kapal Ferry tersebut selalu tersedia 24 jam dan diberangkatkan dalam rentang setiap 1 jam. Perjalanan dari Pelabuhan Ketapang ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali ditempuh selama kurang lebih 45 menit. Harap diperhatikan bahwa sesampainya di Bali waktu akan maju sekitar 1 jam karena ada pergantian zona waktu dari WIB menjadi WITA.
  4. Di Pelabuhan Gilimanuk selalu ada pemeriksaan identitas penumpang. Jadi harap selalu membawa KTP. Dari Pelabuhan Gilimanuk kami naik bus menuju Terminal Ubung, Denpasar dengan tarif Rp25.000 per orang.

    Bus tersebut baru berangkat ketika penumpangnya sudah penuh. Berhubung waktu itu sudah tengah malam, alhasil kami harus menunggu sekitar 1 jam lebih. Tapi ya nggak masalah karena kami sendiri sudah tewas mengenaskan di dalam bus #senyum.lebar. Bus sampai di Terminal Ubung sekitar pukul 6 pagi WITA.

 

Cara Irit Keliling Bali


Adegan gemblung!, jangan ditiru!

Keluarga Ervan punya dua motor, satu Honda Supra Fit dan satu Yamaha Mio. Sebetulnya keluarga Ervan punya mobil Suzuki Carry. Akan tetapi, mengingat mahalnya biaya bensin untuk mobil, maka kami lebih memilih menunggang sepeda motor untuk menjelajah bali. Tapi, karena jumlah kami 5 orang, maka kami masih butuh satu motor lagi. Kekurangan armada ini diakali Ervan dengan meminjam motor tetangga dan juga motor Upi.

 

Alhamdulillah, tidak ada motor yang bermasalah dan juga kecelakaan selama Tour de Bali berlangsung. Eh, ada sih kejadian di hari kedua saat Ervan mendadak bermanuver naik trotoar karena sepertinya kelelahan dan kurang konsentrasi.

 

Kami jarang tersasar di perjalanan karena kami (diwakili Babe Ervan) tidak malu-malu bertanya pada warga setempat dan juga karena mengandalkan piranti canggih macam Google Maps dan peta pulau Bali! #senyum.lebar

 

Cara Irit Pulang dari Bali


Peta, alat navigasi andalan kami.

Urusan pulang dari pulau Bali sebenarnya bisa serupa dengan cara kami berangkat menuju pulau Bali. Tapi perlu diingat bahwasanya bus terakhir dari Terminal Ubung ke Pelabuhan Gilimanuk berangkat pukul 18.00 WITA dan kereta Sri Tanjung ke Stasiun Lempuyangan berangkat pukul 06.00 WIB. Artinya, jika mau menggunakan cara ini maka mau-tidak-mau kami harus bermalam di Stasiun Banyuwangi.

 

Pada akhirnya kami urung menggunakan opsi ini karena inkonsistensi Babe Ipin. Alhasil, kami memutuskan naik bus malam dari Denpasar menuju Yogyakarta. Bus ini berangkat dari Terminal Ubung pukul 15.00 WITA dan sampai di Terminal Giwangan, Yogyakarta pukul 08.00 WIB.

 

Untuk bisa naik bus malam ini kami harus merogoh kocek Rp190.000 per orang. Bandingkan jika kami menggunakan opsi kereta Sri Tanjung, tarifnya hanya Rp65.700 per orang. Selama di bus kami juga ditimpa musibah, seperti Babe Winky yang menghabiskan malam dengan muntah-muntah dan kacamataku yang jatuh terinjak penumpang yang lewat #sedih.

NIMBRUNG DI SINI