HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Himatika UGM, Sebuah Konflik Golongan

Jumat, 16 Januari 2009, 22:32 WIB

Sebelum Membaca Lebih Jauh...

Kalau memperhatikan judul artikel ini, sepertinya bisa mengundang tanggapan negatif dari beberapa pihak. Namun memang itu yang terjadi di Himatika UGM akhir-akhir ini.

 

Ah ya, kenapa aku mengangkat artikel seputar Himatika UGM kembali? Walau aku sudah tidak lagi menjabat sebagai pengurus harian, akan tetapi aku masih sering mendengar kabar dari para pengurus dan mantan pengurus Himatika UGM lain seputar kondisi Himatika UGM yang katanya... makin mengenaskan.

 

Aku menulis artikel ini bukan untuk menjelek-jelekkan pihak-pihak tertentu. Sekiranya di artikel ini kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga. Apabila ada salah atau kekurangan di artikel ini, harap kabarkan kepadaku. Artikel ini ditulis tanpa emosi.

 

Aku mengenang masa-masa beberapa waktu silam, saat aku hendak menghadiri Musyawarah Istimewa Himatika (Mustika) UGM, aku mendengar beberapa pengurus mencanangkan slogan,

 

“Bersihkan Himatika dari KMFM”

 

Agak terkejut memang mendengar slogan seperti itu. Pasalnya aku tidak tahu persis kondisi Himatika saat ini. Mendengar slogan seperti itu, lantas aku berpikir kalau Himatika UGM saat ini berada di bawah kendali KMFM (Keluarga Muslim Fakultas MIPA). Benarkah begitu?

 

Sepertinya ada beberapa pengurus baru dan mantan pengurus, yang tidak setuju dengan rancangan kepengurusan baru yang sepertinya memihak pada golongan tertentu. Mohon maaf kalau aku secara blak-blakan menyebut golongan tersebut sebagai KMFM dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FMIPA.

 

Ketidaksetujuan itu didasari oleh alasan yang jelas, karena mayoritas pengurus baru khususnya yang menempati jabatan sebagai Kepala Departemen berasal dari kedua golongan tersebut, KMFM dan BEM FMIPA. Mereka-mereka ini kurang aktif di kegiatan-kegiatan Himatika UGM pada kepengurusan sebelumnya. Alhasil, banyak yang meragukan kemampuan mereka untuk menjabat sebagai Kepala Departemen. Kok bisa mereka kurang aktif di kegiatan-kegiatan Himatika UGM, akan tetapi bisa terpilih jadi Kepala Departemen?

 

Kenapa mereka bisa terpilih, mungkin lebih disebabkan oleh “kedekatan” antara Ketua Terpilih dengan mereka. Itu karena mereka berada dalam satu lingkup organisasi yang sama.

 

Cukup logis sih. Kalau dipikir-pikir apakah kamu mau menyerahkan sebuah tanggung-jawab kepada orang yang kamu tidak kenal? Nggak kan?

 

Nah, permasalahannya muncul ketika kamu hanya mengenal orang-orang dari golongan tertentu saja. Jadi, seakan-akan kamu hanya mempercayai orang-orang dari golongan tertentu itu, tidak dengan orang-orang dari golongan lain.

 

Ada banyak kekhawatiran para pengurus dan mantan pengurus melihat situasi seperti ini, beberapa di antaranya adalah:

 

  1. Adanya ketimpangan prioritas organisasi. Banyak yang khawatir para pengurus yang berasal dari KMFM atau BEM FMIPA dan kurang aktif di Himatika UGM. Saat mereka menjabat sebagai Kepala Departemen akan lebih mementingkan kegiatan yang digagas oleh KMFM atau BEM FMIPA. Akibatnya departemen yang mereka bawahi akan terlantar.
  2. Kegiatan-kegiatan di Himatika UGM akan banyak dipengaruhi oleh KMFM dan BEM FMIPA, dalam sisi konsep dan pelaksanaan. Dalam kondisi yang terparah adalah Himatika menjadi sebuah organisasi yang “seakan” memiliki visi dan misi yang sama dengan KMFM dan BEM FMIPA.
  3. Ini poin yang paling aku khawatirkan, dan semoga tidak akan terjadi, bahwa pengurus Himatika UGM akan terpecah menjadi golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan dengan pemikiran dan pandangan yang berbeda mengenai masa depan Himatika UGM.

 

Kalau menilik dari slogan yang ada di awal artikel ini, mengapa yang disebut hanya KMFM saja? Yah, mungkin karena “nuansa Islam” sudah mulai terasa mengental di Himatika UGM. Perkembangan yang baguskah? Ya, jika nuansa tersebut juga diiringi dengan sikap toleransi dengan penganut keyakinan lain. Bukannya malah membuat sekat dengan mereka, membatasi hak-hak mereka.

 

Buatku, Himatika UGM adalah sebuah ajang pembelajaran berorganisasi di lingkungan kampus. Tentu kalau mau mendalami lebih dalam, ada (sedikit) unsur politik yang bermain di sini. Bahwa tampuk kekuasaan hanya boleh dipegang oleh golongan tertentu saja.

 

Akan tetapi, walau alasannya sebagai ajang belajar, apa boleh terkesan sebagai main-main saja? Salah itu biasa. Sekiranya jika salah itu terjadi, sesama pengurus harus saling bantu-membantu, bukan malah menjatuhkan. Dan mantan pengurus yang sudah lebih berpengalaman mestinya juga turun tangan untuk memberikan saran dan bantuan.

 

Sepertinya memang masih banyak PR yang mesti dibenahi oleh Himatika UGM di awal kepengurusan tahun 2009 ini. Bagiku, aku juga masih punya tugas untuk membenahi sistem website Himatika UGM agar lebih user-friendly dengan pengurus yang baru.

 

Tentunya kita tidak boleh lupa bahwa kaderisasi, pewarisan tanggung-jawab kepada calon penerus pengurus lama, juga harus berjalan beriringan dengan semangat untuk berkarya lebih baik dari masa lalu. Karena itu, bagi pengurus Himatika UGM, mantan pengurus Himatika UGM, dan bahkan mahasiswa Matematika UGM aku meminta pendapat dan sarannya mengenai permasalahan ini.

 

Terima Kasih. #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI