Minggu (30/11/2008), dengan kondisi badan yang kurang begitu sehat, aku dibonceng pulang oleh Eka dari kampus FMIPA Utara UGM. Di tengah perjalanan, perutku kembali berbunyi nyaring layaknya ringtone polifonik handphone terbaru. Kondisi badan yang mendadak perlu asupan gizi ini pun memaksa kami untuk meluncur ke sumber makanan terdekat.
Aku sih pasrah saja, ke mana Eka hendak membawaku. Yang jelas, di dalam benak Eka sudah aku jejali tiga kata kunci, soto, sup, dan etnik. Eka pun menafsirkan ketiga kata kunci tersebut sebagai Soto Banjar Kotabaru.
Selain Coto Makassar, ini adalah kedua kalinya aku menyantap makanan soto khas pulau seberang (Kalimantan). Aku sendiri nggak tahu apakah soto Banjar khas Kalimantan Selatan ini mampu mengembalikan indra pengecapku yang mati rasa semenjak aku jatuh sakit 3-4 hari yang lalu.
Dari lokasinya, warung soto Banjar Kotabaru ini terletak persis di depan asrama mahasiswa Kalimantan Tengah (kok nggak nyambung ya? Nama gedungnya North Window) di Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, kota Yogyakarta.
Pucuk dicinta, soto Banjar pun tiba. Sebelum menyantap soto Banjar untuk membungkam perut yang suaranya makin nyaring, seperti biasa aku melaksanakan ritual bedah soto terlebih dahulu. Apa sih komposisi dari soto Banjar ini?
Berbeda dari soto Jawa pada umumnya, kuah soto Banjar terlihat berwarna putih keruh. Kata Eka, bumbunya adalah ketumbar, kemiri, bawang putih dan lain sebagainya. Eka juga bilang kalau di tempat makan lain ada soto Banjar yang kuahnya bening sekali. Wah sepertinya soto Banjar menganut paham semakin putih semakin mantap untuk dinikmati (kayak kulit perempuan saja #hehehe).
Sayur pelengkap soto Banjar hanya terdiri dari irisan daun bawang serta perkedel kentang dengan ukuran yang sangaaaaaat mini (diameternya kira-kira 1 cm!) dan berjumlah 5 buah.
Tapi untung, soto Banjar ini tidak pelit perkara daging. Sebab, masih disajikan suwiran ayam plus irisan telur rebus.
Untuk karbohidratnya disajikan dua pilihan, yaitu nasi dan lontong. Aku sendiri memilih lontong sebagai karbohidrat bersantap hari itu.
Sebagai pelengkap opsional (bayar kalau makan!) ada tempe goreng dan bakwan. Bakwannya sendiri menurutku sih lebih tepat disebut adonan tepung yang digoreng. #hehehe
Bagaimana rasa soto Banjar ini? Setelah acara motret-motret sekaligus bedah soto selesai, saatnya kita uji kelayakan rasa soto Banjar ini dan ternyata... eng ing eng... aku tidak tahu. #hehehe
Mungkin karena pas waktu itu aku sedang sakit, sehingga kenapa ya rasanya menurutku biasa-biasa saja? Tapi, walau bagaimanapun, aku akui bahwa soto Banjar ini terasa menyegarkan. Aku masih merasa "tanggung" menyantap soto ini. Seperti ada yang kurang. Menyantap dengan tempe goreng dan bakwan pun tidak melengkapi cita rasa yang ditawarkan soto Banjar ini. Yah, barangkali karena efek lidahku mati rasa ya?
Sebagai penutup, aku merekomendasikan soto Banjar Kotabaru sebagai alternatif hidangan rakyat dengan harga yang terjangkau. Cuma saja seperti terasa ada yang kurang. Apa ya? Mungkin lain kali kalau aku sudah sehat perlu ke sini lagi.
Ah, ya sudah deh. Berikut adalah daftar harga menu di Warung Soto Banjar Kotabaru.
Soto Banjar | Rp6.000 |
Tempe Goreng | Rp500 |
Bakwan | Rp500 |
Teh Manis | Rp1.000 |
asalnya, dan yg paling enak yg deket makam
suryansyah, bumbunya berasa :D
aku yang hobinya doyan gratisan :)
aku yang kalo komen gak nyambung :)
aku yang gombal
aku yang gak konsisten
aku yang pikirannya liar..
julukannya gak ada satupun yang keren, hiks!
lagi makan disitu, tapi aku belum pernah makan
disitu, hiks..
Tapi sejauh aku tahu adanya di solo (mungkin di kota lain juga ada,tapi aku g tau)..Cari aja Soto Kwali, jadi sotonya nanti bener2 dimasak di kuali, enggak tau kenapa tapi kalo bener2 soto kuali kok rasanya (menurutku) lebih enak ya..
perkedel mininya bukan 3, tapi 5...he3x...
ada pilihan soto lainnya ga?
aku taunya, soto lamongan...
(kok promosi sih)...