HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Bareng Ibu ke Kebun Salak

Rabu, 19 November 2008, 06:27 WIB


Ibu siap berburu salak!

Sebagai seorang anak (yang katanya mesti nurut perintah orangtua #hehehe) baik hati, pada hari Sabtu (15/11/2008) aku mengantar Ibu (yang waktu itu sedang datang ke Jogja) untuk pergi ke kebun salak. Bagaimana keluargaku bisa sampai punya kebun salak itu panjang ceritanya. Akan tetapi, semuanya bersumber dari kegemaran Ibu yang suka salak (maksudnya makan buah salak, bukan suka dengan salak). #hehehe

 

Seandainya Ibu suka petai atau durian, aku yakin ceritanya bakal berbeda. Ibu juga suka makan mangga, tapi Ibu nggak punya kebun mangga karena Ibu hanya hobi "numpang" menanam pohon mangga. Jadi, jangan berharap ada artikelku yang judulnya Kebun Mangga (apaan sih?). #hehehe

 

Ayo Kita Kemon!

Anyway, lokasi kebun salak itu sebenarnya nggak asing buatku, tetapi kali ini menjadi sangat asing karena aku kini bertugas mengantar Ibu ke sana. Karena aku nggak hapal jalan ke sana! DOH!

 

Biasanya, yang mengemudikan mobil menuju ke kebun salak itu Bapak. Akan tetapi karena pada hari itu Bapak nggak ikut serta ke Jogja, alhasil aku lah yang bertugas mengantar Ibu. Mana Ibu juga lupa-lupa inget jalannya pula. Nasib.... #hehehe

 


Kebun salak dilihat dari luar.

Ibu yang juga hobi blusukan, sudah menyiapkan bekal dari Bandung, yaitu peta yang dibuat Bapak. Sebenarnya rutenya mudah saja sih, hanya tinggal mengikuti Jl. Palagan Tentara Pelajar sampai hampir di ujungnya. Itu lho, jalan raya yang sejajar (apa iya?) dengan Jl. Kaliurang yang letaknya berada di sebelah baratnya. Jl. Palagan Tentara Pelajar bermula di perempatan ringroad Monumen Jogja Kembali. Di sepanjang Jl. Palagan Tentara Pelajar ini ada banyak restoran-restoran dan juga hotel Hyatt (ada kenangan tersendiri kalau menyebut nama hotel ini #hehehe).

 

Cukup ya penjelasannya! Nah, yang buatku sulit adalah menemukan jalan kecil yang berbelok ke kiri menuju kebun salak di Jl. Palagan Tentara Pelajar tersebut. Karena nggak lucu dong kalau mesti tersesat di tengah hutan belantara. #hehehe

 

Aku sudah mengecek kondisi bensin mobil. Persiapan sudah beres lah pokoknya. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo kita kemon! #senyum.lebar

 

Ayo Kita Sikat!

Singkat cerita, perjalanan naik mobil menelusuri Jl. Palagan Tentara Pelajar berakhir dengan cerita nyasar #hehehe. Tapi nggak parah-parah banget karena Ibu segera bertanya kepada warga yang kemudian menunjukkan arah ke Desa Girikerto. Dengan memahami kembali peta yang dibuat Bapak, akhirnya (akhirnya!) kami sampai ke kebun salak yang dimaksud. Kebun salak milik keluargaku itu terletak di Dusun Sukorejo, Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

 

Dari jalan aspal menjadi jalan tanah. Dari deretan tembok menjadi deretan duri salak. Tetap saja tidak menyurutkan niat kami berdua untuk blusukan di kebun salak. #senyum.lebar

 


Mari memetik salak!

Niat untuk membabi-buta salak-salak sirna ketika melihat kumpulan buah-buah salak di kebun yang masih kecil-kecil muda-muda. Ya mungkin baru bisa dipanen pada bulan Desember nanti.

 

Kami pun menyusuri kebun salak dari ujung ke ujung, mencermati setiap pohon salak satu per satu (hanya di bagian buah dan bukan seluruh pohonnya), dan akhirnya menemukan satu (hanya satu) pohon salak yang berbuah besar yang sekiranya siap untuk dipanen. Pucuk dicinta ulam pun tiba! #senyum.lebar

 

Eh, tapi manusia hanya bisa berencana karena Tuhan yang menentukan segala-galanya. Ibu lupa membawa karung wadah salak! Ketinggalan di bagasi mobil ternyata. Beh! Gimana mau membawa salak kalau begini caranya?

 

Tiada rotan akar pun jadi! Salak-salak yang kami petik lantas dimasukkan ke dalam tas punggung wadah DSLR yang kubawa. Eh, DSLR-nya sudah dikeluarkan donk. #senyum.lebar

 

Dari satu pohon salak itu kami berhasil membawa pulang sekitar dua puluh buah salak. Ukuran buah salaknya lumayan besar dan rasanya manis. Aku suka salak, tapi kalau kebanyakan makan salak perutku bakal bermasalah #hehehe. Jadinya, aku tidak terlalu berminat dengan hasil rampasan di pagi hari itu.

 

Tapi, berhubung ada yang menitip salak (siapa ya? #hehehe), mau-tidak-mau rampasan perang itu kami bagi dua. Cukup adillah karena aku mendapat porsi 7 salak. Aku nggak bisa membayangkan kalau saat kami ke sana buah-buah salaknya sudah siap panen semua. Bisa-bisa Ibu kalap memetik semua salak di sana. Duh!

 

Ayo Makan Salak!


Salak pondoh saat masih utuh.

Jenis salak yang ada di kebun salak itu adalah salak pondoh. Salak pondoh yang memiliki nama latin Salacca zalacca adalah buah khas dari Yogyakarta. Salak berbuah seperti halnya pepaya, yaitu tidak mengenal musim. Akan tetapi ada suatu masa di mana seluruh salak siap panen secara bersamaan.

 

Harga salak bisa turun drastis ketika sedang musimnya buah-buahan musiman. Misalnya ketika sedang musim mangga atau musim rambutan. Harga salak panen dari kebun bisa mencapai Rp3.000 per kilogram.

 

Ada dua jenis salak pondoh di sana, yaitu salak yang masir dan yang tidak masir. Salak masir adalah salak yang daging buahnya lunak sehingga menempel di bijinya. Salak bisa menjadi masir jika menunggu terlalu lama untuk dipanen.

 

Pembaca pernah ke kebun salak belum? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI