HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Museum Nasional

Selasa, 4 November 2008, 01:15 WIB

Semenjak sering memotret candi-candi dan situs-situs purbakala lainnya, aku jadi semakin seneng belajar sejarah. Karenanya, di hari Minggu (2/11/2008) lalu, aku yang sedang berada di Jakarta menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum Nasional yang dikenal juga sebagai Museum Gajah.

 

Museum Nasional terletak di Jl. Merdeka Barat No. 12, Jakarta Pusat. Untuk dapat mencapai Museum Nasional, bisa menggunakan Bus Transjakarta koridor I dan turun di halte Monumen Nasional. Museum Nasional terletak di sebelah Gedung Departemen Pertahanan Nasional.

 


Arca-arca utuh diletakkan di sepanjang
koridor Gedung Gajah.

Halaman di dalam Gedung Gajah juga ditempatkan
sejumlah arca Lingga dan Nandi.

 

Sejarah Museum Nasional

Sejarah Museum Nasional sendiri tidak lepas dari dibentuknya Bataviaasch Genotschap van Kunsten en Wetenschappen (Perhimpunan Batavia untuk Seni dan Budaya) di tanggal 24 Juli 1778, yang merupakan organisasi yang bergerak di bidang penelitian seni dan budaya, khususnya di bidang sejarah, arkeologi, dan etnografi. Salah satu pendirinya, JCM Radermacher, menyumbangkan rumahnya dan sejumlah buku beserta benda budaya yang menjadi cikal bakal berdirinya Museum Nasional. Dengan jumlah koleksi yang semakin lama semakin bertambah banyak, maka pemerintah Belanda membangun museum di lokasi sekarang ini yang mulai dibuka untuk umum pada tahun 1868.

 


Celengan purba. Ternyata bangsa kita dulu
gemar menabung lho. Kalau sekarang korupsi, payah!

Patung Ratu Pantai Selatan menunggang
kuda sembrani ditemukan di Jawa Barat.

 

Dua Gedung Museum Nasional

Tarif retribusi yang dikenakan amat-sangat-murah yaitu Rp750 untuk dewasa dan Rp500 untuk anak-anak. Museum ini memiliki dua buah gedung, yakni Gedung Gajah dan Gedung Arca. Gedung Gajah adalah bangunan dua lantai yang bergaya kolonial dan penataan koleksinya pun masih ditata dengan teknis kolonial. Sedangkan Gedung Arca merupakan bangunan baru yang menyajikan sejarah kebudayaan Indonesia secara lebih sistematik dan penataannya pun lebih modern.

 


Arca dari zaman Megalitikum.
Bentuknya seperti kuda terbang? Imajinatif.

Fragmen keramik yang ditemukan di Trowulan
pusat kerajaan Majapahit.

 

Museum Nasional Untuk Semua


Aryo dan aku! #senyum.lebar

Kunjungan singkat di Museum Nasional ini benar-benar menambah wawasan dan pengetahuanku tentang sejarah. Eh iya, sewaktu aku ke sini ini ternyata Museum Nasional lumayan ramai oleh pengunjung domestik maupun mancanegara lho! Syukurlah bahwa bangsa kita mulai mengerti akan makna sejarah.

 

Ada lagi, aku kemari tidak seorang diri melainkan ditemani oleh adik sepupuku, Aryo Gutomo, seorang mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Padjajaran, Bandung. Kami berdua memang berbeda disiplin ilmu dan utamanya landasan ilmu kami bukan di bidang sejarah, tetapi kunjungan kali itu kembali menegaskan bahwa sejarah adalah milik semua orang dan tidak untuk dilupakan. #senyum.lebar

 

 


Interior Gedung Arca yang modern.

Prasasti Canggal, prasasti yang
menyebutkan banyak lokasi candi.

 

Gajah

Museum ini dikenal juga sebagai Museum Gajah karena adanya patung gajah pemberian Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand pada tahun 1871 yang ditempatkan di halaman museum.

 

Kamera Dilarang, Handphone Boleh

Di Museum ini pengujung dilarang untuk membawa kamera terlebih memotret koleksi museum. Untuk mengakalinya aku menggunakan kamera 2 MP di handphone Aryo, Sony Ericsson K530i. Hasilnya cukup bagus dan bisa Pembaca lihat di berbagai gambar koleksi di artikel ini. Jadi, jangan pernah ragu menggunakan kamera handphone untuk mengabadikan momen! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI