Aku memulai artikel ini dengan mengutip tulisan di booklet berjudul “Solo Image”.
Nah, di tahun 2008 ini Kota Solo, Jawa Tengah mendapat kehormatan dari OWHC sebagai tuan rumah penyelenggaraan Konfrensi Internasional Kota-Kota Warisan Dunia. Konfrensi ini diselenggarakan dari tanggal 25 hingga 30 Oktober 2008. Tentu saja, karena konfrensi ini berkaitan dengan budaya, maka serangkaian kegiatan bertema budaya pun dikemas untuk turut memeriahkan konfrensi tersebut. Salah satunya adalah Kirab Pusaka Dunia yang diselenggarakan pada hari Minggu (26/10/2008) bertempat di Jl. Slamet Riyadi, Solo.
Aku berangkat menuju Kota Solo bersama Pakdhe Prap naik mobil. Perjalanan dari Kota Yogyakarta menuju Kota Solo ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam. Kami sampai di Kota Solo ketika jam menunjukkan pukul 13.00 dan langsung menuju Balaikota Solo tempat berkumpulnya para peserta pawai. Suasana di Balaikota penuh sesak dengan para peserta pawai dan pengunjung. Alhasil, kami harus memarkir mobil di gereja yang terletak persis di samping balaikota.
Seperti yang sudah diduga, sekumpulan fotografer sudah berkumpul di Balaikota untuk mengabadikan para peserta pawai. Menurut ilmu yang aku pelajari dari Pakdhe Prap, momen terbaik mengabadikan peserta pawai adalah ketika sebelum pawai saat mereka sedang bersiap-siap dan bukan saat mereka beraksi di jalan.
Aku nggak kekurangan obyek di balaikota karena banyak sekali peserta pawai yang menarik (terutama yang wanita #hehehe), dan beberapa di antaranya juga sempat menjadi korban gombalanku (dasar kadal! #hehehe).
Akan tetapi, yang paling menarik perhatian orang-orang saat itu adalah kehadiran Putri Indonesia 2008, Zivanna Letisha Siregar, yang akrab disapa Zizi.
Setelah lama menunggu rombongan tamu dari luar negeri yang tengah bertamasya ke Candi Borobudur dan Candi Prambanan, akhirnya pada pukul 14.00 acara kirab pun dimulai. Acara dibuka dengan disulutnya sebuah petasan yang diletakkan di kepala seorang wanita oleh Walikota Solo, Pak Joko Widodo.
Aku dan Pakde Prap bertemu dengan Mas Aziz dan temannya Mas Romi yang sama-sama hobi motret. Mas Aziz adalah adik dari suami sepupuku. Hmm...ternyata dunia ini luas and there are some peoples who shares the same things.
Kami memotret dengan kondisi langit Kota Solo yang mendung. Bahkan saat kirab dimulai mendung semakin bertambah pekat saja. Alhasil, kami memutuskan pulang setelah peserta kirab meninggalkan balaikota. Sepanjang perjalanan dari Kota Solo ke Kota Yogyakarta, kami harus bersusah-payah menembus hujan yang sangat lebat. Anehnya, menurut pengakuan seorang warga Solo yang aku hubungi, Kota Solo tidak diguyur hujan sama sekali! Wah, canggih juga pawang hujannya...
wajahnya si biasa aja, tapi dipermak dengan baju merah-putih dan \"topi\", jadi tampak anggun.
Hidup Indonesia!!!