HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Berbeda dari Umumnya Bakmi Jawa Bu Sahid

Jumat, 24 Mei 2024, 17:31 WIB

Sahid.

 

Kalau mendengar nama itu, yang terbayang pertama kali adalah keluarga Sahid; almarhum Pak Sahid, almarhumah Bu Sahid, beserta putra-putra dan putrinya. Keluarga ini puluhan tahun menjadi tetangga dempet tembok kamar rumah di Jakarta. 

 

Kalau mendengar nama itu lagi, yang terbayang adalah Hotel Sahid. Salah satu jaringan hotel senior di Indonesia, yang di Jogja identik dengan mall yang “membingungkan”, apalagi kalau bukan Sahid J-Walk.

 

Ya, sudah! 

 

Seumur hidupku, belum ada lagi hal-hal yang terbayang ketika mendengar nama Sahid. Jebul, pada September 2023 aku mengenal nama Sahid yang ketiga sebagai bakmi Jawa.

 

 

Yes!

 

Lebih tepatnya, Bakmi Jawa Bu Sahid. Apakah beliau istri dari Pak Sahid? Ataukah nama aslinya memang adalah Bu Sahid? Itu aku kurang paham dan tidak mencari tahu lebih rinci.

 

Yang jelas, lokasi Bakmi Bu Sahid ini jauh buanget dari Kota Jogja. Di Google Maps, jaraknya ada sekitar 36 km! 

 

Lha iki! Mesti bakal diarani wong kurang gawean nek bengi-bengi dibela-belani moro nang kene seko kota gur mung nggo mangan bakmi.

 

Tapi yo piye? Berhubung magrib ini posisi sedang mengaspal di Jalan Provinsi Jogja – Purworejo dan ada tiga perut yang kelaparan, jadi ya langsung gas saja ke Bakmi Jawa Bu Sahid. Kapan lagi coba bisa malam-malam merambah pelosok pedesaan nan bersahaja di Kabupaten Kulon Progo?

 

Bakmi Jawa Bu Sahid dijajakan di suatu rumah yang terletak Kalurahan Bojong, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, dekat dengan Pasar Gejlik. Kalau Pas malam, di teras rumah menyala lampu warna-warni kedap-kedip. 

 

Karena rumah ini berada di pinggir jalan desa yang lumayan lebar dengan sempadan jalan yang lumayan lebar juga, jadi no problemo lah perkara tempat parkir. Eh, awas kecebur ke selokan! Minim penerangan jalan. Gelap pas malam. 

 

 

Rumah tempat tinggal yang merangkap jadi warung bakmi Jawa ceritanya. Eh, atau mungkin malah warung kelontong? Stok minuman kemasannya ada banyak.

 

Pesannya langsung ke dapur saja. Menu makanan serba Rp12.000, minumnya Rp3.000. Nggak pakai lama, hadirlah bakmi goreng dan bakmi rebus yang penampakannya sebagaimana di bawah ini.

 

 

Hmmm.

 

Mungkin agak “mengagetkan” bagi orang yang terbiasa menyantap bakmi Jawa ala wilayah timur seperti aku. Penyebab utamanya adalah mie pipih yang tampil kuning mencolok. 

 

Piye yo?

 

Aku sih lebih cocok dengan bakmi rebusnya. Kuahnya segar, tidak sepekat bakmi rebus “biasanya”. Perasaanku lumayan mirip dengan bakmi nyemek Banyumas.

 

Sedangkan bakmi gorengnya... hmmm… yaaa… mungkin belum terbiasa saja. Kalau pakai penekanan “biasanya”... ya aku mendambakan kecap manis. Dalam pikiranku, bakmi gorengnya ini mirip seperti bakmi goreng pelengkap nasi berkat kenduri.

 

Eee, sebetulnya, pas masuk dapur untuk memesan itu sudah terlihat “bocoran” menu bakmi gorengnya yang dimasak dalam porsi besar dalam suatu wajan yang tentunya juga berukuran besar. Meski begitu, bakmi gorengnya tetap disajikan hangat.

 

 

Kesimpulannya adalah lidahku perlu dibiasakan menyantap bakmi jawa ala Bu Sahid ini. Berbeda dengan warga sekitar. Semakin malam, rumah makan ini semakin ramai. Kebanyakan membeli untuk dibawa pulang. Karena bakmi gorengnya sudah dimasak dalam porsi besar, jadi tidak ada antrian panjang.

 

Ya, tidak bisa dipungkiri, setiap kuliner punya penggemarnya sendiri-sendiri. Kalau ingin memperkaya khazanah bakmi Jawa, bolehlah jauh-jauh malam-malam menyambangi Kapanewon Panjatan.

 

 

Panjatan, Kulon Progo, DI Yogyakarta

23 September 2023

NIMBRUNG DI SINI