Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula untuk menyebut suatu jalan. #senyum
Pada masa sekarang, apabila menyebut kata “jalan”, yang bakal terlintas di benak mayoritas orang adalah perlintasan lebar beraspal yang setiap hari dilalui kendaraan bermotor. #senyum
Padahal, yang disebut jalan itu bisa:
- jalan aspal,
- jalan setapak,
- jalan sempit alias gang,
- jalan di tengah sawah alias pematang,
- jalan yang diapit bangunan alias lorong,
- dan banyak lagi.
Berbeda dengan orang Indonesia, orang Belanda punya banyak nama untuk menyebut suatu jalan. Hal ini dapat dengan mudah dicermati apabila kita melihat peta daerah di Indonesia yang dibuat pada era kolonial.
Ambil contoh peta Kota Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1925. Di peta itu, orang Belanda setidaknya memiliki 4 nama untuk menyebut suatu jalan.
- Laan
- Weg
- Straat
- Boulevard
Laan
Laan dalam bahasa Inggris dipadankan dengan kata avenue. Sedangkan laan dalam bahasa Indonesia… ya dipadankan dengan kata jalan #senyum.lebar.
Eh... bisa jadi kata jalan dalam bahasa Indonesia berasal dari ja-laan. #cocoklogi #senyum.lebar
Laan, sebagaimana halnya dengan avenue, adalah jalan yang di sisi kanan dan kirinya ditumbuhi jejeran tanaman seragam. Contoh tanaman seragam ini adalah pohon atau belukar.
Umumnya laan berada di pemukiman atau sebagai penghubung suatu pemukiman dengan pemukiman lain. Jalan jenis ini menyisakan ruang kosong yang agak lebar jika ada dua mobil yang bersimpangan.
Contoh laan yang ada di Kota Jogja adalah Merapilaan, Merbaboelaan, dan Oengaranlaan. Ketiga laan tersebut berada di kawasan Kotabaru.
Saat ini, Merapilaan dan Merbaboelaan sudah berganti nama menjadi Jl. Sunaryo dan Jl. Patimura. Hanya Oengaranlaan yang tetap disebut sebagai Jl. Ungaran sesuai ejaan masa kini.
Weg
Weg dalam bahasa Inggris dipadankan dengan kata road. Sedangkan weg dalam bahasa Indonesia… ya dipadankan dengan kata jalan. #senyum.lebar
Weg, sebagaimana halnya dengan road, adalah sebutan umum bagi jalan. Berbeda dengan laan, umumnya ruas weg lebih pendek dan lebarnya lebih sempit. Jalan jenis ini biasanya berada di dalam kawasan pemukiman atau sebagai penghubung antar laan.
Contoh weg yang ada di Kota Jogja adalah Progoweg (Jl.Suhartono) dan Opakweg (Jl. Hadidarsono). Kedua weg tersebut berada di kawasan Kotabaru.
Straat
Straat dalam bahasa Inggris dipadankan dengan kata street. Sedangkan straat dalam bahasa Indonesia… ya dipadankan dengan kata jalan. #senyum.lebar
Straat, sebagaimana halnya dengan street, adalah jalan yang berada di kawasan perkotaan. Biasanya, straat dikelilingi bangunan tempat bekerja. Berbeda dengan laan dan weg sekelilingnya didominasi kebun atau pemukiman.
Salah satu straat yang ada di Kota Jogja adalah Kampementsstraat. Straat ini terletak di selatan Benteng Vredeburg yang sekarang dikenal dengan nama Jl. Panembahan Senopati.
Boulevard
Boulevard dalam bahasa Inggris ya boulevard. Dalam bahasa Indonesia, boulevard disebut dengan bulevar. #senyum.lebar
Boulevard adalah jenis jalan yang lebih lebar dari laan. Biasanya, boulevard memiliki dua lajur untuk lewat kendaraan. Masing-masing lajur berlaku satu arah.
Sama seperti laan, umumnya boulevard dihiasi jejeran tanaman. Dengan bentuk jalan yang besar dan berhiaskan tanaman, boulevard biasanya difungsikan sebagai jalan utama suatu wilayah eksklusif.
Contoh boulevard yang ada di Kota Jogja adalah Mataram Boulevard yang sekarang dikenal dengan nama Jl. Suroto. Hingga sekarang boulevard ini tetap anggun sebagai jalan utama kawasan Kotabaru.
Kenyataannya
Laan, weg, straat, dan boulevard adalah penyebutan jalan yang populer digunakan oleh orang Belanda. Akan tetapi, penyebutan itu tidak populer bagi warga Yogyakarta.
Salah satu penyebab ketidakpopuleran penyebutan jalan itu mungkin dikarenakan warga Yogyakarta kesusahan melafalkan kata-kata Belanda. Ilat Jawa kok dikon ngomong Landa. #hehehe
Terlebih lagi, warga Yogyakarta tidak terbiasa menggunakan nama jalan sebagai petunjuk lokasi. Warga Yogyakarta lebih akrab menggunakan kombinasi arah mata angin dan patokan tempat. Petunjuk seperti "di barat Kali Opak" atau "di timur (kampung) Gondomanan" adalah sesuatu yang hingga kini masih digunakan.
Pada cuplikan peta Kota Yogyakarta yang terbit tahun 1925 ini, terlihat bahwa penamaan jalan sesuai kaidah Belanda umumnya berlaku di kawasan Kotabaru. Perlu diketahui bahwa kawasan Kotabaru adalah pemukiman Belanda. Jadi, mereka bisa menamai jalan sekehendaknya.
Selebihnya, pada peta terlihat bahwa nama-nama kampung lebih dominan. Hal ini bisa jadi dikarenakan umumnya warga yang tinggal di suatu kampung memiliki latar belakang yang sama, misalnya abdi dalem Keraton.
Penggunaan nama jalan (beserta nomor bangunan) beranjak populer ketika layanan pos mulai marak. Para petugas pos membutuhkan informasi lokasi yang lebih akurat untuk memudahkan pengiriman pos.
Akan tetapi, di banyak tempat di Yogyakarta, khususnya di desa-desa atau di kampung-kampung, nama jalan dan nomor bangunan seringkali tidak ada. Untungnya kekerabatan sosial warga Yogyakarta tinggi. Alhasil, walaupun tanpa nama jalan dan nomor rumah, hampir setiap warga mengetahui tempat tinggal para tetangganya.
Masa Sekarang
Entah apa yang menyebabkan penyebutan jalan dalam bahasa Indonesia tidak serinci penyebutan jalan dalam bahasa Belanda. Apa mungkin karena orang Indonesia lebih senang dengan sesuatu yang sederhana? Toh, jalan itu intinya sama, untuk lewat kendaraan. #senyum.lebar
Sebagai penutup, untuk mengetahui penyebutan jalan yang ada di luar negeri, silakan simak video singkat dari VOX berikut. #senyum