Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 10 Desember 2017, 18:30 WIB

Perkenalan kami dengan Mas Udin merupakan buah dari suatu ketidaksengajaan yang berawal di gapura masuk Desa Sembungan. Desa yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ini terkenal sebagai gerbang pendakian ke Bukit Sikunir. Bukit ini merupakan salah satu objek wisata di Dataran Tinggi Dieng yang ingin disinggahi Dimas.

 

 

Pada hari Selasa (2/8/2016) silam, perjalanan bersepeda motor yang panjang nan lama dari Yogyakarta akhirnya berujung di Dataran Tinggi Dieng sekitar pukul setengah tujuh malam. Setelah beristirahat sembari mengenyangkan perut di warung dekat Kompleks Candi Arjuna kami pun segera meluncur ke Desa Sembungan.

 

Awalnya, kami berencana menumpang tidur di masjid desa sebelum pada keesokan paginya menikmati fajar dari puncak Bukit Sikunir. Sayangnya, rencana hemat bin gratisan kami ini keburu dicegah oleh si mas penjaga loket tiket. Kami tertahan masuk di gapura Desa Sembungan karena nggak memiliki tempat bermalam yang legal! #duh

 

Alhasil, Dimas pun berembuk dengan si mas penjaga loket guna mencari penyelesaian yang legal sekaligus ekonomis. Sementara mereka berdiskusi, aku menumpang menghangatkan diri dengan anglo yang ada di luar pos. Malam hari di Dieng dingin banget bok!

 

Dengan patok anggaran sewa kamar sebesar Rp50.000 per orang, si mas penjaga loket lalu menelpon salah seorang pemilik homestay. Tak lama kemudian datanglah seorang pria bersepeda motor menyambangi kami di gapura desa. Pria inilah yang kelak kami kenal sebagai Mas Udin.

 

pengalaman buruk dipalak warga preman di gapura Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah karena tidak menginap di homestay

 

Mas Udin lantas memandu kami menuju ke rumahnya yang merangkap sebagai homestay. Selang dua menit berkendara Mas Udin mendadak memberhentikan sepeda motor di dekat musala. Mas Udin lalu memerintahkan Dimas untuk mengikuti jejaknya memarkir sepeda motor di pinggir jalan. Mulanya Dimas khawatir, akan tetapi Mas Udin bilang kalau Desa Sembungan itu aman. Nggak ada maling seperti di Jakarta.

 

Rupanya, rumah Mas Udin terletak agak masuk gang! Letaknya sekitar 100 meter dari jalan utama desa. Kalau mesti masuk-masuk ke gang seperti ini pantas saja sepeda motor nggak bisa lewat.

 

Malam itu kondisi gang gelap gulita. Penerangan hanya berasal dari handphone ditambah temaram cahaya lampu dari balik tirai jendela rumah tetangga. Untung saja ada satu rumah yang ramai karena sedang dipakai sebagai tempat latihan nasyid. Perjalanan menembus gelapnya gang kecil di samping proyek pembangunan rumah pun jadi nggak terlalu mencekam. #lebay

 

maraknya pembangunan homestay di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah

 

Di Dalam Homestay-nya Mas Udin

Sekitar pukul setengah delapan malam kami sampai di rumah Mas Udin. Saat pintu rumah dibuka tampaklah ruang tengah yang minim perabot. Lantai ruang tengah dilapisi karpet sebagaimana rumah-rumah warga Dieng pada umumnya. Kata Mas Udin kalau nggak dilapisi karpet nanti lantainya dingin.

 

review menginap di salah satu homestay murah sederhana di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah seharga lima puluh ribu rupiah per malam

 

Ruang tengah rumah Mas Udin terhubung dengan empat pintu. Pintu pertama adalah pintu utama untuk masuk-keluar rumah. Pintu kedua menuju ke area belakang. Sedangkan dua pintu sisanya terhubung ke kamar sewaan berukuran sekitar 3 x 3 meter.

 

Mas Udin menyewakan dua kamar kepada pengunjung. Dari konstruksinya, kedua kamar yang saling bersebelahan ini dipisahkan dari ruang tengah dengan sekat tripleks. Satu kamar terhubung jendela. Sedangkan satu kamar lainnya nggak berjendela.

 

pintu kamar homestay sederhana di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah

suasana kamar homestay sederhana mas Udin di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah

nama alamat homestay di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah yang bebas menerima tamu cowok cewek masih pacaran belum menikah

 

Dalam setiap kamar terdapat spring bed yang dilengkapi dua bantal, satu guling, dan selimut tebal. Masing-masing kamar juga memiliki colokan listrik. Akan tetapi colokan listrik di salah satu kamar kondisinya kurang baik.

 

Mas Udin beserta keluarganya sendiri tinggal di lantai dua. Tangga menuju ke lantai dua terletak di area belakang rumah. Area belakang rumah ini mencangkup ruang salat, dapur, dan kamar mandi. Mesin water heater alias penghangat air menjadi salah satu pelengkap kamar mandi.

 

daftar alamat homestay di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah yang menerapkan syariah islam standar islam

dapur tradisional Jawa di salah satu homestay di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah

toilet jongkok Jawa di salah satu homestay di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah

daftar alamat homestay di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah yang menyediakan fasilitas mandi air panas

 

Cerita Mas Udin tentang Usaha Homestay-nya

Di ruang tengah, sambil ditemani oleh setermos teh hangat dan setoples biskuit, aku, Dimas, dan Mas Udin pun saling bertukar cerita. Mas Udin cerita bahwa usaha homestay-nya ini baru berjalan kira-kira setahun. Usahanya ini dilatarbelakangi request dari para wisatawan berkantong cekak yang mendambakan penginapan murah di Desa Sembungan.

 

Awalnya homestay-nya Mas Udin ini hanya menyediakan satu kamar. Sekat-sekat yang memisahkan kamar dan ruang tengah awalnya difungsikan sebagai pemisah ruangan saat Mas Udin menggelar acara yasinan.

 

Dengan harga sewa kamar sebesar Rp50.000 per orang (yes! per orang bukan per kamar), homestay-nya Mas Udin ini memang diminati oleh wisatawan yang berasal dari golongan pelajar maupun mahasiswa. Bahkan homestay-nya Mas Udin ini sudah sering di-booking dari jauh-jauh hari lho!

 

wawancara dengan Mas Udin salah satu pemilik homestay murah di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah

 

Dulu, homestay-nya Mas Udin boleh diinapi pasangan tamu cowok-cewek tanpa status menikah alias bukan mahram . Untuk berjaga-jaga dari hal-hal yang nggak diinginkan, Mas Udin mengharuskan tamu cewek tidur di dalam kamar sementara si tamu cowok tidur di ruang tengah bareng Mas Udin.

 

Kalau sekarang Desa Sembungan sudah mengeluarkan peraturan yang melarang pasangan yang bukan mahram untuk menginap di satu penginapan yang sama. Jadi, untuk pasangan cowok-cewek yang bukan mahram ya masing-masing harus menginap di homestay yang berbeda gitu.

 

Oh iya, salah satu peraturan Desa Sembungan adalah setiap homestay ditarik pungutan sebesar Rp10.000 per kamar pada hari Sabtu dan Minggu. Kalau hari kerja ya nggak ada pungutan kamar.

 

Tentang Menjadi Petani Kentang di Dieng

Selain menjadi pemilik homestay, Mas Udin juga melakoni pekerjaan sebagai pemandu bagi wisatawan yang ingin keliling-keliling Dieng. Untuk ditemani ke Bukit Sikunir Mas Udin mematok tarif Rp100.000. Kalau tur keliling Dieng sampai ke wilayah Kabupaten Banjarnegara tarifnya Rp450.000. Besaran tarif itu sudah termasuk menginap dan makan di homestay-nya Mas Udin lho!

 

Meskipun begitu, sebagaimana umumnya warga Desa Sembungan, profesi utama Mas Udin adalah bertani. Lebih tepatnya bertani kentang. Alhamdulillah hasil dari usaha homestay-nya bisa bermanfaat di kala ladang kentang belum bisa dipanen.

 

foto suasana bagian belakang rumah petani kentang yang merangkap sebagai homestay di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah

 

Di bagian belakang rumah teronggok sekeranjang kentang yang baru dipanen. Selain menjamu kami dengan teh, biskuit, nasi, dan sup kubis, Mas Udin juga menjamu kami dengan kentang goreng. Aku sempat nyeletuk kalau nikmat sekali bilamana kentang-kentangnya ini bisa dibawa pulang. Eeeh, malah pas pulangnya kami dioleh-olehi sekitar 5 kg kentang! #matur.nuwun.sanget

 

Mas Udin juga bercerita profesinya sebagai petani kentang. Walaupun saat ini Dieng mulai terkenal dengan olahan buah carica, kentang tetaplah komoditas yang banyak ditanam karena harga jualnya lebih tinggi. Di tingkat petani harga jual carica berkisar antara Rp500 hingga Rp3.000 per kg. Sedangkan harga jual kentang berkisar antara Rp12.000 hingga Rp15.000 per kg.

 

foto indah pemandangan ladang kentang yang tertutup kabut di Desa Sembungan Kejajar Wonosobo Jawa Tengah

 

Menurut Mas Udin, salah satu kendala dalam budidaya kentang adalah mahalnya bibit yang berkualitas. Bibit yang kualitasnya bagus dihargai Rp150.000 per kg. Sedangkan bibit biasa seharga Rp15.000 per kg.

 

Untuk memanen kentang juga nggak bisa dilakukan seorang diri. Mengingat ladang-ladang kentang di Dieng umumnya terletak di lereng-lereng perbukitan maka diperlukan bantuan dari para kuli panggul. Biaya jasa angkut kuli panggul sebesar Rp10.000 untuk sekali bolak-balik. Kalau dipikir-pikir agak kurang sebanding dengan beban keranjang berisi kentang yang harus dipikul (sekitar 50 kg!) dengan medan naik-turun dan jarak tempuh yang panjang (nyaris sekitar 7 km bolak-balik!).

 

Jikalau Pembaca penasaran dengan potret suka-duka petani kentang di Dieng, silakan menyaksikan tayangan video di bawah ini.

 

 

Sekelumit Pelajaran dari Mas Udin

Dengan semakin populernya Bukit Sikunir sebagai objek wisata di Dataran Tinggi Dieng maka semakin banyak pula wisatawan yang menyambangi Desa Sembungan. Seiring dengan itu wajah Desa Sembungan pun kian berubah. Sebagai contoh, homestay-homestay kini bermunculan di mana-mana.

 

Mas Udin sendiri mengaku bahwa dirinya lebih menyenangi Desa Sembungan pada tahun 2004 hingga 2006 silam. Pada saat itu masih sedikit orang yang mengenal Bukit Sikunir. Semuanya masih serba alami. Nggak ada warung di puncak bukit. Bahkan lapangan parkir di Telaga Cebongan masih dipakai sebagai lapangan bola.

 

Tapi ya zaman telah berganti dan perubahan adalah suatu hal yang nggak dapat dielakkan. Beruntunglah pada kesempatan yang singkat ini kami berjumpa dengan Mas Udin sehingga kami dapat mencoba memahami kehidupan warga di Desa Sembungan yang berada dalam pusaran perubahan.

 

“Ya sudah Mas. Dijalani saja.”

 

Kata-kata Mas Udin itu hingga kini masih membekas di ingatanku. Yah, semoga suatu saat aku bisa berjumpa kembali dengan Mas Udin. Semoga pula kehidupannya, istrinya, dan anak-anaknya selalu berada dalam lindungan Allah SWT.

 

Aamiin....


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • UDIN
    avatar komentator ke-0
    UDIN #Senin, 11 Feb 2019, 17:15 WIB
    terima kasih semua
  • ANONIM
    avatar komentator ke-1
    ANONIM #Selasa, 1 Jan 2019, 14:34 WIB
    Hai , ini no mas udin semoga
    membantu &8237081391043907&8236
  • FAREED
    avatar komentator ke-2
    FAREED #Selasa, 27 Nov 2018, 11:41 WIB
    waduh sayang mas no telp mas udine gk ada...balik lagi mas hehe
  • UDIN
    avatar komentator ke-3
    UDIN #Rabu, 3 Okt 2018, 11:52 WIB
    hallo
    Haloo Mas. :D
  • TANPA NAMA
    avatar komentator ke-4
    TANPA NAMA #Rabu, 26 Sep 2018, 20:37 WIB
    Saya sering bersinggah ke rumah Pakde Udin. Orangnya ramah, murah senyum, seperti rumah sendiri lah.

    The best Pakde Udin. Salam dari tatar Pasundan.
    Iya, Mas Udin ramah dan murah senyum banget. Jadi pingin bertamu lagi jadinya. :D
  • FAUZI
    avatar komentator ke-5
    FAUZI #Senin, 24 Sep 2018, 17:09 WIB
    Nomor handphone Pak Udin: 081391043907.
    Sudah punya WA juga Pak Udin, hehehe.
    Wah, matur nuwun banget buat informasinya! :D
  • NUROFIATI
    avatar komentator ke-6
    NUROFIATI #Kamis, 20 Sep 2018, 13:31 WIB
    Mas....
    Itu homestay Rp50.000, waktu itu seharian jamnya bebas ya?
    Karena cewek harus terpisah dekat-dekat Mang Udin ada home stay ya?
    Sayang ya nomor handphone-nya Mang Udin hilang.
    Iya Mbak, jamnya bebas, 24 jam Rp50.000. Semua bisa dirundingkan dengan Mas Udin. Di dekat sekitar sana juga banyak homestay yang sederhana seperti Mas Udin mbak.
  • SANDI
    avatar komentator ke-7
    SANDI #Sabtu, 8 Sep 2018, 02:24 WIB
    Teman-teman. Saya punya rencana akhir September atau awal Oktober mungkin juga akhir pengen ke Dieng sendirian.

    Tapi kalau dipikir-pikir jenuh juga kalau sendirian.

    Mungkin ada yang mau bareng ke sana? Kalau mau call WA saya ya: 083807197474
    Ayooo... siapa yang berminat ke Dieng akhir September 2018? :D
  • DESI
    avatar komentator ke-8
    DESI #Jumat, 25 Mei 2018, 16:18 WIB
    Boleh minta no telp mas udin homestay??
    Nah itu, nomornya hilang...
  • QUDSI
    avatar komentator ke-9
    QUDSI #Kamis, 1 Feb 2018, 18:34 WIB
    Info bagus. Sudah lama penasaran dengan Bukit Sikunir tapi belum kesampaian hingga saat ini, hehehe.
    Wah, aku doakan semoga dirimu segera mendapatkan kesempatan buat main ke Bukit Sikunir. :D
  • WINSRAGANS
    avatar komentator ke-10
    WINSRAGANS #Rabu, 10 Jan 2018, 20:32 WIB
    Dulu aq dari Jogja motoran ke Dieng. Sampai alun-alun Wonosobo jam 00:00. Terus nggembel di alun-alun. Sekitar jam 03:00 baru naik ke Sembungan pas sampe Sikunir full kabut so gagal golden sunrise.
    Wah, aku malah nggak kepikiran dulu itu nongkrong sampai pagi di Alun-Alun Wonosobo. Pas itu full kabut di musim hujan pow?
  • WARM
    avatar komentator ke-11
    WARM #Sabtu, 16 Des 2017, 10:10 WIB
    Saya masih belum kesampaian ke Dieng je. Suatu saat musti ke situ walau entah naik motor apa pit-pitan, hehehe.
    Tenang saja Om. Kesempatan itu suatu saat pasti akan datang. Aaamiin. :D
  • BAKTIAR
    avatar komentator ke-12
    BAKTIAR #Senin, 11 Des 2017, 21:42 WIB
    Kemarin selepas turun dari bukit Sikunir baru menyadari kalau harusnya nginep di desa Sembungan.. sayang pas dingin banget jadi akhirnya gak kesampaian.. masih pengen kesana lagi next time
    Semoga pada lain waktu bisa merasakan menginap di Desa Sembungan Mas. :D