Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Selasa, 11 Februari 2020, 09:26 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Sembari tangan kanan menerima sejumlah kertas, terucaplah pertanyaan itu,

 

“Matic saget minggah Pak?”

 

Tak menunggu lama, dengan nada yakin beliau menjawab,

 

“Bisa Mas.”

 

Oke! Aku percaya dengan omongannya bapak yang menjaga pos tiket pendakian Gunung Telomoyo di Dusun Dalangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

 

Toh, selang beberapa menit melewati pos tiket, sepasang muda-mudi bersepeda motor matic melaju cepat mendahului kami yang sedang kesulitan membuang kotak susu ke tempat sampah. Sungguh kelakuan yang mbuh.

 

gapura masuk kawasan gunung telomoyo dari ngablak magelang

 

“Edan!” 

 

Itulah yang dikatakan oleh sang istri terlucyu perihal ide motoran ke Gunung Telomoyo pada Sabtu (7/12/2019) yang lalu.

 

Bukan kenapa-kenapa, sebetulnya ide “edan” ini disebabkan oleh sejumlah hal:

 

  1. Masih berjam-jam lagi hingga boleh check-in di penginapan.
  2. Curug-curug masih kering. #sedih
  3. Sang istri ingin ke tempat dingin.

 

Jadilah dengan demikian si Vario digas menuju Kopeng dan dilanjut ke Gunung Telomoyo.

 

hamparan ladang berpemandangan gunung telomoyo di ngablak magelang

 

Konon katanya Gunung Telomoyo bisa dicapai naik sepeda motor.

Konon katanya pula jalan menuju puncak Gunung Telomoyo rusak.

 

Rasa sombong bersarang di hati setelah pernah merasakan kejinya jalan rusak ke Tanjung Ringgit . Serusak-rusaknya jalan ke puncak Gunung Telomoyo, pasti masih lebih keji jalan rusak ke Tanjung Ringgit.

 

Asumsi di atas sungguh memaksimalkan rasa percaya diri. Apalagi indikator isi tangki bensin baru berkurang satu strip, gas pol saja!

 

jalan rusak ke puncak gunung telomoyo dari ngablak magelang

 

Eeeh… betul ternyata. Jalan ke puncak Gunung Telomoyo itu rusak! #duh

 

Rusak parah pula! #duh #duh #duh

 

Serusak-rusaknya jalan rusak ya tetap membuat jengkel. Apalagi ketika melintasi jalan yang aspalnya mengelupas. Dari mulai aspal yang terkelupas berselang-seling hingga aspal yang terkelupas semuanya.

 

Kira-kira saat presidennya siapa jalan ke puncak Gunung Telomoyo ini pernah mulus?       

Kapan ada janji kampanye untuk memuluskan jalan ke puncak Gunung Telomoyo?

 

Ditambah pula jalan rusak ini memiliki kontur yang menanjak. Ketangkasan mengemudikan sepeda motor di jalan rusak yang menanjak sudah selayaknya dijadikan materi praktik ujian SIM C . Gunung Telomoyo adalah tempat praktik terbaik di wilayah Jawa Tengah.

 

Alhamdulillah siang itu tidak hujan. Jadi, faktor licin dan genangan air tidak ikut-ikutan memperkeruh perjuangan menuju puncak Gunung Telomoyo.

 

pohon tua di pinggir jalan ke puncak gunung telomoyo dari ngablak magelang

 

Alhamdulillah pula, jalan rusak ini rupanya tidak tuntas hingga ke puncak. Di tengah jalan ada simpang tiga. Setelah simpang tiga itu jalannya mulus hingga ke puncak.

 

Sekali lagi Alhamdulillah.

 

Melintasi jalan rusak semacam ini sedikit-banyak membuat ingat kepada Gusti Allah SWT. Semata-mata, demi terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan di sepanjang perjuangan.

 

Bakal repot ceritanya toh seumpama ban sepeda motor bocor di sini?

 

cerita bapak penjual bakso di puncak gunung telomoyo

 

Setelah sekian puluh menit berjibaku, puncak Gunung Telomoyo pun terjamah. Selain mistisnya menara pemancar, sapuan pemandangan terhalang selimut kabut tebal. Sedih sekaliii!

 

Untung masih ada bakso plastikan hangat sebagai penggembira perut. Lumayan sebagai teman mengobrolkan keluyuran yang kurang berfaedah pada siang ini.

 

Karena di puncak sudah tidak ada yang bisa dinikmati selain bakso plastikan, jadilah dengan demikian mending turun gunung saja. Perjalanan turun gunung berlangsung cepat dan mulus hingga tiba di simpang tiga.

 

 

Pertanyannya,

“Mau pulang lewat jalan rusak lagi atau lewat jalan mulus yang tembusnya mbuh ke mana?”

 

Sebetulnya buat apa pula pertanyaan itu? Toh prinsip,

“Jalan pulang harus berbeda dengan jalan berangkat”

masih awet terdoktrin di otak hingga sekarang.

 

Sang istri pun setuju-setuju pula. Soalnya dirinya paling sebal dengan jalan rusak.

 

hutan pinus di dusun pagergunung kawasan lereng gunung telomoyo semarang

 

Lalu sepeda motor meluncur turun dari Gunung Telomoyo melintasi jalan cor lebar mulus yang membelah hutan pinus. Saking sepi dan fotogeniknya jalan ini sang istri pun meminta difoto. Bebas merdeka berpose karena tiada mesin yang lewat.

 

Tahu begitu kenapa tadi nggak menanjak lewat jalan yang mulus ini saja ya?

 

Eeeh, kok ya ternyata jalan mulus ini malah berujung di loket pendakian Gunung Telomoyo di Dusun Sepakung yang masuk wilayah Kabupaten Semarang! #duh

 

Padahal wilayah persekitaran keluyuran hari ini kan di seputar Kabupaten Magelang. Bagaimana jalannya ini balik dari Semarang ke Magelang?

 

Alhamdulillah, kami berjumpa dengan sepasang bapak warga yang baik hati. Mereka bilang untuk ke Magelang bisa lewat jalan yang itu. Jalannya sudah dilengkapi papan petunjuk pula. Mantap!

 

papan arah menuju pranten grabag magelang dari pagergedog ambarawa semarang

 

Tapi kok ya wujud jalannya keji mengenaskan seperti itu Pak!?

 

“Cuma sekitar satu kilometer Mas,” kata sang bapak sebelum berlalu.

 

Apakah itu benar-benar satu kilometer yang diukur dengan odometer?

Apakah itu satu kilometer yang diukur dengan prakiraan warga desa layaknya gur saudutan thok?

 

Sepertinya hanya bapak-bapak itu yang paham. Bagi kami yang tak mau bersusah-payah berkutat dengan Google Maps di tengah keterbatasan sinyal internet, jalan ini adalah suatu pencerahan untuk kembali ke Magelang.

 

jalan rusak dari dusun pagergedog ke dusun pranten di pelosok perbatasan semarang dan magelang

 

Pencerahan Mbahmu!

 

Jalannya benar-benar rusak parah!

 

Nggak ada aspalnya blaz!

 

Mirip dasar sungai yang kering kerontang!

 

 

Terus lewatnya mana ini!?

 

Halah, kenapa bingung? Hajar lewat pinggir jalan yang lumayan mulus saja! 

 

Bebas merdeka mau ke sisi kiri jalan atau ke sisi kanan jalan!

Ke tengah jalan pun tiada yang protes. 

 

Toh, bukan di jalan raya.

Toh, alpa kendaraan ini. 

Toh, kalau stres berhenti saja terus foto-foto.

 

pohon besar di pinggir jalan dusun yang menghubungkan pagergedog dan pranten di jawa tengah

 

“Kenapa Mas?” tanya seorang bapak penjual bakso yang naik sepeda motor.

 

“Nggak apa-apa Pak. Cuma berhenti foto-foto kok.”

 

Oh, wahai bapak penjual bakso yang naik sepeda motor. Terima kasih sudah mengkhawatirkan kondisi kami.

 

Tak usah gumunan menyaksikan bapak penjual bakso yang lincah mengemudikan sepeda motornya melintasi jalan rusak. Alhamdulillah, beberapa menit kemudian tiba di pemukiman. Jalan pun kembali mulus.

 

Oleh sebab toilet masjid Dusun Pranten terkunci, si Vario pun lanjut menyusuri jalan dusun yang mulus, mengarah ke luar dusun, kembali menyapa bentang hutan. Dua orang bapak pejalan kaki yang sempat membuat sang istri curiga tiba-tiba menegur dan memberitahu,

 

“Lewat sini jalan rusaknya sekitar tiga kilometer Mas.”

 

Waduh....

 

jalan hutan keluar dusun pranten grabang magelang

 

Bapak-bapak itu lalu mengarahkan ke jalan simpang tiga di dekat sekolah. Rupanya, bapak penjual bakso yang naik sepeda motor itu juga mangkal di sana. Tapi, kami tak saling sapa lagi.

 

Betul yang diomongkan oleh bapak-bapak tadi. Cabang jalan di dekat sekolah ini tidak rusak parah.

 

Tapi sempitnya bukan main!

 

Kirinya jurang, kanannya hutan!

 

Andaikata ada kendaraan yang simpangan seru ini!

 

Full turunan semua pula! 

 

Lagi-lagi jalan ini banyak mengingatkan pada kuasa Gusti Allah SWT. Semoga rem tidak blong di jalan yang minim manusia ini.  

  

jalan hutan sempit dari dusun pranten ke pusat desa seloprojo magelang

 

Setelah sekian menit yang menegangkan, akhirnya tembus di jalan besar, beraspal, mulus! Alhamdulillah!

 

Eh, rupanya tembus di jalan menuju objek wisata Air Terjun Sumuran. Tapi, sang istri tidak berminat ke sana. Sudah mainstream. Sudah dijamah oleh Alannobita dan Team Touring pula.

 

Lha ya semakin sulit mencari air terjun perawan pada zaman di mana semua hal yang menarik di-Instagram-kan.

 

Berhubung sang istri belum menuntaskan panggilan alamnya, lebih baik sekarang mencari toilet saja. Sekalian juga mencari SPBU karena perjalanan naik dan turun Gunung Telomoyo membuat si Vario haus.

 

panorama gunung andong dilihat dari point view sunrise gunung telomoyo

 

Tapi, terlepas dari rusaknya jalan ke puncak Gunung Telomoyo, pemandangan di sepanjang jalan sungguh indah. Sosok Gunung Andong berdiri anggun tak seberapa jauh dari Gunung Telomoyo.

 

Dengan catatan, saat tidak sedang tertutup kabut tebal.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • ZAM
    avatar komentator ke-0
    ZAM #Jumat, 22 Mei 2020, 00:48 WIB
    apakah nasib Vario baik-baik saja??
  • EMMA
    avatar komentator ke-1
    EMMA #Jumat, 21 Feb 2020, 10:32 WIB
    Foto terakhire apikk